Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Pernahkah Kau Menyesali Sesuatu? (10)



Pernahkah Kau Menyesali Sesuatu? (10)

0

Baru saja Ji Yi menimbang-nimbang apakah sebaiknya berkata dengan sopan pada He Jichen: "Berikan kunci kamarnya kepadaku, aku akan masuk ke kamarku sendirian," He Jichen tiba-tiba berhenti di depan sebuah pintu kamar. Dia membuka pintu itu sendiri dengan menggesekkan kartu di tangannya.

0

Ji Yi spontan mengganti apa yang tadi hendak dikatakannya dengan ucapan "Terima kasih." Akan tetapi, sebelum ia sempat mengulurkan tangan untuk mengambil kunci kamar dari He Jichen, pria itu tiba-tiba berkata, "Chen Bai bilang karena ini adalah musim liburan, jadi hanya ini satu-satunya kamar yang tersisa."

Ini satu-satunya kamar yang tersisa... Ji Yi terhenyak.

Berarti aku akan sendirian di dalam kamar bersama He Jichen malam ini?

He Jichen membuka pintu dan masuk ke dalam kamar seakan belum melihat reaksi Ji Yi.

Dia menyalakan lampu dan dengan santai meletakkan laptopnya di atas meja. Ketika tangannya hendak melonggarkan dasi, jari-jarinya mendadak gemetaran saat menyadari bahwa Ji Yi masih berdiri di depan pintu.

Ia tahu bahwa gadis itu sedang berpikir berlebihan, karena dia, He Jichen tidak akan melakukan kesalahan yang sama dua kali.

Dia tahu gadis itu tidak mempercayainya dan takut jika sesuatu akan terjadi di antara mereka, karena itulah dia ragu untuk masuk.

Dalam hati He Jichen agak kesal, tetapi dia perlahan mengatupkan bibir bawahnya dan berpura-pura tidak melihat apapun. Sambil terus melonggarkan dasinya, dia menambahkan, "Tetapi untungnya, ini adalah kamar suite, jadi kau bisa tidur di ruang tidur. Sementara aku akan menggunakan ruang tamu karena masih ada pekerjaan malam ini."

Mendengar apa yang dikatakan oleh He Jichen, Ji Yi berkata "Oh!" Gadis itu berdiri di depan pintu untuk beberapa saat sebelum akhirnya memasuki kamar.

Begitu pintu tertutup, He Jichen melihat tubuh Ji Yi sedikit gemetaran.

Pemuda itu memalingkan wajahnya dan berjalan ke meja dapur. Ia memasak air dan membuat segelas susu hangat serta segelas teh panas.

Dia memberikan susu hangat itu kepada Ji Yi. "Sudah larut malam. Minumlah segelas susu ini, lalu mandi dan tidur yang nyenyak. Kau masih ada syuting besok."

Mendengar He Jichen berkata demikian, Ji Yi mendongak menatapnya, lalu menerima segelas susu itu. Dia mengangguk dan menjawab pelan "Mm."

Meskipun Ji Yi hanya memandangnya sesaat, He Jichen menangkap rasa tidak nyaman gadis itu. Sesuatu seakan mencekat tenggorokan pemuda itu, menyumbat pernapasannya.

Jika ini terjadi sebelumnya, melihat gadis itu menolaknya seperti ini, dia akan merasa diperlakukan tidak adil. Dia akan memanfaatkan kemarahan untuk mempertahankan harga dirinya dan memakai kata-kata kasar untuk menutupi rasa malunya, tetapi sekarang, yang dia lakukan hanyalah menundukkan pandangan. Dia memilih untuk menganggapnya tidak terjadi, dan berjalan ke arah meja kerja.

Sambil membuka laptopnya, He Jichen sesekali menoleh ke arah Ji Yi, dan selanjutnya mengawasi gadis itu menggunakan sudut matanya.

Gadis itu duduk tak bergeming di sofa, ia dapat melihat punggungnya yang kaku.

Apakah yang kukatakan barusan tidak bisa membantunya merasa tenang?

Bohong jika ia berkata bahwa dirinya tidak kecewa, tetapi dia juga tidak tega melihat Ji Yi seperti itu. Pemuda itu menyalakan laptopnya dan menatap layar untuk sesaat, lalu meraih ponselnya dan menghubungi Chen Bai.

Panggilannya segera dijawab. "Tuan He, apakah anda puas dengan pengaturan yang saya lakukan malam ini?" tanya Chen Bai dengan suara yang terdengar seakan memancing pujian.

"Hubungi semua eksekutif untuk memulai konferensi video dalam lima menit," kata He Jichen datar.

"Yang benar saja? Tuan He, bukankah anda mengatakan bahwa malam ini saya boleh libur? Terlebih lagi, malam ini cukup pendek, dan waktu sangat berharga..."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.