Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Kembali (6)



Kembali (6)

0"Kau sudah benar-benar tidak akan bisa mendapatkannya lagi…"     
0

Cheng Weiguo menggeretakkan giginya dan berteriak lewat ponselnya, kata demi kata, "KEMBALIKAN – USB –KU!"     

"Ayah sudah melakukan begitu banyak kesalahan dan harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan itu…"     

"Bukan ini yang ingin kudengar, anak sialan! Aku ingin kau mengembalikan USB-ku!" Kali ini, usai bicara, Chen Weiguo tak menunggu jawaban Cheng Weiwan dan lanjut bertanya dengan suara yang kasar dan dingin, "Aku akan bertanya padamu untuk yang terakhir kalinya – apa kau akan mengembalikan USB itu padaku?"     

"Maaf, aku…"     

"Aku tidak sudi mendengar kata 'maaf'– Aku ingin USB itu. Kau sudah bertekad untuk tidak mengembalikan USB itu, iya 'kan?" Karena USB itu kini berada di tangan orang lain, Cheng Weiguo terdengar gelisah. Tanpa menunggu Cheng Weiwan selesai bicara, pria itu kembali menyela dengan jengkel.     

"Iya 'kan?"     

"Iya 'kan?"     

"Iya 'kan?"     

Pertanyaan itu diajukan terus menerus dengan nada yang semakin keras.     

Cheng Weiwan tetap terdiam dalam panggilan itu, sebelum akhirnya mengiyakan. Akan tetapi, sebelum dia selesai bicara, terdengar seseorang di dekatnya berkata, "Awas!"     

Suara itu terdengar familiar, namun Cheng Weiwan tak tahu siapa yang bicara, karena tiba-tiba seseorang mendorongnya.     

Cheng Weiwan jatuh ke aspal. Buah dan sayuran yang dibelinya kini berserakan di jalanan. Rasa sakit membuatnya menarik napas tajam, dan suasana di sekelilingnya terasa mencekam. Dia melihat sebuah mobil yang berhenti dalam posisi berbelok, di depannya seseorang terbaring di atas genangan darah.     

Mobil itu tadi menerjang ke arahnya… jadi mobil itu memang sengaja hendak menabraknya?     

Cheng Weiwan mendongak. Dari balik kaca depan, dilihatnya Cheng Weiguo duduk dalam mobil itu.     

Aku menolak mengembalikan USB miliknya, lalu dia hendak menabrakku dengan mobilnya? Tapi aku adalah putri kandungnya…     

Cheng Weiwan menatap Cheng Weiguo dengan rasa tak percaya sampai seseorang berteriak, "Cepat panggil ambulans! Sepertinya orang ini tak akan selamat." Kemudian dia pun menoleh pada seseorang yang terbaring di atas genangan darah itu.     

Jaraknya cukup jauh, sehingga dia tak tahu siapa orang itu. Menahan rasa sakit di tubuhnya, dia berusaha bangkit dari jalan beraspal dan bergegas menghampiri orang yang terbaring di jalan itu.     

Dia baru bisa melihat wajah orang itu dengan jelas setelah mendekat.     

Orang itu adalah... Han Zhifan…     

Cheng Weiwan merasa titik lemahnya telah ditotok dan langkahnya tiba-tiba terhenti. Tak bergeming wanita itu menatap Han Zhifan.     

Han Zhifan sepertinya dapat merasakan bahwa Cheng Weiwan sedang menatap ke arahnya, karena ia berusaha untuk membuka mata dan melihat ke arahnya.     

Begitu melihatnya, pria itu memberinya seulas senyuman tipis.     

Seakan ada sesuatu yang dihujamkan ke jantung Cheng Weiwan, sekujur tubuhnya gemetaran. Wanita itu terduduk lemas di atas aspal, di samping Han Zhifan.     

Dengan bibir gemetaran ditatapnya pria yang berlumuran darah itu, dan dengan segenap tenaga, dia memaksakan diri untuk memanggil namanya.     

"Han Zhifan…"     

Begitu nama itu terlontar dari bibirnya, air matanya mulai mengalir.     

Han Zhifan ingin menghapus air mata Cheng Weiwan, namun ia tak mampu menggerakkan tubuhnya.     

Ia hanya mampu menggerakkan bibirnya dan berkata dengan suara pelan, "Wanwan, jangan menangis…"     

Wanita itu bahkan menangis lebih keras lagi.     

Ia tahu bahwa tak lama lagi dirinya akan hilang kesadaran. Ia pun tak tahu apakah masih bisa bangun lagi setelah itu, jadi tak ada waktu baginya untuk terus meminta wanita itu agar tidak menangis. Sekali lagi ia berusaha bicara, namun ia hanya mampu mengucapkan hal yang paling penting baginya saat itu, "Wanwan, maaf…"     

Pria itu meminta maaf lagi.     

Cheng Weiwan menggelengkan kepala dan berbisik, "Jangan bicara lagi, jangan bicara dulu…"     

Dia khawatir jika pria itu terlalu banyak mengerahkan tenaga untuk bicara, ia akan semakin banyak mengucurkan darah.     

Han Zhifan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Cheng Weiwan dan terus menggerakkan bibirnya. Bicaranya tersendat-sendat, namun Cheng Weiwan mengerti apa maksudnya. "Wanwan, kali ini, dengan tulus aku ingin menyelamatkanmu. Tidak seperti yang dulu. Kali ini, aku sungguh…"     

Cheng Weiwan tahu pria itu sedang merujuk pada tipu muslihatnya sebagai jagoan- yang menyelamatkan dirinya yang berada dalam bahaya beberapa tahun yang lalu.     

"…Wanwan, apakah ini termasuk 'bertarung dan meneteskan darah dimana-mana'?" Setelah mengatakan hal itu, Han Zhifan mulai terbatuk-batuk hingga darah mengalir dari sudut bibirnya. "…aku hanya berjuang dan meneteskan darah untukmu seorang…"     

Cheng Weiwan spontan menggigit bibir, namun suara tangisan masih terdengar dari mulutnya.     

"…Wanwan… Tidak ada kata terlambat untuk kembali ke jalan yang benar…"     

Dia ingin memohon agar pria itu berhenti bicara dan menghemat napasnya, namun yang sanggup dilakukannya ketika pria itu terus bicara, hanyalah menangis tersedu-sedu.     

"…Tidak ada kata terlambat untuk kembali ke jalan yang benar… Tidak ada kata terlambat untuk kembali ke jalan yang benar…"     

Entah sudah berapa kali pria itu mengulang-ulang kalimat yang sama. Suaranya semakin lama semakin pelan. Pada akhirnya, mata pria itu pun terpejam, dan ia tak lagi bersuara.     

Tangisan Cheng Weiwan tak terbendung lagi.     

Kemudian samar-samar dia mendengar suara ambulans dan sirine polisi.     

Dibalik suara-suara itu, dia bisa mendengar kalimat itu semakin jelas terulang di dasar hatinya:     

Ya. Tidak ada kata terlambat untuk kembali ke jalan yang benar. Jagoanku akhirnya telah kembali…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.