Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Bisakah Kau Memelukku? (5)



Bisakah Kau Memelukku? (5)

0

Ketika melihat siapa yang menelepon, pemuda itu spontan mendongak dan melirik ke arah Ji Yi.

0

Dia tidak terburu-buru menjawab panggilan itu. Setelah beberapa saat baru ia berdiri dan berjalan menjauh dari Ji Yi sebelum memencet layar ponsel untuk menerima panggilan itu.

Suasana kamar sangat hening, sehingga meskipun He Jichen dengan sengaja menjaga jarak antara dirinya dan Ji Yi, gadis itu masih bisa mendengarnya mengatakan "halo". Ji Yi perlahan menoleh dan melihat ke arah He jichen.

Dia berdiri dengan punggung membelakangi Ji Yi.

Cahaya yang terang masuk lewat jendela dan menyinari tubuhnya ketika dia berdiri di depan jendela yang menjulang tinggi itu. Dengan cahaya yang menyinarinya, dia terlihat sangat serius dan misterius.

Saat itu, Ji Yi tidak dapat mengalihkan pandangannya dari pemuda itu, ataupun menyingkirkan pikiran ini dari benaknya: Aku belum melihatnya selama beberapa tahun, dan dia telah bertumbuh menjadi seorang laki-laki yang sangat menarik. Dia memiliki pembawaan yang begitu mencolok membuatnya terlihat bersinar terang dan semakin memukau.

Ketika Ji Yi tenggelam dalam pikirannya sendiri, He Jichen, yang berdiri cukup jauh, kembali berbicara: "Apa yang sudah kau temukan?"

Tidak terdengar jelas apa yang dikatakan oleh orang dari seberang ponsel yang meneleponnya, tetapi setelah beberapa detik, He Jichen kembali berbicara: "Bagaimana kejadiannya?"

Setelah berkata demikian, He Jichen lalu diam membisu.

Orang yang sedang meneleponnya pasti sedang terus berbicara tanpa henti, karena He Jichen sama sekali tidak melepas ponsel dari telinganya barang sedetikpun.

Ji Yi tidak yakin apa yang dilaporkan orang itu kepada He Jichen, tetapi setelah sekitar dua menit, Ji Yi jelas melihat tubuh He Jichen bergetar hebat untuk sesaat. Kemudian, postur tubuhnya menjadi tegang.

He Jichen berdiri membelakangi Ji Yi, sehingga dia tidak dapat melihat raut wajah pria itu, tetapi Ji Yi dapat merasakan ada yang tidak beres dengan He Jichen saat itu.

He Jichen berdiri mematung sambil mendengarkan panggilan itu. Akhirnya, dia kembali berbicara dengan suara agak gemetar: "Apakah sudah dipastikan?"

Mungkin orang yang meneleponnya itu menjawab, karena detik berikutnya, jari-jarinya gemetaran untuk sesaat.

He Jichen tidak mengatakan apapun dengan postur tubuhnya seperti sebelumnya sambil terus mendengarkan panggilan itu. Akan tetapi, Ji Yi dapat melihat bagaimana urat-urat tangannya menonjol keluar sembari mencengkeram ponselnya dengan erat.

Orang yang sedang meneleponnya itu pasti telah mengatakan sesuatu yang memancing reaksi He Jichen, karena tubuhnya mulai terhuyung seakan dia kehilangan kekuatan. Tiba-tiba, ponselnya terlepas dari genggaman dan jatuh dengan keras ke lantai.

Dengan suara "Pakk!" yang keras, Ji Yi melompat dari sofa.

Meskipun Ji Yi dan He Jichen berjarak cukup jauh, Ji Yi masih dapat mendengar seseorang memekik dengan suara tinggi, "Kak Chen, ada apa?" Pria dari seberang telepon itu pasti telah mendengar ponsel He jichen jatuh.

He Jichen berdiri tertegun, seakan nyawanya sudah meninggalkan tubuhnya. Dia sepertinya menyadari bahwa ponselnya terjatuh dan juga mendengar seseorang menjerit dari ponselnya, karena perlahan, dia mulai berbalik.

Ji Yi hanya dapat melihat sekilas satu sisi wajahnya, namun itu cukup untuk menyadari betapa pucat pasi dan mengkhawatirkan wajah pemuda itu.

Jantungnya seketika berdebum "Dad-dug!" dan sebelum ia sempat bertanya pada He Jichen ada masalah apa, pemuda itu sudah berlari ke kamar mandi dengan panik.

Ji Yi tertegun, menatap pintu kamar mandi yang dikunci dari dalam. Kemudian dia mendengar suara dari ponsel He Jichen, "Kak Chen?"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.