Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

He Jichen, Aku Ingin Kita Punya Bayi (35)



He Jichen, Aku Ingin Kita Punya Bayi (35)

0Meskipun kantung-kantung tas itu berada cukup jauh darinya, Han Zhifan mengenalinya...     
0

"Aku janji aku hanya akan melihat Hanhan sebentar saja. Tidak masalah jika kau tidak mengijinkanku masuk ke dalam kamar pasien. Cukup ijinkan aku melihat Hanhan dari balik jendela..."     

Sebelum Cheng Weiwan selesai bicara, Han Zhifan tiba-tiba mengangkat tangannya untuk menghempaskan wanita itu dengan kasar. Sama sekali tidak siap menghadapi perlakuan itu, Cheng Weiwan jatuh ke lantai.     

Kepala Cheng Weiwan' menghantam kaki lemari di sampingnya, hingga darah menetes dari kulit kepalanya.     

Han Zhifan mengatupkan bibir dan segera mengalihkan pandangannya. Seakan tidak melihat apapun, pria itu berkata dengan dingin, "Jangan harap! Aku tidak akan pernah membiarkanmu melihat putramu! Bahkan jika putramu meninggal karena penyakitnya, aku tetap tidak akan mengijinkanmu melihatnya!" Han Zhifan membalikkan badan, melangkah keluar dari pintu apartemen Cheng Weiwan, masuk ke dalam lift, dan bergegas meninggalkan gedung apartemen itu.     

Rasa sakit di kepalanya membuat Cheng Weiwan tergeletak di lantai sebelum akhirnya wanita itu mampu menguasai dirinya.     

Mengabaikan darah yang mengalir ke wajahnya, Cheng Weiwan bangkit dari lantai. Wanita itu tidak membawa serta apapun dan bahkan tidak mengganti sandalnya ketika mengejar Han Zhifan.     

Tidak masalah jika pria itu tidak mengajaknya. Dia bisa mengikuti pria itu secara diam-diam dan mencari tahu di rumah sakit mana Hanhan dirawat. Kemudian dia bisa memeriksa setiap kamar pasien...     

-     

Waktu berputar kembali pada hari sebelumnya, pada jam dua belas siang.     

Meskipun He Jichen berhasil membuat Xie Siyao sangat jengah dan kesal di depan pintu masuk hotel China World- Beijing, dan segala hal yang dilakukan pria itu membuat Ji Yi merasa tersentuh, terutama ketika He Jichen menyelanya kekasihnya itu ketika ia hendak menjelaskan semuanya, dengan mengatakan "Aku percaya padamu", mereka berdua pulang dengan hati yang berat.     

Malam sudah sangat larut. Setelah mandi, He Jichen dan Ji Yi langsung naik ke ranjang untuk tidur.     

Mereka benar-benar tertidur.     

Keduanya tidak melakukan apapun dan memejamkan mata mereka, lalu terlelap     

Semenjak Ji Yi mengungkapkan perasaannya kepada pria itu dan mereka memutuskan untuk hidup bersama, ini adalah malam pertama mereka tidak melakukan apapun dan hanya tidur.     

Benak Ji Yi dipenuhi oleh berbagai macam hal, terutama saat ini. Wanita muda itu merasa hatinya semakin terbebani.     

Meskipun mereka berbaring di ranjang, dan dia terlihat sedang tertidur pulas, tidak bergerak sedikitpun, dia terus memikirkan banyak hal dan tidak bisa mengendalikan pikirannya.     

Pada saat yang bersamaan, perlahan Ji Yi menoleh pada He Jichen. Pria itu berbaring di ranjang seperti halnya dirinya, tarikan napasnya teratur. Dadanya naik-turun seakan tidak terjadi sesuatu. Akan tetapi entah mengapa, hati Ji Yi merasa tidak tenang ketika melihatnya seperti ini.     

Waktu terus bergulir. Ji Yi tidak melihat jam pada ponselnya, karenanya dia tidak tahu jam berapa saat itu. Yang dia tahu hanyalah bahwa pada akhirnya, dia merasa mengantuk. Dia tidak bisa terus terjaga dan akhirnya tertidur pulas.     

Karena pikirannya masih digeluti oleh berbagai masalah, Ji Yi tidak bisa tidur nyenyak. Kekalutan pikirannya bahkan terbawa mimpi.     

Mimpinya kacau. Dia ada dalam mimpi itu, begitu pula He Jichen. Akan tetapi, dia tidak tahu apa yang diimpikannya.     

Ji Yi merasa telah tertidur untuk waktu yang sangat lama, namun kenyataannya, dia baru tidur sebentar saja. Tidak ada yang membangunkannya dan dia juga tidak bermimpi buruk, namun wanita itu terbangun begitu saja dari mimpinya.     

Meskipun Ji Yi dan He Jichen baru sekitar dua belas hari berbagi ranjang, yang pertama dilakukan wanita itu ketika terbangun adalah mengulurkan tangan dan membelai ranjang di sampingnya.     

Setelah cukup lama meraba-raba dan tidak bisa menemukan sosok tubuh He Jichen yang hangat, Ji Yi mengerutkan kening, menoleh ke sampingnya. Saat itulah dia menyadari bahwa sisi lain ranjang besar itu kosong. He Jichen tidak ada di sana…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.