Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Dipaksa Menikah (9)



Dipaksa Menikah (9)

0Dengan keadaannya saat ini, Cheng Weiwan tak bisa berpura-pura seakan tak terjadi apa-apa. Dihadapkan dengan Han Zhifan, dia perlu waktu untuk menyendiri selama beberapa saat, untuk memikirkan baik-baik segala informasi yang tanpa sengaja ditemukannya malam itu…     
0

Cheng Weiwan berdiri tanpa menunggu Han Zhifan mengatakan apapun. Dia khawatir jika Han Zhifan bisa melihat ada yang tidak beres dalam tatapannya, sehingga dia tidak berani mendongak dan memandang pria itu. Dia menundukkan kepala dan dengan pelan berkata, "Ini sudah sangat larut. Hanhan sendirian di rumah, jadi aku harus pulang sekarang."     

Setelah berkata demikian, wanita itu bergegas ke arah pintu.     

Baru saja dia maju dua langkah, Han Zhifan mencegatnya.     

Cheng Weiwan hanya setengah menengadah, sebelum menunduk lagi dengan tergesa-gesa. "Aku benar-benar harus…"     

Sebelum dia selesai bicara, Han Zhifan memaksanya duduk kembali di sofa.     

"Aku…"     

Cheng Weiwan bicara lagi, namun dia hanya sempat mengucapkan satu kata sebelum Han Zhifan meraih kakinya. Pria itu mengeluarkan plester luka dari tas belanjanya, dan menempelkan selembar plester itu pada lukanya.     

Ucapan Cheng Weiwan mendadak terhenti ketika dia menatap Han Zhifan, yang sedang berkonsentrasi merawat luka lecet pada kakinya. Tiba-tiba saja, dia teringat bahwa ayahnya yang menyebabkan kematian adik kandung pria itu, dan hatinya dipenuhi kesedihan tak terbendung, yang membuat matanya mulai berair.     

Khawatir genangan air mata yang telah terkumpul di sudut matanya akan berjatuhan dan pria itu akan melihatnya, Cheng Weiwan pun langsung menoleh keluar jendela.     

Ruangan itu menjadi sangat sunyi. Setelah Han Zhifan selesai merawat luka di kakinya, pria itu memakaikan sepasang sepatu kets baru di kakinya. "Ayo pergi. Akan kuantar kau pulang," katanya.     

"Tidak perlu, terimakasih, aku…"     

"Ini benar-benar sudah larut malam. Tidak aman kalau naik taksi." Setelah berkata demikian, Han Zhifan lantas berdiri dan mengambil kunci mobilnya, lalu mengambil tas Cheng Weiwan dan sepasang sepatu hak tinggi yang tadi dilepasnya.     

Cheng Weiwan tidak melawan Han Zhifan dalam hal ini. Dia pun berdiri dan mengikuti pria itu melangkah ke arah pintu.     

Ketika pintu ditutup, dia melihat ada bungkusan makanan di atas meja kopi.     

Ketika pria itu mengajaknya kembali ke kantor, ia menerima sebuah panggilan masuk. Sepertinya itu dari orang yang mengantar makanan..     

Dia memesan makanan yang belum sempat dimakannya. Ini sudah lewat tengah malam dan dia belum makan?     

"Ayo pergi…" Menyadari Cheng Weiwan masih berdiri tertegun di depan pintu kantor, Han Zhifan pun memanggil wanita itu.     

Cheng Weiwan tersadar kembali, lalu berkata "Oke", kemudian menyusul Han Zhifan.     

Setelah masuk ke dalam lift, sesekali wanita itu menoleh pada Han Zhifan. Dia ingin mengatakan sesuatu pada pria itu, namun kata-kata itu tertahan di mulutnya. Bibirnya bergerak, namun tak terucapkan sepatah katapun.     

–     

Buku harian Lili sungguh membuat Cheng Weiwan merasa sangat syok. Dia tak bisa berhenti memikirkan buku harian Han Zhili itu sampai tiga hari berturut-turut.     

Sebenarnya dia sudah tahu bahwa Han Zhifan dan ayahnya mungkin berselisih paham. Dahulu, dia mengetahui kebenarannya saat berdiri di ambang pintu kantor Han Zhifan, dan dia hanya mendengar pria itu berkata, "Kalau ada yang ingin kau salahkan, salahkan saja kenapa kau harus jadi putri Cheng Weiguo."     

Pernah terpikirkan olehnya untuk bertanya pada Cheng Weiguo tentang kesalahpahaman apa yang terjadi antara ayahnya dan Han Zhifan. Akan tetapi, dia tak pernah mendapat kesempatan untuk duduk dan mengobrol dengan Cheng Weiguo.     

Dia juga sempat bertanya-tanya tentang kesalahpahaman apa yang mungkin terjadi diantara mereka, namun satu-satunya jawaban yang bisa dipikirkannya adalah bahwa Cheng Weiguo adalah seorang dokter, jadi masalahnya pasti seputar dokter dan pasiennya. Akan tetapi, dia tak pernah membayangkan bahwa masalahnya adalah dendam yang diakibatkan oleh kematian seseorang…     

Setiap patah kata dalam buku harian Han Zhili benar-benar menguji kemampuannya untuk tetap bungkam. Cheng Weiwan tahu bahwa semua yang ditulis oleh Han Zhili kemungkinan besar adalah benar adanya, tapi Cheng Weiguo tetap adalah ayahnya. Meskipun pria itu tak pernah memenuhi perannya sebagai seorang ayah, dia tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya adalah orang semacam itu. Dia terus memikirkan tentang hal itu berulang kali hingga beberapa hari kemudian, akhirnya dia berinisiatif untuk menghubungi Cheng Weiguo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.