Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Aku Punya Satu Syarat (10)



Aku Punya Satu Syarat (10)

0"Sungguh!!" Khawatir jika Cheng Weiwan tidak mempercayainya, Cheng Han pun mengangguk kuat-kuat. Kemudian, seakan telah diperlakukan dengan tidak adil, bocah itu merengutkan wajahnya. "Mama, apa kau sudah tidak menginginkan Hanhan lagi?" tanyanya dengan memelas.      0

Ucapan lugu bocah itu menusuk hati Cheng Weiwan, membuat hatinya bagai tersayat sembilu. Wanita itu memaksakan diri memasang ekspresi wajah tenang, lalu dengan suara lembut berbicara kepada putranya itu. "Mana mungkin? Mana mungkin mama tidak menginginkan Hanhan?!"     

"Kalau begitu kenapa mama tidak datang menemui Hanhan untuk waktu yang begini lama?" Cheng Han tidak bisa membaca bahasa tubuh; bocah itu tidak tahu bahwa ia tengah menyudutkan ibunya pada posisi yang sulit. Ia mengangkat wajah mungilnya dan dengan lugu terus mendesaknya dengan mengajukan pertanyaan yang sama.     

Mustahil baginya untuk memberitahu bocah itu bahwa papanya yang tidak memperbolehkan dirinya untuk menjenguk bocah itu. Cheng Weiwan hanya bisa memandangnya dan tersenyum. Dia mengarang alasan dan berbohong pada Cheng Han. "Mama akhir-akhir ini sangat sibuk, dan beberapa saat yang lalu, mama tidak enak badan. Mama bahkan jatuh sakit! Karena itulah baru hari ini mama bisa menjenguk Hanhan."     

"Mama, kalau begitu, apa sekarang mama sudah merasa baikan?" tanya Cheng Han sambil berkedip. Dia mengulurkan tangan-tangan mungilnya yang lembut dan menirukan gerakan Cheng Weiwan sebelumnya, memeriksa keningnya.     

Hanhan mungkin adalah satu-satunya orang yang sangat mempedulikannya seperti itu di dunia ini…     

Cheng Weiwan merasa tersentuh dan juga sedih. Dia memaksakan diri untuk tersenyum hangat dan menggelengkan kepala pada Cheng Han. "Sekarang Mama baik-baik saja."     

Cheng Han segera tersenyum dengan mata menyipit dan mendekat pada Cheng Weiwan seperti biasanya, lalu mencium pipi wanita itu. Seakan baru teringat akan sesuatu, bocah itu bertanya, "Mama, apa kau merindukanku?"     

Cheng Han tidak menunggu Cheng Weiwan bicara dan ia lanjut berbicara, "Mama, aku sangat merindukanmu. Mama, bisakah kau ajak aku pulang ke rumah…"     

Mata Cheng Weiwan memerah dan air matanya kembali menggenang. Buru-buru wanita itu memalingkan wajah dan melihat ke luar jendela untuk menekan rasa pedih di matanya. Kemudian dia menoleh dan tersenyum pada Cheng Han. "Mama juga sangat-sangat-merindukan Hanhan. Sangat-sangat-merindukanmu…"     

Dia hanya bisa merespon setengah dari pertanyaan-pertanyaan Hanhan karena khawatir tidak akan bisa memenuhi keinginan putranya itu.     

…     

Karena Cheng Weiwan ada di sana, wanita itu yang menjaga Cheng Han, sehingga sang kepala pelayan dan juga pengasuh tidak terlalu campur tangan.     

Pada hari biasanya, Cheng Han akan menangis mencari mamanya, atau hanya akan terdiam. Hari ini, dengan keberadaan Cheng Weiwan, Cheng Han menjadi banyak bicara.     

Karena sudah lama tidak melihat Cheng Han, meskipun merasa kelelahan dan kesakitan setelah disiksa oleh Han Zhifan semalam, wanita itu masih memaksakan diri untuk menemani Cheng Han dan mengobrol.     

Sang kepala pelayan dan pengasuh ikut bergabung ketika Cheng Weiwan tersenyum dan mengobrol dengan Cheng Han.     

Ketika sang kepala pelayan dan pengasuh berbicara, wanita itu menanggapi mereka dengan sopan.     

Duduk di sofa di samping mereka, Han Zhifan adalah satu-satunya orang yang tidak melihat ke arah mereka dan pura-pura tidak mendengar ketika Cheng Han berceloteh. Dalam kebisuan ia menatap Cheng Han, membantu merapikan rambutnya, dan memberinya mainan.     

Untuk makan siang, sang kepala pelayan menyuruh beberapa orang pembantu untuk memasak di rumah dan mengirimkannya ke rumah sakit setelah selesai menyiapkannya.     

Cheng Weiwan sendiri yang menyuapi Cheng Han. Setelah makan siang, Cheng Weiwan bermain dengan Cheng Han sebentar, lalu membujuk bocah itu untuk tidur.     

Kemudian sang kepala pelayan dengan lembut memberitahu Cheng Weiwan, "Nona Cheng, silahkan makan."     

Mendengar perkataan sang kepala pelayan, Cheng Weiwan menoleh ke arah meja makan. Ketika sekilas melihat sosok Han Zhifan yang sedang mengambil sumpit, dia segera menggelengkan kepala tanpa berpikir dua kali. "Tak usah, terima kasih. Aku makan nanti saja…"     

Han Zhifan mengerutkan kening dan mengabaikan percakapan sang kepala pelayan dengan Cheng Weiwan. Ia lanjut mengambil sup dan mulai mencicipinya.     

"Saya sudah meminta para pembantu memasak, khusus untuk makan siang anda. Terlebih lagi, makanan yang dibeli dari luar kurang enak. Sayang sekali jika anda tidak makan…" kepala pelayan itu terus berusaha untuk membujuknya.     

Sebenarnya, Cheng Weiwan hanya tidak ingin duduk dan makan di meja yang sama dengan Han Zhifan. Wanita itu kembali menggelengkan kepala, namun sebelum dia bisa menolak lagi, Han Zhifan tiba-tiba membanting sumpitnya di meja dan dengan marah menoleh ke arah sang kepala pelayan dan membentaknya. "Yang punya rumah aku atau kau? Apa aku mengijinkanmu masak untuk dia? Kalau kau tidak bisa menghabiskan makanannya, buang saja!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.