Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

He Jichen, Aku Ingin Kita Punya Bayi (42)



He Jichen, Aku Ingin Kita Punya Bayi (42)

0Dan apa urusannya denganku jika dia pingsan? Lagi pula... seseorang sudah datang untuknya, menjaganya, membawanya pergi...     
0

Ketika ingatan bagaimana pria itu dengan hati-hati mengangkat tubuh Cheng Weiwan ke dalam mobilnya dan mengeringkan tubuh wanita itu- memenuhi benak Han Zhifan, bibirnya mengatup membentuk garis tipis. Tampak ada kobaran api di kedalaman matanya.     

Pria itu... Aku mengenalinya. Dia adalah pria yang mengantarnya pulang kemarin...     

...     

Pagi harinya, Cheng Han masih sedikit demam. Akan tetapi, suhu tubuhnya sudah tidak terlalu tinggi.     

Semenjak Han Zhifan kembali ke dalam kamar semalam, seisi ruangan berubah muram.     

Sang kepala pelayan dan pengasuh tidak berani mengatakan sesuatu yang tidak perlu. Ketika berjalan, mereka bahkan melangkah dengan hati-hati.     

Setelah Cheng Han terbangun dengan susah payah, kebekuan pada raut wajah Han Zhifan mulai terlihat mencair. Kepala pelayan dan pengasuh diam-diam menghela napas lega dan terlihat tenang pada saat yang bersamaan. Setelah sekitar dua menit berlalu, Cheng Han membuka mata dan menatap ketiga orang yang berkerumun di sekeliling ranjang dengan sepasang matanya yang penuh harap. "Di mana mama?" tanyanya dengan suara yang menggemaskan.      

Tangan Han Zhifan terhenti ketika hendak menyentuh kepala Cheng Han.     

Raut wajah pria itu kembali terlihat dingin, sehingga suasana dalam ruangan terasa membeku sekali lagi.     

Baik sang kepala pelayan maupun sang pengasuh tak berani bersuara.     

"Di mana mama?" tanya Cheng Han sekali lagi.     

Kedua alis Han Zhifan kembali berkerut.     

Sang pengasuh khawatir jika Han Zhifan mengatakan sesuatu, pria itu akan membuat Cheng Han takut dan akhirnya menangis, maka wanita itu dengan cepat menyahut, "Mama akan datang nanti..."     

Saat kata-kata itu terucap dari bibir sang pengasuh, wanita itu dengan jelas dapat merasakan aura yang menakutkan terpancar dari tubuh pria yang berdiri di sampingnya. Wanita itu tidak berani bergerak sedikitpun. Dia hanya menatap Cheng Han dengan senyuman yang ramah dan lanjut berkata: "...Sayang, apa kau lapar? Minum susu dulu, yuk?"     

Cheng Han mengangguk patuh.     

Sang kepala pelayan segera membawakan sebotol susu.     

Sang pengasuh mengambil botol itu, menggendong Cheng Han, dan dengan hati-hati memberikan susu itu padanya.     

Keduanya melakukan tugas mereka tanpa kesalahan, namun dalam hati, mereka merasa kacau balau.     

Setelah bocah itu selesai minum susu, seorang suster datang dan memeriksa keadaan Cheng Han. Dia memberi bocah itu cairan infus, lalu pergi.     

Cheng Han mulai menangis karena merasa sakit. Dia masih tidak sehat dan tidak bertenaga. Setelah pengaruh obat mulai terasa, Cheng Han tidak lagi rewel dan tidak lama kemudian, bocah itu tertidur pulas.     

Ketika Cheng Han terbangun lagi, hari sudah sore.     

-     

Setelah kemarin dibawa pergi oleh seorang pria, Cheng Weiwan kini datang lagi dan berdiri di luar gedung. Wanita itu sudah berdiri di sana selama hampir dua jam.     

Seperti yang dilakukannya ketika bangun pagi, hal pertama yang dilakukan Cheng Han saat bangun tidur adalah mencari mamanya.     

Sejak setengah jam yang lalu, Han Zhifan menyadari bahwa Cheng Weiwan berdiri di luar gedung. Suasana hati pria itu terlihat sedang sangat buruk. Mendengar Cheng Han mencari mamanya, ekspresinya terlihat sangat suram.     

Tidak melihat mamanya- Cheng Han mulai menangis lagi. Sang kepala pelayan dan pengasuh berusaha sebaik mungkin untuk menghiburnya, sedangkan Han Zhifan masih terus memasang raut wajah yang dingin, seakan pria itu tidak mendengar apapun. Ia hanya berdiri di satu sisi dan menyaksikan semuanya, tanpa bergerak sedikitpun.     

Entah apakah karena pria itu merasa terganggu mendengar tangisan Cheng Han, maka setelah dua puluh menit, Han Zhifan berjalan ke arah jendela.     

Karena tahu bahwa Cheng Weiwan ada di bawah, pandangannya otomatis terarah kepada wanita itu.     

Awalnya wanita itu berdiri di sana sendirian. Akan tetapi, entah sejak kapan, kini ada orang lain yang berdiri di sampingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.