Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Tutup Mulutmu (5)



Tutup Mulutmu (5)

0

Entah sudah berapa kali selama beberapa tahun terakhir ini He Jichen memimpikan hal yang sama. Hanya dalam mimpilah ia berani membayangkan Ji Yi berada di sampingnya.

0

Ia takut sembarangan bergerak, kuatir apabila mimpi kali ini akan menghilang begitu saja tanpa jejak, seperti yang selalu terjadi sebelumnya.

Entah sudah berapa lama ia berbaring tegang dalam posisi yang sama. Mimpinya tiba-tiba menjadi begitu nyata ketika gadis yang meringkuk di lengannya itu mulai bergerak dalam tidurnya.

He Jichen tidak yakin apakah hal itu karena Ji Yi kedinginan dan mencari kehangatan, atau karena posisi tidurnya memang tidak nyaman. Tapi sesekali gadis itu meringkuk dan berganti posisi.

Ketika memutar tubuhnya untuk mencari posisi yang nyaman, Ji Yi beringsut semakin dekat dengannya. Gadis itu akhirnya meringkuk bersandarkan pada tubuh He Jichen dan tangannya memeluk pinggang pemuda itu.

Seketika udara di sekitarnya dipenuhi aroma tubuh Ji Yi. Wajah cantiknya menghadap leher He Jichen, sehingga tarikan napasnya yang lembut menyapu kulitnya, membuatnya tak berdaya. Seperti dalam mimpi-mimpinya, tubuhnya mulai merespon kehadiran Ji Yi.

Sesekali, Ji Yi membalikkan badan, menyulut bara di tubuh He Jichen. Dalam kantuknya, He Jichen merasa suhu tubuhnya semakin tinggi. Ia bersusah payah untuk menurunkannya kembali.

Napasnya mulai tersengal, jantungnya berdegup kencang tak terkendali. Naluri mendorongnya untuk merengkuh gadis itu dalam dekapannya.

Posisi itu terasa begitu sensual. Punggung Ji Yi bersentuhan dengan dadanya, begitu dekat tanpa jarak. He Jichen tak dapat mengatasi godaan seperti ini.

Ia bukannya belum pernah memimpikan hal yang sama sebelumnya. Namun selama bertahun-tahun sejak mereka berpisah, setiap kali ia berada di puncak mimpi dan hendak menciumnya, ia selalu mendapati dirinya mencium ruang hampa.

Meski rasanya begitu menyakitkan untuk menahan hasrat, He Jichen ingin menikmati waktu bersama Ji Yi ini. Maka ia pun memaksakan diri untuk berbaring kaku, tanpa bergerak sedikit pun.

Meski hatinya diselimuti kesedihan karena tidak bisa memiliki Ji Yi, ia masih bisa terus mendekap gadis itu dalam mimpi seperti ini. Meskipun ia akan merasa hancur ketika akhirnya terbangun dari tidurnya nanti, He Jichen tak rela jika ia sama sekali tidak bermimpi. Sedalam itu kepedihannya.

Mungkin karena dekapannya yang tidak pas, Ji Yi tidak merasa nyaman dalam tidurnya. Sesaat, gadis itu memberontak pelan dan beringsut menjauh. He Jichen tergerak untuk menariknya ke posisi awal. He Jichen menarik tangannya menjauh dari tubuh Ji Yi, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu, dan berbisik, "Jangan bergerak, atau aku tak bisa menjamin keamananmu."

Ji Yi diam tak bergerak.

Karena He Jichen mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendekap Ji Yi, tubuh mereka saling menekan satu sama lain. Dari balik pakaiannya yang tipis, He Jichen dapat merasakan lekuk tubuh Ji Yi tang terasa nyata, dan kulitnya yang begitu lembut.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.