Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Pelukan (9)



Pelukan (9)

0Han Zhifan pergi ke kantor lebih awal pagi itu.     
0

Ia membuka laptop dengan harapan bisa menyingkirkan segala pikirannya yang kacau dan fokus pada pekerjaannya, namun ia hanya sanggup menatap deretan tulisan pada layar laptopnya untuk waktu yang lama, tanpa membaca satu patah katapun.     

Pada jam delapan, sang sekretaris mengingatkannya bahwa ia harus menghadiri rapat pagi itu.     

Entah apakah karena tidak tidur semalaman, meskipun ia duduk di ruang rapat dikelilingi para pegawai yang berbicara tanpa henti selama satu jam, ia tetap tidak bisa menangkap satu katapun.     

Setelah rapat selesai, ia berjalan kembali ke kantornya. Han Zhifan minum secangkir kopi dan merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya. Saat membuka sebuah dokumen, hendak membacanya, ia hanya mampu membaca dua halaman, dan akhirnya membanting dokumen itu di atas meja. Kemudian dengan marah ia mengacak-acak rambutnya, menyambar telepon kantor, dan menghubungi nomor rumahnya.     

Yang menerima panggilannya adalah sang kepala pelayan.     

Sebenarnya ia ingin menanyakan keadaan Cheng Weiwan. Namun ia tak mampu mengutarakannya. Pada akhirnya ia hanya bisa bertanya, "Bagaimana keadaan di rumah?"     

Kapan Han Zhifan pernah menanyakan keadaan di rumah? Sang kepala pelayan tertegun mendengarnya, kemudian ia menjawab, "Cukup baik, tuan."     

"Apakah semua memang baik-baik saja? Benar begitu?"     

"Semuanya baik-baik saja, tuan."     

"Oh," jawab Han Zhifan. Setelah beberapa saat, ia mengakhiri panggilan itu.     

Tak bisa berkonsentrasi melakukan pekerjaannya, pria itu bersandar di kursinya, pikirannya kembali berkelana.     

Ia terus gelisah seperti itu sampai siang hari. Han Zhifan menghubungi nomor rumah lagi.     

Ia mengajukan pertanyaan yang sama, dan sang kepala pelayan memberinya jawaban yang sama pula.     

Akan tetapi, ia tetap merasa gelisah. Saat meletakkan pesawat telepon, ia sempat ragu, dan akhirnya mengangkat telepon itu kembali.     

Kali ini, ia tidak menghubungi nomor rumah. Ia justru menghubungi Lin Sheng.     

Lin Sheng segera menerima panggilan itu, namun Han Zhifan tidak memberinya kesempatan untuk bicara, dan ia terlebih dulu berkata, "Datanglah ke kantorku."     

Lin Sheng mengira Han Zhifan ingin membicarakan urusan penting, maka pria itu segera datang.     

Setelah memberi laki-laki itu isyarat untuk duduk, Han Zhifan tidak langsung bicara.     

Lin Sheng menanyakan alasan Han Zhifan memanggilnya ke sana. Akhirnya, Han Zhifan berkata, "Pergilah ke luar negeri dan bawa seorang dokter kembali ke Cina."     

"Itu saja?" Lin Sheng spontan bertanya setelah mendengar hal itu.     

Han Zhifan menganggukkan kepala seraya mengiyakan.     

"Cuma itu saja?! Kau tidak mengatakan apa-apa di telepon tadi! Kenapa kau menyuruhku kemari?" Lin Sheng merasa dipermainkan.     

Han Zhifan tidak mengatakan apapun dan menyalakan sebatang rokok.     

Melihatnya merokok, Lin Sheng pun tergoda untuk menghisap rokok pula. Pria itu pun ikut menyalakan sebatang rokok dan setelah dua kali hisapan, ia bertanya, "Apa kau sudah menghubungi dokter itu? Memangnya tidak apa-apa jika langsung menemui dokter itu?"     

"Mhm," jawab Han Zhifan tanpa memperhatikannya.     

"Apa kau ingin dokter itu mengobati putramu?" tanya Lin Sheng.     

Han Zhifan menggelengkan kepala. Kemudian setelah beberapa saat, ia berkata, "Dia seorang psikiater."     

"Seorang psikiater?" Lin Sheng memikirkan hal itu, lalu bertanya secara blak-blakan. "Putramu juga punya penyakit mental?..."     

Lin Sheng belum selesai bicara ketika melihat kilatan kemarahan dalam tatapan Han Zhifan.     

Laki-laki itu langsung menghentikan ucapannya.     

Setelah beberapa saat, Lin Sheng bertanya dengan rasa penasaran, "Kalau bukan untuk mengobati putramu, lalu untuk siapa?"     

Han Zhifan sepertinya tidak memperdulikan pertanyaan itu dan tidak mengatakan apapun.     

"Jelas bukan urusan sulit bagimu..." Han Zhifan tidak mau menjelaskan alasannya, dan Lin Sheng tidak merasa keberatan.     

Laki-laki itu pun mulai menebak. "...Kau sampai harus meminta seorang dokter dari luar negeri untuk datang kemari, pasti yang sakit bukan orang biasa. Orang itu pasti memiliki hubungan dekat denganmu... sangat dekat..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.