Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Mengapa Tidak Kau Ceritakan Padaku? (9)



Mengapa Tidak Kau Ceritakan Padaku? (9)

0

Sudut-sudut bibir Ji Yi menekuk membentuk sebuah seringai. "Aku selalu berpikir bahwa kau ini bodoh, dan ternyata aku benar ꟷkau ini benar-benar bodoh! Tapi, Qian Ge..."

0

Ketika mengatakan hal ini, gadis itu sengaja memberi jeda, kemudian dengan santai melanjutkan, "…Tanpa adanya manajermu, jika memang ada lain kali, apakah kau sendiri yang akan ditangkap polisi?"

"Tsk tsk tsk…" Ji Yi terdengar bahagia dengan pemikiran itu, seakan memang bisa terjadi. "…Kalau dipikir-pikir, hal itu terdengar sangat menarik! Saat itu, seluruh internet akan menggila akan berita itu dan kau pasti akan menjadi jauh lebih populer daripada sekarang …"

"Ji Yi, kau-lah yang akan ditangkap oleh polisi…" Ketika kata-kata itu meluncur dari mulut Qian Ge, ia kembali teringat akan silet itu. Kata-kata selanjutnya terhenti di bibirnya.

Dia jelas tidak menyuruh siapapun untuk meletakkan silet di kostum itu dan mengira salah satu orang suruhannya yang melakukannya untuk melampiaskan amarah pada Ji Yi. Dia bahkan sempat ingin menanyakan hal itu kepada mereka karena mengira seseorang telah berinisiatif melakukan hal tersebut sendiri.

Dia tidak pernah menyangka bahwa Ji Yi ada kaitannya dengan silet itu. Lagipula, dia tidak pernah mengira seseorang akan bertaruh dengan nyawanya seperti itu… Tetapi saat memikirkan kembali tentang apa yang dikatakan oleh Ji Yi... bahwa dia dituntut dan bahwa dia bodoh …

Memikirkan hal itu, Qian Ge tiba-tiba mengerti semuanya. Dia kembali terduduk di ranjang. "Silet itu … kau meletakkannya di sana, bukan?"

"Selamat, rupanya kau tidak sebodoh itu!" Dengan wajah penuh pujian dan olokan pada saat yang sama, Ji Yi menatap wajah Qian Ge.

Jadi, aku jatuh di perangkap Ji Yi?

Percikan abi mendadak berkobar di dada Qian Ge seolah dia bisa meledak kapan saja. Dia menatap Ji Yi dengan penuh kekesalan dan berteriak, "Kau yang meletakkan silet itu di sana untuk memfitnahku? Aku akan pergi ke kantor polisi untuk menceritakan yang sebenarnya…"

Sambil berkata demikian, Qian Ge melangkah menuju pintu.

Ji Yi terkekeh seolah baru mendengar sebuah lelucon. Dia menunggu Qian Ge kembali menghampirinya sebelum berkata dengan santai, "Apa kau punya bukti?"

Qian Ge mendadak menghentikan langkahnya.

"Apa kau pikir polisi akan percaya padamu hanya dengan beberapa patah kata saja? Wajar jika sidik jariku ada di kostumku, tetapi orang-orang suruhanmu juga meninggalkan sidik jari mereka di sana ketika mereka menyabotase kostumku. Kalau kau pergi ke polisi dan berkata bahwa aku yang memasang silet itu di sana, mereka bukan hanya tidak akan mempercayaimu, hal itu bahkan akan membuat orang-orang berpikir bahwa kau sangat marah karena dipermalukan dan kau mencoba memfitnahku!"

Ji Yi ingin agar Qian Ge tahu bahwa dialah yang memasang silet itu di kostumnya, bahwa ia telah menjebaknya. Agar wanita itu tahu betapa sakit rasanya difitnah!

Seperti yang diperkirakan oleh Ji Yi; ketika Qian Ge mendengar apa yang dikatakannya, wajahnya berkerut-merut aneh dan kedua tangannya mengepal menjadi tinju. Dia begitu marah sampai sekujur tubuhnya mulai bergetar!

Melihat Qian Ge seperti itu, Ji Yi merasakan setitik kebahagiaan merebak di hatinya. Dia menatap Qian Ge dengan pandangan dingin dan nada suaranya berubah menjadi sangat tegas. "Sudah kukatakan padamu sejak dulu: Kau empat tahun yang lalu telah dikalahkan olehku. Kau empat tahun mendatang juga akan dikalahkan olehku! Kau tidak mendengarkan dan bersikukuh untuk bertarung denganku!"

"Apa yang terjadi padamu hari ini hanya awalnya saja. Kini kau kehilangan manajermu, di masa mendatang, kau akan kehilangan kejayaanmu, statusmu, masa depanmu, dan perusahaanmu!"

"Ini adalah pertarungan yang tak terelakkan di antara kita berdua! Bahkan jika ada saatnya kau melepaskanku dalam hari-hari ini, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja!"

Semakin Ji Yi berbicara, semakin pelan suaranya, dan dia semakin serius dengan pesan dalam setiap ucapannya. "Suatu hari nanti, aku akan membuatmu tidak punya apa-apa sampai harus mengemis-ngemis minta maaf!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.