Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Tutup Mulutmu (7)



Tutup Mulutmu (7)

0

Saat He Jichen hendak memasuki tubuh Ji Yi, ia tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa di telinganya.

0

Rasa sakit itu seolah menyadarkannya untuk menghentikan apa yang sedang dilakukannya.

He Jichen merasa sakit di telinganya mulai mereda, namun kemudian ia menyadari bahwa pundaknya juga terasa amat sakit, seakan seseorang menancapkan kuku-kukunya di sana. He Jichen mengerutkan keningnya, lalu ia pun mendengar jeritan panik dari suara yang sudah tak asing lagi,, "Lepaskan aku! Lepaskan!"

He Jichen menahan gerakan tubuhnya.

Suara Ji Yi yang memberontak terus terngiang di telinganya. Kuku-kuku gadis itu semakin dalam menancap di pundaknya. Samar-samar He Jichen dapat merasakan cairan lengket yang mengalir dari pundaknya. Butiran darah itu menetes dari kulitnya dan perlahan jatuh. Ia pun gemetar tatkala tetesan darah itu menggelitik permukaan kulitnya. Perlahan ia memandang ke arah gadis yang berada di bawah tubuhnya.

Setelah wajah Ji Yi yang pucat pasi mulai terlihat jelas di matanya, He Jichen menyadari bahwa ia sama sekali tidak sedang bermimpi.

Akhirnya He Jichen tersadar bahwa semua ini benar-benar terjadi. Matanya mengitari sekujur tubuh Ji Yi hingga dua kali. Mungkin karena ciumannya terlalu keras, bibir Ji Yi terlihat semerah darah. Hal itu justru membuat bibir gadis itu terlihat lebih menggoda. Leher jenjangnya yang putih dipenuhi cupang, dan rambutnya yang basah oleh keringat menempel di kulitnya, terlihat begitu seksi.

Pandangan He Jichen terhenti di dada Ji Yi cukup lama, sebelum ia akhirnya melihat ke bawah. Ketika ia mendapati posisi mereka, bibirnya berkedut.

Aku... Aku hampir saja memperkosanya dalam keadaan setengah sadar...

He Jichen belum sepenuhnya tersadar dari semua itu. Di bawahnya, Ji Yi menyadari bahwa pemuda itu telah berhenti bergerak, maka ia pun segera mengulurkan tangan dan mendorong He Jichen kuat-kuat.

Ji Yi berhasil melepaskan diri dari He Jichen dan segera menyambar pakaiannya yang telah terkoyak menjadi dua bagian. Ia berusaha menutupi tubuhnya dan beringsut menjauh untuk memberi jarak di antara mereka.

He Jichen limbung ketika Ji Yi mendorongnya. Saat itulah ia menyadari di mana ia berada—di ruang olahraga dalam apartemennya. Di bawahnya terhampar alas yoga dan selimut yang berasal dari kamar tidurnya.

Ia teringat bahwa kemarin malam ia mendapat telepon dari Bibi Ji, yang ingin memberinya minuman suplemen. Ia sedang sakit ketika itu, jadi tidak terlalu mendengar apa yang dikatakan oleh Ibu Ji Yi, namun ia mengerti maksud wanita itu. Tetapi kemudian, semakin ia mencoba tidur, semakin dirinya hilang kesadaran. He Jichen bisa merasakan kalau dia sedang demam, karena itu ia memaksakan diri untuk mencari obat pereda demam dari kotak obat, hingga ia mendengar bunyi bel. Ia mengerahkan segenap tenaga untuk menuruni tangga dan membuka pintu. Sebelum dapat melihat siapa yang datang, ia sudah tak kuat lagi dan akhirnya jatuh pingsan...

Jadi semalam, yang ada di depan pintu ternyata Ji Yi?

Lambat laun, setelah tersadar sepenuhnya, pandangannya kembali tertuju pada Ji Yi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.