Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Dia dan Aku tak mungkin Bersatu (10)



Dia dan Aku tak mungkin Bersatu (10)

0

Bagaikan tersengat listrik, tubuh Ji Yi bergetar hebat. Tanpa ragu, gadis itu berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari cengkeraman He Jichen.

0

Seakan sudah menebak apa yang akan dilakukan oleh gadis itu, He Jichen mempererat cengkeramannya pada pergelangan tangan Ji Yi begitu ia mencoba untuk melawan.

Ji Yi mengernyitkan alisnya sambil terus berusaha melepaskan diri. Setelah mencoba beberapa saat tanpa hasil, Ji Yi menyerah, lalu mendongak dan menatap He Jichen. Ia terkejut mendapati suaranya yang tenang dan terkendali, "Apa maumu?"

He Jichen memandangi saku tempat Ji Yi menyimpan ponselnya tanpa bergeming, seakan ia tidak mendengar apapun.

Gadis itu mengernyit semakin dalam.

Karena pemuda itu tidak mengatakan sepatah katapun, ia juga hanya diam.

Ji Yi mematung selama hampir semenit, namun akhirnya menyerah. Gadis itu kembali mencoba untuk melepaskan diri dari genggamannya, sambil berbicara dengan suara tenang seperti sebelumnya, "Tolong lepaskan aku..."

Sebelum Ji Yi menyelesaikan kalimatnya, mendadak ia terlepas dari cengkeraman He Jichen dan terhempas ke tembok tempat pemuda itu bersandar sebelumnya.

Belum sempat Ji Yi menyeimbangkan tubuhnya, He Jichen memegang kuat dagunya, memaksa gadis itu untuk menatap wajah tampannya.

"Apa yang akan kau lakukan? Apa sebenarnya yang kau inginkan?" Bibirnya terkatup rapat saat ia menatap Ji Yi dengan garang. "Bukankah sudah kubilang jangan pernah muncul di hadapanku lagi?!"

Mungkin karena akhir-akhir ini Ji Yi telah cukup sering bertemu dengan He Jichen, ia jadi lebih berani menghadapi pemuda itu. Ia bersikap sangat berbeda dengan saat pertama kali bertemu kembali dengan He Jichen.

Kata-kata He Jichen yang tajam memaksanya untuk mengingat kembali kejadian empat tahun yang lalu.

Ji Yi mengatupkan jari-jemarinya agar tidak menunjukkan emosi atau kehilangan kendali.

"Atau..." He Jichen kembali angkat bicara.

Ji Yi tidak tahu apa yang akan dikatakan pemuda itu selanjutnya, namun ia yakin pastilah bukan hal yang baik. Tanpa ragu sedikitpun, ia menimpali, "Kebetulan sekali..."

Sambil berkata demikian, gadis itu perlahan mendongak hingga mata mereka bertemu.

He Jichen tiba-tiba berhenti.

Ji Yi kembali berbicara dengan nada datar, "...Apabila memungkinkan, aku juga berharap agar kau tidak pernah muncul lagi di hadapanku."

Pandangan He Jichen berubah garang seakan hendak mencabik-cabik tubuh gadis itu.

Ji Yi tahu dia marah, tapi tak mengerti mengapa bisa sampai semurka itu. Empat tahun yang lalu, Ji Yi-lah yang paling menderita karena dipermalukan.

Di benaknya Ji Yi menertawakan semua kekonyolan itu, lalu kembali berbicara tanpa ekspresi, "Jadi, Tuan He, jangan kuatir. Aku pasti tidak akan mengganggumu."

Cengkeraman He Jichen pada pergelangan tangan Ji Yi tiba-tiba menjadi sangat kencang. Ji Yi merasa sangat kesakitan sampai harus menahan napas, namun ia tetap tak berteriak minta ampun, atau menjerit kesakitan.

Ji Yi menunggu sampai ia terbiasa dengan rasa sakit itu, sebelum berkata dengan tenangnya, "Tuan He, bisakah kau lepaskan tanganmu yang sangat lembut ini dariku, jadi aku bisa enyah dari hadapanmu secepat mungkin."

Selesai mengatakan hal itu, ia menambahkan dengan sopan, "Terima kasih."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.