Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Pernahkah Kau Menyesali Sesuatu? (9)



Pernahkah Kau Menyesali Sesuatu? (9)

0

Ji Yi tetap terdiam untuk beberapa saat sebelum menyadari apa yang dikatakan oleh He Jichen. Gadis itu tidak mengatakan apapun, namun memberi sebuah anggukan pelan.

0

Setelah Chen Bai pergi saat makan malam, dia tidak kembali.

Mobil diparkir di area parkir terdekat. He Jichen mengantar Ji Yi ke hotel.

Hotel yang dipesan oleh Chen Bai terletak tepat di samping Danau Barat.

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di sana.

Mungkin karena sudah mengerahkan seluruh bahan percakapan selama berjalan-jalan di sekeliling danau, maka setelah masuk ke dalam mobil mereka tidak saling bicara sama sekali.

Radio di mobil dimatikan, maka selain suara lembut dari AC yang menyala, suasana di dalam mobil sangat hening. Ji Yi bahkan dapat mendengar suara lembut tarikan napas He Jichen.

Ketika mereka tiba di lampu lalu lintas yang menyala merah, Ji Yi mengalihkan pandangannya dari jendela dan perlahan mengarahkannya pada He Jichen.

Ekspresi penuh kehangatan yang ditunjukkannya tadi di tepi Danau Barat ketika membicarakan wanita yang disukainya kini telah hilang. Raut wajahnya yang dingin dan posturnya yang angkuh telah kembali, dan dia sedang menatap lurus ke jalanan di depannya.

Jika saja ia tidak melihat sendiri betapa pemuda itu begitu perhatian dan emosional, tidak mungkin Ji Yi akan tahu bahwa orang yang berada di danau tadi, dan yang sekarang sedang mengemudi, adalah orang yang sama.

Lampu merah telah berubah hijau dan mobil mulai melaju kembali.

Hentakan dari laju mobil begitu halus sehingga hampir tidak terasa, tetapi itu membuat Ji Yi mengalihkan pandangannya dari wajah He Jichen. Dia lalu menunduk menatap tangannya.

Gadis itu kemudian memandangi Danau Barat yang mulai menghilang dari pandangan sementara kata-kata He Jichen yang membuatnya takjub terus terngiang di telinganya.

"Tetapi sebenarnya tidak masalah jika dia memaafkanku atau tidak, karena aku tidak dapat melepaskannya. Sebaliknya, jika di antara kami berdua harus ada yang terluka, aku lebih memilih menanggung luka itu sendirian..."

Ji Yi tidak yakin mengapa, tetapi kata-kata itu membuat Ji Yi mendadak teringat malam ulang tahunnya ketika He Jichen menyanyikan "Dalam Radiusmu."

Waktu itu, dia masih begitu takjub karena orang yang selalu menganggap dirinya lebih baik dari yang lain bisa membawakan lagu emosional itu dengan sangat sempurna.

Baru malam ini akhirnya Ji Yi menyadari bahwa kesedihan yang dilihatnya waktu itu adalah perasaan pemuda itu yang sesungguhnya. Itu bukan sekedar ilusi, dan Ji Yi akhirnya menyadari bahwa He Jichen telah memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya malam itu.

Pemuda itu sesungguhnya mencintai seorang wanita dengan sangat mendalam dan dia sudah mencintai wanita itu semenjak mereka masih di sekolah menengah. Dia sangat mencintai wanita itu sampai tidak pernah menyerah mendapatkannya meskipun terjadi kesalahpahaman di antara mereka.

Ji Yi menebak bahwa lirik lagu itu mewakili perasaannya yang sebenarnya; dia mencintai seseorang. Tetapi hal itu adalah urusannya dan tidak ada sangkut-pautnya dengan Ji Yi. Jika wanita itu, siapapun dia, berbalik kepadanya, He Jichen pasti akan ada di sana, menunggunya.

Tanpa sadar, pandangan gadis itu tertuju pada kaca samping mobil. Melalui kaca itu, matanya terpaku pada bayangan He Jichen yang sedang berkonsentrasi mengemudi.

Semburan cahaya terang menembus kaca jendela mobil dan menyinari wajah pemuda itu. Cahaya itu memampukan Ji Yi melihat ekspresinya yang tak terbaca dari waktu ke waktu.

Gadis itu terus menatapnya sampai pandangannya teralihkan.

-

Mereka akhirnya tiba di pintu masuk hotel dan He Jichen lalu menyerahkan kunci mobilnya kepada tukang parkir valet. Pemuda itu dan Ji Yi memasuki lobi hotel bersama-sama.

Chen Bai pasti sudah memesan kamar untuk mereka, karena saat He Jichen berjalan ke meja resepsionis dan menunjukkan kartu identitasnya, pegawai yang berada di sana segera menyerahkan kunci kamar kepadanya.

Mereka memasuki lift dari lantai satu, lalu keluar ketika telah tiba di lantai kamar mereka. Karena He Jichen tidak memberi Ji Yi kunci kamarnya ataupun berpamitan, Ji Yi merasa agak curiga. Jangan katakan bahwa dia hendak mengantarku sampai ke kamarku?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.