Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Seratus Kata Maaf (9)



Seratus Kata Maaf (9)

Bayangan Ji Yi telah lama menghilang di pintu masuk stasiun sebelum He Jichen mengalihkan pandangan dan kembali menyalakan mesin mobil untuk berkendara pulang.     

Sementara itu, Zhang Sao yang mendengar suara gaduh, segera berlari untuk memeriksa. Melihat bahwa He Jichen yang datang, wanita itu lantas tersenyum dan berkata, "Tuan He, anda sudah kembali?"     

He Jichen memberinya anggukan kecil, lantas membungkuk untuk melepaskan sepatu.     

"Tuan He, apakah Anda ingin makan sesuatu?" tanya Zhang Sao.     

Setelah berganti memakai sandal rumah, He Jichen menegakkan badan, menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Zhang Sao, lalu pergi ke lantai atas.     

Di dalam kamarnya, He Jichen memandangi barang-barang milik He Yuguang di sofa, yang dibawanya kembali dari Sucheng. Ada pakaian, papan putih kecil, ponsel, jam tangan...     

Dada He Jichen mulai terasa sesak ketika ia terus dan terus memandangi tumpukan barang-barang itu. Ia lalu berjalan ke arah jendela kaca kamarnya yang menjulang dari lantai hingga ke langit-langit, dan membuka jendela itu.     

Setelah diguyur hujan, udara terasa sejuk, lembab, dan membawa samar-samar aroma bunga yang ada di taman. Angin malam menghembuskan sedikit demi sedikit aroma manis itu ke dalam hidungnya.     

He Jichen mulai menyalakan sebatang rokok. Melalui kepulan asap rokoknya, ia menatap pada kejauhan.     

Ia ingat betul ketika untuk pertama kalinya berkunjung ke rumah Ji Yi, ia tanpa sengaja mendengar Ji Yi berbicara dengan Ibunya di telepon, "Bu, Aku serius. Lebih baik aku terikat dengan siapa pun selain dia!"     

Dan juga, ketika itu di resor hotel, Ji Yi jelas membawa ponselnya, namun gadis itu tidak mau menambahkannya sebagai teman di WeChat, maka ia sengaja mengatakan bahwa ia meninggalkan ponselnya di kamar hotel.     

Kemudian, pagi itu ketika ia sedang demam dan hampir pingsan. Ia cepat-cepat menghentikan gadis itu menyelesaikan kalimatnya, namun ia tahu benar apa yang ingin dikatakan oleh Ji Yi: "Tidak peduli apakah itu empat tahun yang lalu, ataupun empat tahun yang akan datang, Aku tahu benar bahwa kau bukanlah orang yang kuinginkan."     

Semenjak mereka bertemu di Beijing, Ji Yi benar-benar berusaha agar tidak berurusan dengannya dan menjauh darinya. Seperti malam ini, dia lebih memilih berdiri di depan pintu café dan menunggu hujan berhenti daripada masuk ke dalam mobilnya.     

Akan tetapi, He Jichen tidak dapat tinggal diam begitu saja melihatnya menikah hanya agar terlepas dari jebakan Qian Ge. Apakah satu-satunya cara agar bisa dekat dengan gadis itu adalah berpura-pura menjadi kakaknya?     

He Jichen benar-benar terjatuh dalam sebuah dilema yang sulit. Alisnya bertaut sembari berpikir keras.     

Di masa lalu, ia merasa keberatan karena keluarga He tidak mengumumkan tentang kematian kakaknya dan mengadakan pemakaman yang begitu sederhana. Kini, kematian kakaknya yang tidak diketahui orang itu ternyata memberinya sebuah kesempatan.     

Awalnya, He Jichen mengira ide itu menarik, namun setelah itu, kesedihan yang begitu berat mengisi relung hatinya.     

Ia tahu bahwa kakaknya adalah orang yang sangat penting bagi Ji Yi, namun ia sungguh tidak ingin menggunakan identitas kakaknya agar bisa dekat dengan gadis itu. Akan tetapi, pilihan apa yang ia miliki? Satu-satunya pilihan yang ia punya adalah menggunakan identitas kakaknya—seputus-asa itulah dirinya.     

Memikirkan hal itu, He Jichen berbalik dan kembali melihat tumpukan barang milik He Yuguang.     

Ia mengatupkan bibir dan akhirnya mematikan rokok di sela jarinya. Ia melangkah dan mengambil ponsel He Yuguang, menekan tombol untuk menyalakannya, dan mengetikkan nomor Ji Yi satu per satu. Ia mengetikkan sebuah pesan, lalu mengirimnya.     

-     

Ji Yi baru selesai mandi dan naik ke ranjang. Ketika hendak menyimpan ponselnya dan tidur, ponselnya berbunyi - "ding!"     

Sebuah pesan. Meskipun ia belum menyimpan nomor itu, Ji Yi mengenalinya, terutama setelah ia membaca kata "Manman." Jari jemarinya gemetaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.