Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Tergoyahkan (4)



Tergoyahkan (4)

0Kali ini, sebelum sang kepala pelayan sempat berbicara, Han Zhifan bertanya, "Pergi?"     
0

Saat itulah sang kepala pelayan menyadari bahwa kata yang diucapkan oleh Han Zhifan hingga tiga kali berturut-turut itu, bukan ditujukan kepadanya.     

Wanita itu menutup mulut dan menelan kembali kata-katanya.     

Han Zhifan berdiri membelakanginya dan menatap keluar jendela untuk waktu yang sangat lama. Pria itu berbicara sekali lagi, namun kali ini, bukan dengan nada bertanya. "Pergi…"     

Suaranya sangat pelan, namun wanita itu masih bisa mendengar getaran dalam suaranya dengan jelas.     

Sang kepala pelayan merasa ulu hatinya mulai ngilu, seakan ada yang sesuatu yang menusuk-nusuknya.     

Dia tahu bahwa Han Zhifan sedang terluka dan dia ingin menghibur pria itu, namun tak tahu bagaimana caranya.     

Ruangan itu sangat hening. Wanita itu tidak bersuara dari awal sampai akhir, dengan jelas dilihatnya pundak pria itu perlahan gemetaran seiring bergulirnya waktu.     

–     

Sepeninggal Cheng Weiwan, Han Zhifan merasa waktu tiba-tiba terasa sangat lama. Waktu bergulir dengan sangat lambat, namun tanpa disadarinya, musim panas telah berganti menjadi musim gugur.     

Pada hari terakhir bulan September, Han Zhifan menemui seorang klien lama yang sudah dikenalnya selama bertahun-tahun, untuk sekedar minum teh.     

Klien lamanya itu harus pergi lebih awal untuk menjemput putranya yang belum genap berusia satu tahun, dari sekolahnya.     

Han Zhifan terus duduk sendirian di Cafe itu selama setengah jam sebelum akhirnya membayar tagihan.     

Ada beberapa pohon ginkgo di depan Cafe itu. Setiap helai daunnya telah menguning, dan mulai berjatuhan ketika tertiup angin.     

Han Zhifan mendongakkan kepala dan menatap daun-daun yang berguguran itu selama beberapa saat. Ketika itulah ia teringat bahwa ia juga mampir ke Cafe itu beberapa hari sebelum wanita itu meninggalkan rumahnya. Waktu itu, pohon-pohon gingko di sana masih terlihat muda. Namun saat ini, semua helai daunnya telah menguning, dan wanita itu telah pergi darinya… Jadi rupanya, musim telah berganti semenjak dia pergi. Kini setelah ia menghitung hari, sepertinya sudah lebih dari empat puluh hari berlalu, semenjak wanita itu pergi meninggalkannya….     

Han Zhifan berdiri melamun di tepi jalan untuk waktu yang lama sebelum akhirnya pulang dengan mengemudikan mobilnya.     

Hari masih panjang. Makan malam belum siap.     

Sang kepala pelayan menyadari bahwa tuannya telah kembali. Wanita itu segera menghampirinya dan membantu mengambilkan sandal rumah untuknya.     

Usai melepas sepatunya dan mengenakan sandal rumah, Han Zhifan menyerahkan jaketnya pada sang kepala pelayan. Tanpa disadarinya, ia bertanya, "Di mana Hanhan?"     

Setelah bertanya, tampak olehnya ekspresi sang kepala pelayan yang terlihat aneh. Saat itulah ia menyadari bahwa Hanhan telah pergi bersama wanita itu beberapa waktu yang lalu, namun ia masih belum bisa menyingkirkan kebiasaannya itu setiap kali pulang ke rumah.     

Han Zhifan menundukkan pandangan dan tersenyum mengejek. Ia mengibaskan tangan sebagai isyarat agar sang kepala pelayan meninggalkannya, kemudian ia melangkah ke lantai atas.     

Dekorasi dalam kamarnya belum berubah, namun saat ia membuka pintu kamar tersebut, hatinya terasa sangat hampa sembari memandangi kamar yang kosong itu.     

Ia melangkah ke ruang ganti dan keluar dengan mengenakan pakaian santai, kemudian pergi ke kamar anak di sebelah kamarnya. Wanita itu tidak membawa barang-barang yang telah dipersiapkannya untuk Hanhan, dan sang kepala pelayan belum menyimpan barang-barang tersebut. Ruangan itu terlihat sama persis seperti ketika Hanhan masih tinggal di sana; semuanya ditata dengan rapi. Para pembantu bahkan membersihkan mainan kesukaan Hanhan di ruang bermain, setiap hari. Beberapa mainan baru yang dibelinya setelah melakukan perjalanan bisnis diletakkan begitu saja di sisi ruangan, dan kotaknya belum dibuka.     

Han Zhifan baru berdiri di kamar anak itu untuk beberapa saat, namun hatinya sudah terasa sangat sesak.     

Begitu memasuki ruang kerja, ia menghisap beberapa batang rokok sampai akhirnya berhasil menyingkirkan rasa sakit dalam dadanya.     

Wanita itu telah meninggalkannya lebih dari sebulan yang lalu, namun mengapa ia masih tak sanggup menghindari rasa sakit ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.