Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Bisakah Kau Memelukku? (8)



Bisakah Kau Memelukku? (8)

0

He Jichen tidak yakin apakah dia merasa menyesal atau terpukul mendengar bahwa Ji Yi hampir kehilangan nyawa empat tahun yang lalu. Pemuda itu mengerutkan kening dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

0

Dia merasa seakan seseorang telah mengoyak jantungnya tanpa ampun. Rasa sakit yang ditimbulkan membuatnya sulit bernapas.

Dia benar-benar seorang bajingan. Awalnya, selama audisi untuk film "The Palace" ketika Qian Ge memberitahunya bahwa Ji Yi tidak menginginkan bayinya dan langsung melakukan aborsi, dia sebenarnya mempercayai hal itu dan merasa sedih karenanya.

Ia sungguh sangat menjijikkan. Ia bahkan masih punya hati untuk merasa cemburu ketika melihat Ji Yi tersenyum saat membaca pesan He Yuguang?

Sakit. Hatinya sungguh sakit. Saking sakitnya sampai dia merasa akan mati.

Tetapi rasa sakit yang dirasakannya bukanlah untuk dirinya, melainkan untuk Ji Yi.

Jadi begini rasanya sakit hati yang sesungguhnya; rasa sakit yang membuatmu ingin mati, rasa sakit yang seolah mengoyak-ngoyak jantung dan merenggut isi perut…

Sekujur tubuh He Jichen mulai gemetaran karena rasa sakitnya, dan dia memaksakan diri untuk berjalan ke arah wastafel. Pemuda itu menyentuh asbak yang ada di sana, menyalakan rokok, dan menghisapnya dalam-dalam dua kali seakan ingin menyiksa diri sendiri.

...

Setelah mengakhiri panggilan dari Han Zhifan, Ji Yi mulai khawatir karena He Jichen belum juga keluar dari kamar mandi. Gadis itu mengelilingi seisi ruangan sampai dua kali. Dia tidak dapat menahan diri dan menghampiri kamar mandi, mengangkat tangannya, lalu mengetuk pintu.

Hanya kesunyian yang menjawabnya.

Ji Yi menunggu beberapa saat, tetapi karena tidak ada suara apa pun dari balik pintu, gadis itu tak dapat menahan diri dan akhirnya menempelkan telinganya pada daun pintu.

Entah apakah ruangan hotel itu memang dirancang kedap suara sehingga ia yang sudah mencoba menangkap bunyi apa pun dari balik pintu untuk waktu yang lama tetap tidak mendengar apapun.

Apa yang dilakukannya di dalam sana? Apakah aku mengetuk terlalu pelan sehingga dia tidak mendengarnya?

Dengan pikiran tersebut, Ji Yi mengetuk pintu lagi, namun kali ini, dia mengetuk dengan lebih keras.

"Tok! Tok! Tok!" Ji Yi mengetuk pintu lagi selama beberapa saat, namun tidak ada tanda bahwa pintu akan dibuka.

Hati Ji Yi mulai sedikit resah.

Apakah telah terjadi sesuatu seperti yang dikatakan oleh Han Zhifan? He Jichen tidak terlihat seperti seseorang yang terlalu terbawa perasaan… Tetapi ketika dia pergi ke kamar mandi, dia benar-benar tidak mengkhawatirkan. Han Zhifan bahkan memberitahuku jika dia tidak segera keluar dari kamar mandi, aku harus memeriksa keadaannya…

Memikirkan hal itu, Ji Yi mulai panik. Dia mencoba menggedor pintu, sampai menendangnya, tapi tetap tidak ada reaksi dari orang yang berada di dalam sana.

Tiba-tiba, Ji Yi sudah tidak memperdulikan apapun lagi. Dia berkeliling ruangan dan membalikkan seisi ruangan itu hingga berantakan, tetapi dia tidak menemukan apa pun yang bisa digunakan untuk membuka pintu.

Ji Yi begitu cemas sampai keningnya bercucuran keringat. Kemudian dia bergegas ke depan pintu kamar mandi dan menendangya dengan sekuat tenaga.

Rasa sakit dari hantaman kakinya terhadap daun pintu membuat matanya berair.

Ji Yi mengangkat betis dan memeluk kakinya dengan kesakitan. Kemudian, mendadak dia mendapatkan sebuah ide. Gadis itu pun keluar dari kamar He Jichen dengan melompat-lompat menggunakan satu kakinya dan menggedor-gedor pintu kamar di seberangnya, menendang, dan menggebraknya.

"Siapa di situ?!" Karena gedoran dan tendangan pada pintu itu dilakukan terus-menerus, orang yang membuka pintu itu terlihat sedikit kesal. Setelah menjawab dengan nada marah, pria itu lalu membuka pintu.

Rupanya sang asisten sutradara yang membuka pintu di seberang kamar. Dari balik pundaknya, Ji Yi melihat bahwa direktur casting dan juga pemeran utama pria sedang duduk di kamarnya.

Ada sepiring buah-buahan dan bir di meja. Mereka bertiga mungkin sedang berkumpul bersama.

Sang asisten sutradara jelas terkejut melihat Ji Yi dan dia memekik "Ji Yi?" dengan rasa tidak percaya. Sebelum dia sempat menanyakan mengapa Ji Yi berada di sana, Ji Yi mengulurkan tangannya, memegang lengan sang asisten sutradara, dan menariknya menuju kamar He Jichen.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.