Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Hati Yang Terluka (5)



Hati Yang Terluka (5)

0Han Zhifan mengabaikan semua pertanyaan Lin Sheng dan tampak seperti melamun selama beberapa saat. "Lin Sheng, bantu selidiki sesuatu untukku..."     
0

Cheng Weiwan adalah putri kandung Cheng Weiguo. Cheng Weiguo datang ke Beijing, dan Cheng Weiwan pergi untuk menemuinya. Ayah manapun di dunia ini, paling tidak akan berusaha untuk menemui putri mereka, meskipun tak punya waktu untuk makan malam bersama putrinya. Akan tetapi, meski Cheng Weiwan sudah berada di lantai bawah kamar hotelnya, Cheng Weiguo masih menolak untuk menemuinya... Pasti telah terjadi sesuatu, antara ayah dan putrinya itu...     

Memikirkan hal itu, Han Zhifan lanjut berbicara dengan suara tenang: "...Selidiki hubungan keluarga Cheng Weiwan sampai tuntas..."     

"...yang paling penting adalah- hubungan antara Cheng Weiguo dan Cheng Weiwan..."     

Selidiki sampai tuntas?     

Lin Sheng termangu sejenak.     

Kenapa tiba-tiba saja Han Zhifan memintanya menyelidiki hubungan keluarga Cheng Weiwan sampai tuntas? Dan kenapa ia mementingkan hubungan antara Cheng Weiguo dan Cheng Weiwan...?     

"Kau ini kenapa sih? Apa terjadi sesuatu?" Lin Sheng mengerutkan alisnya.     

"Ada beberapa hal yang tidak kumengerti," kata Han Zhifan.     

"Apa?" tanya Lin Sheng.     

Han Zhifan tidak menjawab lagi dan mengambil sebatang rokok. Ia menyalakan rokok, meletakkannya di mulut dan kemudian menghisapnya sebelum mengalihkan pandangan kepada Lin Sheng, yang berdiri di pinggir. Kemudian ia kembali berbicara. "Ini sudah larut malam. Pulang dan beristirahatlah. Maaf mengganggumu karena masalah ini, dan kuharap kau bisa membantuku menyelesaikan masalah ini secepat mungkin."     

Meski tahu bahwa Han Zhifan belum menceritakan semua permasalahan yang ada kepadanya, ia tak hendak memaksa sahabatnya itu bercerita saat ini. Mendengar perkataan pria itu, Lin Sheng mengangguk pelan dan berkata, "Baiklah." Kemudian dia menatap Han Zhifan selama beberapa saat dan berkata, "Kalau begitu, sampai jumpa."     

Han Zhifan menggigit rokoknya dan mengangguk pada Lin Sheng, yang terlihat mengantuk.     

Lin Sheng tak berlama-lama di sana. Pria itu lalu membalikkan badan dan keluar dari ruang kerja itu.     

Han Zhifan masih terus terduduk di sofa ruang kerjanya. Setelah menghisap dua batang rokok, ia lalu berdiri dan berjalan ke kamar utama.     

Demam Cheng Weiwan belum mereda. Sang kepala pelayan terlihat khawatir; wanita itu terus menjagainya.     

Melihat kedatangan Han Zhifan, sang kepala pelayan menyapanya pelan, "Tuan Han."     

Han Zhifan tidak mengatakan apapun, ia berjalan ke sisi ranjang dan menatap Cheng Weiwan beberapa saat lamanya. Pada akhirnya, tatapannya terpaku pada sepasang kelopak mata bengkak wanita itu.     

Matanya sangat bengkak; dia pasti telah menangis sangat lama.     

Seperti ada sesuatu yang menyumbat tenggorokan Han Zhifan, untuk beberapa saat lamanya, napasnya terasa sesak. Saat itulah pandangannya tertuju pada sang kepala pelayan. "Jagalah dia. Saat dia bangun nanti, ingatkan dia untuk minum obat. Kalau dia masih demam, hubungi dokter Luo dan mintalah dia datang ke sini untuk memeriksanya lagi."     

"Ya, Tuan. Han," kata sang kepala pelayan.     

Han Zhifan tak mengatakan apapun lagi dan langsung pergi ke ruang ganti.     

Ia keluar setelah berganti pakaian. Pria itu lalu mengambil kunci mobil dan dompetnya, menoleh ke arah Cheng Weiwan yang masih terbaring di ranjang, sebelum beranjak pergi.     

Han Zhifan pergi ke kantornya dan tidur di ruang istirahat di kantornya.     

Ia tak bisa tidur nyenyak karena pikirannya sangat kacau; otaknya terus berputar memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang paling buruk.     

Namun Han Zhifan terus memejamkan mata dan berbaring layaknya orang bodoh hingga menjelang pagi. Pria itu baru membuka mata dan turun dari tempat tidur setelah sekretarisnya masuk ke dalam kantor untuk merapikan mejanya.     

Han Zhifan menahan keinginannya untuk menghubungi Cheng Weiwan dan menanyakan keadaannya. Ia terus menahan diri hingga tengah hari, setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ketika pria itu hendak pergi ke kantin di lantai bawah untuk makan siang, ponselnya berdering.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.