Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Dipaksa Menikah (4)



Dipaksa Menikah (4)

0Tanpa menunggu Cheng Weiguo selesai bicara, Cheng Weiwan langsung menyela. "Berdasarkan perkataanmu tadi, dia bersedia menikahiku. Jadi haruskah aku berlutut dan berterima kasih di depan seluruh keluarganya, karena ia bersedia menikah denganku?"     
0

"Di matamu, seberapa tak berharganya putrimu ini? Apa kau akan merasa senang, selama ada yang mau menikahi putrimu?"     

"Asal ayah tahu – aku tidak akan menikah! Hanhan dan aku sudah hidup bahagia. Aku tidak perlu menikahi siapapun, dan bahkan jika aku akan menikah, aku tidak perlu menikahi orang seperti itu. Kalau ayah menginginkan adanya pernikahan, ayah saja yang menikah dengannya, karena aku tidak akan meni-"     

Sebelum Cheng Weiwan sempat mengucap kata 'menikah', Cheng Weiguo, yang sudah menahan amarahnya karena segala bantahan itu, tiba-tiba melayangkan tangan dan menampar wajah putrinya dengan keras.     

Sang sopir mendadak menginjak rem ketika mendengar suara tamparan yang keras itu, sehingga mobil berhenti di tengah jalan.     

Mobil yang tadinya ramai karena suara bentakan dan bantahan, seketika itu juga menjadi hening.     

Setelah beberapa saat lamanya, Cheng Weiwan mengangkat tangannya untuk menutupi bagian wajahnya yang terkena tamparan.     

Air mata menggenang di pelupuk matanya, namun wanita itu tetap menatap Cheng Weiguo dengan lekat, tidak rela meneteskan air matanya.     

Jemarinya meraba sisi wajahnya yang terasa sakit akibat tamparan itu. Hal itu bagaikan sebuah panggilan keras yang menyadarkannya bahwa ayah kandungnya sendiri benar-benar telah menamparnya…     

Dengan segala kesedihan yang telah dipendamnya karena tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah semenjak kecil, Cheng Weiwan akhirnya meledak marah.     

Segala hal yang selama ini tidak sempat dia katakan, atau mungkin, tidak ingin dikatakannya demi mendapatkan kasih Cheng Weiguo, kini meluncur lepas dari mulutnya.     

Ketika bicara lagi, suara Cheng Weiwan terdengar jauh lebih tenang daripada sebelumnya. Akan tetapi, setiap patah kata yang diucapkannya mampu melukai lawan bicaranya.     

"Apakah aku salah bicara hingga ayah memukulku? Tidak ada ucapanku yang salah. Kenapa aku harus menikah dengan pria itu? Keuntungan apa yang bisa diberikannya padamu? Apa manfaatnya bagiku?"     

"Sekarang kau baru ingat kalau punya putri yang bisa dimanfaatkan, tapi bagaimana dengan sebelumnya? Kenapa sebelumnya kau tak pernah memikirkanku?"     

"Setiap hari kau tak pernah menjalankan tugas sebagai seorang ayah. Sekarang, atas hak apa kau menyuruhku mendengarkan ucapanmu?"     

"Aku selalu memimpikan hari di mana aku bisa menghabiskan waktu denganmu, tapi kemudian aku menyadari betapa bodohnya aku selama ini. Mana mungkin seorang ayah yang tidak pernah mau melihatku, layak untuk kuimpikan?"     

"Di matamu, kau hanya mempedulikan dirimu sendiri, karirmu, dan reputasimu, serta masa depanmu. Selain itu, kau tidak memperdulikan apapun lagi. Di depan semua orang, kau berpura-pura menjadi seorang ayah yang baik, tapi kenyataannya? Kau sekedar menciptakan sosok yang memiliki kasih sayang. Tidakkah kau merasa khawatir bahwa citramu itu akan hancur, suatu hari nanti?"     

"Aku menyebutnya 'citra' agar terdengar sopan, tapi dengan kata lain itu adalah 'topengmu'…"     

"Memalukan! Bagaimana bisa aku memiliki anak yang tak tahu malu seperti ini?!" Wajah Cheng Weiguo memerah sembari menuding Cheng Weiwan, seakan masih ingin memakinya. Akan tetapi, pria itu berpikir untuk waktu yang lama dan tidak bisa menemukan kata-kata. Pada akhirnya, ia menunjuk ke arah pintu di samping Cheng Weiwan dan berkata, "Keluar! Keluar kau sekarang juga!"     

Cheng Weiwan tidak peduli di mana mobil itu berhenti, atau seberapa berbahayanya keluar dari mobil di tengah jalan tol. Dia tidak ragu sedetikpun dan membuka pintu mobil, lalu keluar.     

Begitu dia membuka pintu, didengarnya teriakan Cheng Weiguo yang memekakkan telinga, "Keluar dari mobilku!"     

Tepat setelah kakinya menapak di jalan beraspal, mobil itu melaju pergi.     

Cheng Weiwan berdiri di tepi jalan tol itu untuk sesaat sebelum akhirnya berjalan menyusuri jalanan yang panjang itu, ke arah pintu keluar tol.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.