Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Terima kasih atas Kemurahanmu (1)



Terima kasih atas Kemurahanmu (1)

0

Terima kasih?

0

He Jichen mendadak ingin mencekiknya. Matanya membesar dan jari-jarinya mulai gemetaran.

Dia menatap wajah lembut Ji Yi dengan raut muka garang seakan telah mencapai puncak kemarahannya. Lalu, tiba-tiba saja dia terkekeh, "Terima kasih? Kenapa kau berterima kasih padaku?"

"Kalau aku tidak salah ingat, Aku menidurimu empat tahun yang lalu dan memberimu upah, tapi kau malah tidak mengambil sepeserpun!"

"Jadi aku-lah yang seharusnya berterima kasih padamu!"

Ketika berkata demikian, He Jichen menyeringai dan menatap sepasang mata Ji Yi. Dengan kebengisan yang bahkan tak dapat dimengerti oleh dirinya sendiri, kata-katanya semakin kasar dan menghina, "Terima kasih atas kemurahanmu! Terima kasih karena telah memberikan keperawananmu padaku secara cuma-cuma!"

Ji Yi seolah merasakan tusukan sebilah pisau setajam silet, seketika itu juga wajahnya menjadi pucat pasi.

Kedua tangannya mengepal keras.

Ia mengepal begitu keras hingga menyakiti telapak tangannya. Rasa sakit itu membantunya untuk tetap tenang dan tidak kehilangan kendali.

Ia membalas He Jichen dengan tatapan tanpa emosi.

Ji Yi sebenarnya tidak sudi bertatapan mata dengan pemuda itu. Namun apabila ia berpaling, air matanya akan mulai berjatuhan.

Dalam suasana lorong yang mencekam itu, keduanya diam membisu.

Setelah beberapa saat lamanya, ponsel di saku Ji Yi tiba-tiba berdering. Dalam keheningan, nada panggilan itu terdengar begitu nyaring. He Jichen segera melepas cengkeraman tangannya, seakan tersentak kaget. Pemuda itu lalu mundur selangkah, mendorong gadis itu ke samping, dan berbalik pergi.

Ji Yi menggeretakkan gigi kala mendengar langkah kaki He Jichen yang lalu menghilang tanpa jejak. Tanpa memperdulikan penampilannya, Ji Yi perlahan merosot sambil bersandar pada tembok.

Ponselnya terus berdering, namun Ji Yi menunggu hingga dirinya agak tenang sebelum meraih ponsel itu dari dalam sakunya dengan tangan gemetar.

Bo He yang menelepon.

Mungkin karena aku sudah pergi terlalu lama mereka berpikir telah terjadi sesuatu padaku...

Ji Yi takut akan terdengar seperti hendak menangis jika ia bicara, karena itu ia tidak menjawab panggilan dari Bo He. Sebagai gantinya, ia mengetik di ponselnya dan mengirim pesan, "Aku ke sana sekarang."

-

Setelah makan malam, semua orang pergi bersama ke pemandian air panas.

Ketika yang lain saling mengobrol, Ji Yi hanya berdiam diri sambil berendam di pemandian.

Dalam hati, ia merasa tertekan karena masalah He Jichen. Setelah berendam lama di dalam air panas, perasaan itu semakin menekan dan membuatnya sesak napas, maka ia pun keluar dari dalam air. Ji Yi kemudian berbaring di atas sebuah bangku yang cukup dekat dengan tempat Bo He dan teman-temannya yang lain di pemandian air panas itu.

Meskipun mereka cukup jauh, Ji Yi masih dapat mendengar Bo He dan para gadis lainnya bercakap-cakap.

Setelah berendam dalam air panas dalam waktu yang lama, wajar saja apabila mereka merasa kehausan. Tang Huahua baru saja akan memanggil pelayan untuk meminta air minum ketika kebetulan Lin Ya melihat ke arah Ji Yi dan berkata, "Aku saja yang pergi beli air."

Lin Ya segera kembali dengan lima botol air minum, memberikannya kepada Bo He terlebih dulu, lalu Tang Huahua, dan Li Da yang ada di pemandian itu. Kemudian ia beranjak ke tempat Ji Yi duduk, membawa dua botol minuman yang tersisa.

Saat memberikan botol minuman itu ke Ji Yi, Ia berbisik ke telinga gadis itu "Xiao Yi, bisakah kau membantuku?"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.