Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Mengapa Tidak Kau Ceritakan Padaku? (7)



Mengapa Tidak Kau Ceritakan Padaku? (7)

0

He Jichen terlihat seakan baru saja menyaksikan hal paling menjengkelkan di dunia. Semakin kuat cengkeramannya, semakin banyak darah menetes dari ujung-ujung jarinya.

0

Meskipun pemuda itu membelakangi Ji Yi sehingga Ji Yi tak dapat melihat wajahnya, gadis itu masih dapat merasakan kemarahan He Jichen dari posisi punggungnya.

Ji Yi sangat ketakutan sampai ia menahan napas dan menatap tangan He Jichen yang berdarah untuk sesaat. Ji Yi ingin menyibakkan selimutnya, turun dari ranjang dan memeriksa He Jichen, tetapi pria itu tiba-tiba mengangkat lengan dan menghempaskan pecahan gelas di tangannya ke dalam tong sampah. Bahkan tanpa menoleh kepada Ji Yi, dia meninggalkan kamar.

Seakan perlu melampiaskan kemarahan, pria itu menutup pintu dengan terlampau kuat. "Brakk!"

Sekujur tubuh Ji Yi gemetaran ketika pintu dibanting sembari tetap diam di atas ranjang.

Bagaikan sebuah gambar, Ji Yi membeku di tempat untuk waktu yang lama sebelum perlahan berbaring di ranjang.

Sambil memandangi langit-langit kamar, gadis itu merasa semakin bingung.

Ada apa dengan He Jichen? Aku tidak membuatnya marah. Di dalam mobil, raut wajahnya sudah terlihat lebih baik, jadi mengapa dia mendadak marah setelah masuk ke kamarku?

Semakin memikirkan hal itu, Ji Yi semakin berpendapat bahwa kepribadian He Jichen sangat aneh.

Selama SMA dulu, bagaimana mungkin Ji Yi tidak menyadari sisi He Jichen yang menunjukkan perubahan emosi tak menentu ini?

Setelah memutar otak cukup lama, Ji Yi masih belum mengerti apa yang membuat He Jichen sangat marah. Syuting sudah sangat melelahkan, dan pinggangnya juga terluka , maka ia pun memejamkan mata dan mulai tertidur.

Ji Yi tidak dapat tidur nyenyak. Sesekali ia terbangun akibat rasa sakit pada lukanya.

Ji Yi tidak yakin sudah berapa lama dia berbaring di sana, terkadang tertidur dan kembali terbangun, ketika ia mendengar bel pintu berbunyi; "Dong! Dong! Dong!"

Ji Yi duduk dan bertanya, "Siapa?"

Tidak ada jawaban.

Ji Yi tanpa sadar mengira bahwa He Jichen telah kembali setelah meninggalkan kamarnya dengan marah. Ji Yi tidak mengatakan apapun, tetapi menyingkap selimut sambil memegangi lukanya. Ia turun dari ranjang dan perlahan melangkah ke arah pintu.

Ketika membuka pintu, Ji Yi melihat Qian Ge membawa tas besar dan kecil yang berisikan minuman tonik Cina di depan pintu. Wajah Ji Yi langsung berubah dingin. "Kenapa kau ada di sini?"

Qian Ge memberi Ji Yi senyuman yang menawan, tetapi tidak mengatakan apapun. Justru, ia berjalan melewati Ji Yi dan memasuki kamarnya tanpa permisi.

Karena sedang terluka, Ji Yi tidak dapat menyeret Qian Ge keluar, maka ia pun bersandar pada dinding di dekat pintu dan melihat apa yang hendak dilakukan oleh Qian Ge.

Segera setelah memasuki ruangan, senyum Qian Ge seketika itu juga sirna dari wajahnya. Dia mencampakkan barang-barang di tangannya ke lantai, lalu dengan angkuh menjawab pertanyaan Ji Yi, "Apa kau pikir aku mau melihat tempat kotormu ini? Lagipula, orangku melukaimu, dan aku harus mengunjungimu, dan berpura-pura meminta maaf."

"Kau tidak menjengukku dengan tulus, tetapi hanya bersandiwara untuk mendapatkan nama baikmu kembali?" Ji Yi menunduk dan menekuk bibirnya menjadi sebuah cengiran. Dia lalu terkekeh saat memikirkan berapa banyak masalah yang didapat oleh Qian Ge di lokasi syuting tadi. Dia juga ingat bagaimana manajer Qian Ge membelanya, dan saat itu juga, Ji Yi mengangkat alis dan bertanya pada Qian Ge: "Manajermu menyuruhmu untuk mampir, bukan?"

Qian Ge mengerucutkan bibir, tetapi sebelum sempat bicara, Ji Yi tidak dapat menahan diri dan tersenyum ketika menyadari bahwa tebakannya benar dan dengan perlahan berkata, "Apakah manajermu adalah satu-satunya yang punya otak di antara semua orang di sekitarmu?"

Apakah dia secara diam-diam menyebutku bodoh?

Mata Qian Ge berubah merah karena amarah.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.