Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Menyatakan Perang Demi Dia (2)



Menyatakan Perang Demi Dia (2)

0

Zhang Sao menatap pintu yang tertutup rapat, kemudian mendesah. Ia menoleh, melihat ke lantai dua, dan kembali mendesah. Ia pergi ke dapur terlebih dulu untuk mematikan kompor yang dibiarkannya menyala untuk menjaga agar bubur oat-nya tetap hangat. Ia lalu membuat secangkir teh dan baru saja hendak membawanya naik untuk He Jichen saat bel pintu berbunyi.

0

Zhang Sao bergegas lari membuka pintu, dan melihat bahwa Ji Yi telah kembali. Senyum merekah di wajahnya. "Nona..."

Ia baru mengucap satu kata itu ketika Ji Yi menyodorkan sebuah amplop padanya. "Zhang Sao, tolong bantu aku berikan amplop ini pada Tuan He? Terima kasih."

Sambil berkata demikian, Ji Yi tersenyum pada Zhang Sao dan menambahkan dengan sopan, "Selamat tinggal". Gadis itu lantas masuk ke dalam lift dan pergi lagi.

Zhang Sao menunggu hingga lift itu sampai di lantai dasar sebelum menutup pintu apartemen. Kemudian ia berjalan menaiki tangga ke lantai dua, namun sebelum melewati dua anak tangga, ia merasa ada seseorang yang berdiri di dekat tangga lantai dua. Ia lantas menghentikan langkah, memandang ke atas dan memekik, "Tuan He!"

He Jichen memandangi pintu depan yang tertutup rapat tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Zhang Sao berhenti sejenak di kaki tangga, lalu kembali melangkah menaiki tangga. Ketika sampai di depan He Jichen, ia terlebih dahulu menyerahkan amplop dan berbicara dengan suara pelan, "Saya sudah mencoba membujuknya, tapi Nona tidak mau makan."

Zhang Sao menambahkan, "Segera setelah Nona pergi, dia kembali lagi dan memberikan amplop ini untuk Tuan."

Setelah Zhang Sao selesai bicara, He Jichen tidak memberikan reaksi. Maka wanita itu kembali bicara, "Tuan He?"

Kali ini, pemuda itu ragu-ragu untuk waktu yang cukup lama, sebelum perlahan mengalihkan pandangannya pada amplop di tangan Zhang Sao. Jakunnya naik turun sembari mengulurkan tangan mengambil amplop itu.

Zhang Sao juga tidak berkata apa pun lagi; wanita itu meninggalkannya sendirian. Sebelum Zhang Sao masuk ke dapur, ia kembali menoleh ke arah lantai dua. He Jichen masih berdiri di sana, namun kali ini ia memegang sebatang rokok.

...

Sebenarnya, ada beberapa hal yang meski tidak diceritakan oleh Zhang Sao, He Jichen telah mengetahuinya. Ia sedang membuka pintu kamar ketika mendengar suara Ji Yi di lantai bawah.

Ia hanya berdiri membisu di ambang pintu dan memandangi gadis itu.

He Jichen mendengarnya menolak tawaran Zhang Sao untuk makan, dan ia pun melihat gadis itu kembali untuk menyerahkan amplop pada Zhang Sao.

Tahukah kau bagaimana rasanya ketika seseorang yang paling kau cintai pergi meninggalkanmu, dan kau sama sekali tidak punya daya untuk melakukan apa pun terhadap kepergiannya itu?

Saat itu, He Jichen seolah terhempas ke dalam jurang penderitaan. Sekujur tubuhnya menjerit kesakitan seakan telah dicabik-cabik menjadi ribuan potong.

-

Ji Yi tidak berani memakai baju tanpa kerah selama beberapa hari, baik di dalam kamar asrama, maupun di kelas.

Bekas yang ditinggalkan He Jichen di tubuhnya butuh waktu seminggu untuk lenyap sepenuhnya.

Untung saja saat itu sudah akhir musim gugur, sehingga ia bisa memakai pakaian yang agak tebal tanpa terlihat aneh.

Pada hari ke delapan, Ji Yi mendapat telepon dari asisten sutradara Liang, Xu Yi.

Xu Yi memberitahunya bahwa ia telah menyebut nama Ji Yi di depan sutradara Liang. Sang sutradara ternyata masih mengingat Ji Yi, karena itu, ia mengundang gadis itu untuk ikut audisi di akhir pekan.

Segera setelah mendapat panggilan itu, Ji Yi menerima email dari Xu Yi yang berisi deskripsi peran-peran yang dibutuhkan dalam film sutradara Liang yang akan datang.

Inilah kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh Ji Yi selama setengah tahun terakhir. Tentu saja, Ji Yi tidak menganggapnya sepele, maka ia pun menghabiskan dua hari penuh untuk membaca tentang peran-peran yang dibutuhkan dalam film itu.

Audisi dimulai jam sepuluh, tapi Ji Yi sudah tiba sejak jam sembilan.

Urutan peserta audisi sudah terlebih dulu diatur. Ji Yi mendapat nomor empat belas, maka ia harus menunggu hingga jam sebelas. Akhirnya, ia mendengar staf memanggil namanya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.