Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Menyatakan Perang Demi Dia (5)



Menyatakan Perang Demi Dia (5)

0

Tak seorangpun, termasuk Ji Yi, yang mau kehilangan muka. Ia sungguh tidak ingin He Jichen melihatnya dalam situasi tidak menyenangkan itu, terutama karena pemuda itu telah mempermalukannya berulang kali sebelumnya.

0

Tapi takdir sepertinya tidak pernah berpihak pada Ji Yi. Sepertinya, semakin ia tidak ingin sesuatu terjadi, semakin ia tidak dapat menghindari hal itu.

Ji Yi tidak sanggup melihat mata He Jichen. Ia justru menatap Xu Yi, ingin agar pria itu dapat memberinya penjelasan. Namun, tak sepatah kata pun keluar dari bibir Ji Yi ketika ia memikirkan tentang semua orang yang ada di ruangan itu, dan bagaimana Qian Ge mampu merusak semua usahanya di saat-saat terakhir—gadis itu pasti tidak datang dengan tangan kosong. Jika Ji Yi melakukan perlawanan sekarang, hal itu justru akan lebih mempermalukannya.

Dari pengalamannya bekerja dalam dunia hiburan sebelum ia mengalami kecelakaan tiga tahun yang lalu, Ji Yi paham betul arti "Sedikit saja ketidaksabaran akan merusak rencana yang besar" dan "Balas dendam adalah hidangan yang paling enak ketika disajikan dingin". Sampai ia yakin bisa membela diri, Ji Yi hanya bisa berusaha untuk tidak merusak kesempatan-kesempatan selanjutnya.

Dengan pemikiran itu, Ji Yi menahan lidahnya dan dengan sopan membungkuk hormat kepada semua yang berada di dalam ruangan, kemudian menegakkan diri dan dengan elegan berjalan ke luar ruangan.

...

Ji Yi tak menyadari bahwa saat ia berbalik pergi, He Jichen juga bangkit dari duduknya.

Karena He Jichen berdiri secara tiba-tiba, semua orang dalam studio itu menoleh padanya. Tanpa menyadari hal ini, pemuda itu terus memandangi punggung Ji Yi ketika gadis itu melenggang pergi. Bibir He Jichen mengkerut ketika melihat Ji Yi membuka pintu, lalu menghilang dari pandangan. Saat itu, ia mendadak menendang kursinya dan berlari mengejar gadis itu.

-

Adalah bohong jika Ji Yi berkata bahwa ia tidak marah, namun Ji Yi tidak ingin kehilangan emosi di depan Qian Ge. Maka seperti yang disuruh, ia pun meninggalkan studio sesegera mungkin. Dalam perjalanannya menuju lift, ia berpura-pura tidak melihat Qian Ge yang bercakap-cakap dengan riang dengan sutradara Liang.

Ketika Ji Yi berdiri di depan lift, dengan tenang ia menekan tombol. Saat pintu terbuka, Ji Yi melenggang masuk dan menekan tombol dari dalam hingga pintu mulai menutup.

Pintu lift metutup perlahan. Sesaat sebelum pintu itu menutup rapat, mendadak sebuah tangan ramping menahan agar pintu itu tidak menutup.

Pintu kembali terbuka. Qian Ge, yang baru saja berbicara dengan sutradara Liang, masuk bersama dengan asistennya. Gadis itu memancarkan keangkuhan dengan kaca mata hitam yang dipakainya.

Ekspresi Ji Yi tidak berubah dan ia tetap berpura-pura bahwa Qian Ge tidak ada di situ.

Dari cermin di dalam lift, Ji Yi dapat melihat bahwa Qian Ge juga tidak menunjukkan emosi di wajahnya, seakan mereka berdua benar-benar orang asing.

Sebaliknya, asisten Qian Ge sesekali menoleh pada Ji Yi.

Dengan acuh tak acuh, Ji Yi keluar dari lift ketika pintu terbuka di lantai pertama..

Begitu Ji Yi keluar, asisten Qian Ge berlari kecil mendahuluinya melewati lorong dan menghilang di balik tikungan. Tak ayal lagi, Ji Yi mendengar suara Qian Ge yang menggema dari arah belakangnya, "Ji Yi, apa yang kukatakan padamu terakhir kali? Kubilang, kau bukan lagi orang yang sama seperti empat tahun yang lalu. Dan... Begitu pula aku."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.