Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Dipaksa Menikah (5)



Dipaksa Menikah (5)

0Cheng Weiwan sedang mengenakan sepatu hak tinggi dan tempat mobil itu menurunkannya cukup jauh dari gerbang keluar tol. Ketika dia sampai di zebra cross setelah bersusah payah, kakinya sudah lecet-lecet.     
0

Rasanya sangat sakit. Rasa sakit yang menyayat hati… namun tetap tak sebanding dengan luka yang ada di lubuk hatinya yang paling dalam.     

Cheng Weiwan sangat kelelahan, namun tetap tak ingin berhenti. Dia tak tahu sedang berada di mana saat itu, namun terus melangkah dengan tersaruk-saruk.     

Bekas tamparan di wajahnya terlihat sangat jelas hingga membuat para pejalan kaki di sekitarnya menoleh melihatnya.     

Dia tak menyadari apapun yang ada di sekelilingnya dan baru berhenti melangkah ketika sudah tak sanggup berjalan lagi.     

Ada sebuah cermin yang terpampang di jendela sebuah salon yang dia lewati. Ketika melihat ke arah cermin itu, dia lantas terpaku.     

Di cermin itu, rambutnya tertata rapi, riasan wajahnya sempurna, dan dia mengenakan sepatu yang sengaja dipesannya dari luar negeri tahun lalu. Dia tak berani memakai sepatu itu sebelumnya, tak satu kalipun…     

Dia sengaja mempersiapkan diri untuk makan malam ini, tapi sekarang…     

Tatapan Cheng Weiwan tertuju pada pantulan wajahnya di cermin.     

Ditatapnya bekas lima jari di wajahnya, dan tanpa sadar bibirnya tersenyum mencibir.     

Semakin dia tersenyum mencibir, air mata yang selama ini ditahannya mengucur semakin deras.     

Ya… dia mengerti situasinya. Meski tadi dia marah-marah kepada Cheng Weiguo, saat menyadari bahwa ayahnya memperlakukannya seperti itu, lagi dan lagi, dia tetap merasa sangat sedih.     

Mereka adalah ayah dan putri kandung. Seharusnya mereka adalah orang yang paling akrab di dunia ini, dan memiliki hubungan paling dekat, akan tetapi… mereka justru lebih jauh daripada dua orang asing yang tidak saling mengenal.     

Dia tahu bahwa seharusnya dia tak berharap banyak pada Cheng Weiguo, tapi dia tetap saja merasa sedih… Dan dia juga belum sanggup melupakan hubungan darah diantara mereka berdua.     

Semakin memikirkan hal itu, Cheng Weiwan menjadi semakin sedih. Tak mampu lagi menanggung kesedihan itu, dia pun mulai berjongkok dan menangis terisak-isak, sambil memeluk kedua lututnya.     

–     

Han Zhifan sangat sibuk malam itu. Ia harus lembur sampai jam sebelas malam.     

Karena belum sempat makan malam, perutnya terasa sangat lapar. Pria itu lantas mengambil ponsel dan memesan makanan.     

Usai memesan makan malam, orang sewaan Lin Sheng yang disuruh untuk mengikuti Cheng Weiwan menghubunginya.     

Orang itu memberitahunya bahwa Cheng Weiwan menemui orang tak dikenal malam itu, dan dia terlihat bersemangat ketika pergi. Setelah pertemuan itu, Cheng Weiwan masuk ke dalam sebuah mobil, namun mobil itu berhenti di tengah jalan, dan wanita itu keluar. Sekeluarnya dari dalam mobil, wanita itu terlihat sangat terpuruk. Saat ini, dia sedang berjongkok di trotoar, menangis…     

Rasa penasaran menjalar di hati Han Zhifan, ia bertanya-tanya siapa gerangan yang dia temui dan membuatnya sesedih itu. Tanpa banyak berpikir, dengan tak sabar ia meminta lokasi Cheng Weiwan saat itu.     

Wanita itu berada tak jauh dari kantornya - dia berada di jalan tepat di belakang kantornya. Han Zhifan mengakhiri panggilan, dan tanpa mengenakan jaketnya, ia bergegas menuruni tangga dan berlari keluar ke dalam bekunya malam musim dingin.     

Han Zhifan sudah sangat mengenali daerah sekitar kantornya, sehingga dengan mudah ia bisa menemukan tempat yang dimaksud oleh orang yang tadi menghubunginya.     

Dari jarak yang cukup jauh, dilihatnya Cheng Weiwan berjongkok di tepi jalan.     

Tubuh wanita itu gemetaran. Ia pun tahu bahwa wanita itu sedang menangis pilu.     

Langkah kakinya spontan terhenti. Ditatapnya wanita itu cukup lama sebelum akhirnya berjalan menghampirinya.     

"Wanwan?"     

Ia memanggil nama wanita itu.     

Namun Cheng Weiwan mengabaikannya.     

Maka ia pun membungkuk, meraih lengan wanita itu, dan menarik tubuhnya bangkit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.