Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Yang Ada Di Depan Mata (1)



Yang Ada Di Depan Mata (1)

0

Raut muka Ji Yi tidak berubah saat ia menoleh untuk memandang He Jichen. Dengan sedikit kekuatan yang tersisa, ia menarik tangannya dari genggaman pemuda itu, lalu berbalik pergi.

0

Sikap Ji Yi yang tenang dan terkendali tidak membuat amarah yang bergejolak di dada He Jichen mereda; justru makin menjadi-jadi. Ia menutup mata dan menarik napas panjang dengan harapan agar bara api di dadanya teredam. Akan tetapi, ketika ia membuka mata dan melihat bekas tubuh Ji Yi di atas ranjang, dadanya terasa sesak. Ia pun berbalik untuk melihat punggung Ji Yi yang menghilang di balik pintu dan seketika kehilangan kendali diri. Ia berteriak pada Zhang Sao, "Kenapa kau masih saja berdiri di situ? Cepat ambil semua yang sudah disentuhnya dan buang keluar! Sangat menj—"

Sebelum dia selesai berkata "menjijikkan", He Jichen melihat sebuah bayangan tubuh yang terhuyung dari sudut matanya. Ia segera menutup mulut.

Zhang Sao terlalu syok sampai-sampai tidak berani mengiyakan, kemudian bergegas menuju ranjang dan melepas semua sprei dan selimut.

He Jichen berdiri di dalam kamar dengan raut muka dingin. Baru setelah ia mendengar pintu ruang tamu ditutup, ia lantas keluar ruangan. Lelaki itu masuk ke ruang kerja di sebelah masih dengan amarah yang membuncah, kemudian membanting pintu ruangan dengan suara debuman yang memekakkan telinga.

He Jichen duduk di depan mejanya dan menyalakan laptop. Ia menatap layar monitor selama dua menit sebelum dengan kesal menutup laptopnya kembali.

Ia menutup mata, kemudian bersandar di kursi untuk beberapa saat lamanya dengan wajah tanpa ekspresi. Mendadak dia berdiri, menyambar ponselnya, dan mencari kontak pada akun WeChat-nyat. Jarinya terhenti dengan ragu di atas nama Tang Huahua. Namun akhirnya ia memencet nama gadis itu dan mengirimkan sebuah pesan padanya.

-

Ji Yi berputar-putar di kawasan perumahan He Jichen cukup lama sebelum akhirnya menemukan jalan keluar.

Setelah keluar, Ia berdiri di tepi jalan dan berusaha menghentikan taksi. Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya, "Xiao Yi?"

Ji Yi menoleh ke asal suara dan melihat Tang Huahua di seberang jalan.

...

Setelah merasakan sakit luar biasa pada lambungnya, Ji Yi sudah merasa lebih baik hari ini, namun ia tidak berani gegabah. Ia mengobrol sebentar dengan Tang Huahua, lalu memutuskan untuk pergi ke rumah sakit terdekat.

Kebetulan Tang Huahua tidak sedang sibuk, jadi saat mendengar bahwa Ji Yi akan memeriksakan diri ke rumah sakit, gadis itu menawarkan diri untuk menemaninya.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore ketika mereka meninggalkan rumah sakit.

Mungkin karena ia belum sehat benar, Ji Yi segera meminum obatnya dan pergi tidur setelah kembali ke asrama.

Langit telah berubah gelap ketika ia terbangun. Entah di mana Bo He saat itu berada—hanya terlihat Tang Huahua bersamanya. Gadis itu sedang meringkuk di atas ranjang dengan earphone di telinga, sesekali dia terkekeh. Tanpa perlu melihat, Ji Yi yakin Tang Huahua pasti sedang bermain game.

Tang Huahua baru menyadari bahwa Ji Yi terbangun saat gadis itu turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Ia melepas earphone di telinganya dan berkata, "Xiao Yi, kau sudah bangun?"

"Mm," jawab Ji Yi.

Tang Huahua menganggukkan kepala ke arah meja Ji Yi. "Xiao Yi, karena kulihat kau tertidur, aku tidak membangunkanmu. Aku tahu kantin pasti sudah tutup saat kau bangun, jadi tadi aku membeli makanan untukmu."

Saat itulah Ji Yi melihat dua termos makanan di mejanya. Ia berterima kasih pada Tang Huahua sebelum masuk ke kamar mandi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.