Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu (11)



Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu (11)

0Melihat He Jichen mengangkat dagu, Yang Li segera mengerti apa yang dimaksud pria itu, lalu dia bertanya lewat ponselnya, "Ermm... Untuk Ji Yi, tanggalnya sudah diatur pada acara Charity Gala bulan depan, tapi bagaimana dengan Xie Siyao? Kapan tepatnya?"     
0

Ponselnya hening sejenak sebelum suara Qian Ge terdengar. "Selasa depan. Dia dan aku seharusnya bertemu Selasa depan untuk menghadiri sebuah acara. Aku mengenal penyelenggara acara itu, jadi aku akan memintanya memberimu undangan; jangan menolaknya. Aku janji kau bisa memilikinya malam itu."     

Yang Li tidak terburu-buru menjawab Qian Ge. Dia kembali mendongak ke arah He Jichen.     

He Jichen mengangguk pelan.     

Yang Li mengerti bahwa He Jichen merasa puas. Dia lalu berpamitan pada Qian Ge dan mengakhiri panggilan.     

Setelah meletakkan ponselnya, Yang Li tersenyum pada He Jichen, berusaha mengambil hatinya. "Tuan He, begini, tentang Ji Yi..."     

"Kita bisa menganggapnya sebagai masa lalu, tapi mulai saat ini, kau harus melakukan setiap hal seperti yang kuperintahkan."     

Yang Li tidak menunggu He Jichen memberinya penjelasan dan langsung mengangguk setuju.     

He Jichen kemudian menjelaskan dengan rinci tentang bagaimana ia ingin Yang Li bekerja sama dengannya.     

Setelah yakin bahwa Yang Li mengerti semuanya, He Jichen kemudian merapikan pakaiannya yang berantakan. Tanpa ada niat untuk berlama-lama di sana, ia lalu membalikkan badan dan berjalan meninggalkan tempat itu.     

Untuk menjamin agar selanjutnya tidak ada masalah, He Jichen menghentikan langkah, berbalik ke arah Yang Li.     

Melihat He Jichen berlalu pergi, Yang Li mulai berusaha bangkit dari lantai. Akan tetapi, ketika baru mulai berdiri, dia melihat He Jichen membalikkan badan. Laki-laki itu merasa sangat ketakutan hingga tangannya tak mampu menopang tubuhnya dan kembali terjatuh ke lantai.     

"Kuperingatkan kau. Sebaiknya kau tidak bermain licik denganku. Karena aku sudah tahu semua rahasiamu yang memalukan itu, aku juga punya bukti bahwa kau melakukan semua hal itu. Kalau kau tidak ingin aku membongkar semuanya dan merusak reputasimu, sebaiknya kau menurut dan mengikuti perintahku!" ancam He Jichen dengan suara nyaring, mengacuhkan keadaan Yang Li yang memalukan.     

"Selama kau melakukannya dengan baik, aku akan memaafkanmu atas tindakanmu pada Ji Yi."     

"Tapi sebelumnya aku harus mengatakan ini padamu... Aku tidak peduli jika kau suka main perempuan, aku juga tidak peduli jika kau terus melakukannya, tapi camkan ini baik-baik! Ji Yi adalah wanitaku – wanita milik He Jichen! Dia bukan seseorang yang bisa kau pikirkan sesuka hatimu!"     

Ekspresi di wajah He Jichen terlihat agak datar. Lampu hotel yang membiaskan cahaya kuning hangat yang temaram membuat wajah pria itu terlihat elegan dan tampan. Akan tetapi, sorot dingin dan kebencian memenuhi tatapan matanya. "Karena kau sama sekali tidak pantas memikirkan tentang dia!"     

Seusai mengatakan hal itu, He Jichen tidak berlama-lama di sana. Ia segera membuka pintu dan mengabaikan dua orang wanita muda cantik dan berpakaian indah, yang telah berdiri di luar kamar beberapa saat lamanya. Kemudian ia berjalan dengan langkah-langkah lebar menuju lift dan bergegas meninggalkan hotel Four seasons.     

Saat itu sudah jam tiga dini hari ketika ia sampai di apartemennya.     

Ji Yi tertidur pulas seperti saat He Jichen meninggalkannya.     

Ada bercak darah di pakaian He Jichen, maka ia pun melemparkannya ke dalam keranjang baju kotor dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ketika kembali membaringkan diri di ranjang, ia mengulurkan tangannya dan mendekap Ji Yi.     

Ia melakukannya dengan sangat lembut dan berhati-hati, namun tetap saja Ji Yi terbangun.     

Wanita itu masih sangat mengantuk, sehingga kelopak matanya hampir tak bisa terbuka. "He Jichen?"     

He Jichen tidak mengatakan apapun. Pria itu menundukkan kepalanya dan mencium bibir Ji Yi. Ia mulai mencumbui istrinya itu hingga terengah. Saat itulah ia berhenti, lalu dengan suara pelan dan menggoda, berbisik di atas bibir wanita itu: "Panggil aku suami..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.