Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Minum Obat (10)



Minum Obat (10)

0Han Zhifan baru saja hendak menjawab dengan kalimat: "Aku mau mengajakmu minum-minum dan menikmati nyamannya dilayani layaknya di surga". Akan tetapi, kata-katanya itu baru sampai di ujung lidahnya ketika melalui kaca depan mobil, ia melihat sosok yang familiar terbaring di trotoar.      0

Itu dia?     

Han Zhifan menginjak rem tanpa ragu lagi.     

Mobil berhenti dan ia mencampakkan ponselnya, secepat kilat membuka pintu mobil dan berlari ke trotoar.     

Cheng Weiwan yang berwajah pucat itu terbaring tak bergerak di aspal trotoar dengan mata terpejam.     

Han Zhifan membungkuk untuk memberi tamparan kecil pada wajah wanita itu. Karena melihat bulu matanya tidak bergetar, ia segera mengangkat tubuh wanita itu dan kembali berlari ke sisi mobilnya. Pria itu membuka pintu dan mendudukkan tubuh wanita itu di dalam mobil. Tanpa memasangkan sabuk pengamannya, pria itu mencengkeram kemudi dan bergegas pergi ke rumah sakit terdekat.     

Dalam perjalanan ke rumah sakit, Han Zhifan mendengar suara temannya melalui ponsel yang dicampakkannya di kursi penumpang depan. "Tuan Han? Anda sedang main-main dengan saya ya? Tuan Han, apa ada orang lain seperti anda yang membangunkan orang tengah malam, tanpa mengatakan apapun? Apa maksud semua ini? Tuan Han?!"     

Han Zhifan terus memperhatikan Cheng Weiwan yang pingsan dan terbaring di kursi belakang- melalui kaca spion tengah. Pria itu mengambil ponselnya dan menjawab dengan kesal, "Diam!"     

"Apa-apa'an sih! Tuan Han, anda yang menghubungi saya, sekarang anda menyuruh saya diam..."     

Han Zhifan mengemudi bagaikan terbang ke rumah sakit terdekat, lalu memarkir mobilnya di sembarang tempat. Kemudian pria itu mengangkat tubuh Cheng Weiwan dan masuk ke dalam gedung Gawat Darurat.     

Setelah mondar-mandir selama dua puluh menit, Cheng Weiwan dipindahkan ke ruang pasien.     

Dokter mengatakan bahwa wanita itu baik-baik saja; dia hanya kurang beristirahat dan pingsan karena kelelahan. Setelah memberinya cairan infus, dokter akan memperbolehkannya pulang keesokan harinya.     

Han Zhifan tidak mengatakan apapun, namun ia mengangguk pelan, mengisyaratkan bahwa ia mengerti.     

Sang dokter berpesan sebelum pergi: "Jika anda membutuhkan sesuatu, silahkan pencet tombol panggilan," Kemudian dokter itu meninggalkan kamar pasien.     

Han Zhifan berdiri di tempatnya beberapa saat lamanya, kemudian menoleh pada Cheng Weiwan, yang masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit.     

Pria itu mengeluarkan ponselnya, hendak menghubungi kepala pelayan untuk memintanya datang dan menjaga Cheng Weiwan sebelum akhirnya mengurungkan niatan itu. Ia lalu meletakkan ponselnya dan berjalan ke arah jendela. Sambil menatap langit malam di luar sana, pria itu berjaga-jaga di samping Cheng Weiwan.     

Ruangan itu sangat hening hingga ia bisa mendengar bunyi tetesan cairan infus.     

Ia menghitung setiap tetes yang jatuh. Pada sekitar hitungan keseratus, ia kehilangan urutan hitungannya, lalu menoleh untuk melihat kantong cairan infus itu.     

Cairan di dalamnya masih tersisa setengah kantong lebih. Ia mengalihkan pandangan pada wajah wanita itu, dan tanpa diinginkannya, ia terpaku untuk waktu yang lama menatap wajah itu.     

Bulu mata wanita itu masih begitu panjang, namun kantung matanya terlihat gelap dan sangat berat.     

Ia ingat betapa dahulu wanita itu tak memiliki kantung mata. Dia dulu seringkali bekerja lembur menulis naskah, dan dengan bangganya, ia memberitahu wanita itu bahwa seseorang dengan kecantikan alami sepertinya, yang tidak memiliki kantung mata setelah bekerja lembur, adalah sangat-amat-langka.     

Dari apa yang diingatnya, bibir wanita itu bersemu merah, namun kini, bibirnya selalu terlihat pucat.     

Wanita itu kini benar-benar jadi jauh lebih kurus, dan pergelangan tangannya sangat tipis sehingga dirinya bisa dengan mudah mematahkannya dengan sedikit saja tenaga.     

Han Zhifan tak menyadari sudah berapa lama ia memandangi Cheng Weiwan; ia baru mengalihkan pandangan ketika mendengar bunyi ponsel berdering. Pria itu melihat ke sekeliling ruangan mencari asal suara ponsel itu, kemudian melangkah ke meja samping ranjang, membuka tas wanita itu dan mengeluarkan ponselnya.     

Rupanya itu adalah suara alarm.     

Dia belum merubah kebiasaannya bangun di tengah malam untuk menulis cerita?     

Han Zhifan mematikan alarm itu, lalu meletakkan ponselnya kembali ke dalam tas. Saat itulah, ia melihat sebungkus obat di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.