Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu

Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu (1)



Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu (1)

0Sebelum Ji Yi selesai bicara, He Jichen yang kini tidak mengenakan sehelai benangpun telah menindih tubuhnya di atas ranjang. "Ayo kita buat bayi..."     
0

Keempat kata itu terlontar dari bibir seksi He Jichen. Pria itu menundukkan kepala, dan mencium bibir Ji Yi.     

Ciumannya sangat bergairah dan mendesak, membuat Ji Yi lupa bernapas dan tak dapat berpikir jernih. Setelah beberapa saat, akhirnya Ji Yi dapat mencerna keempat kata yang diucapkan He Jichen itu, "Ayo kita buat bayi".     

Ayo kita buat bayi... Buat bayi... Dalam panggilan melalui ponsel tadi ketika Ji Yi menyarankan agar mereka punya bayi, He Jichen tidak merespon sama sekali. Pria itu langsung mengakhiri panggilan, namun tidak lebih dari sepuluh menit kemudian, ia sudah tiba di rumah. Begitu melihatnya, pria itu langsung menindihnya di atas ranjang... Bukankah ia bertindak terlalu cepat...     

Ketika memikirkan hal itu, sebelum Ji Yi sempat merespon cumbuan He Jichen, dia merasakan tangan pria itu membuka kedua kakinya.     

Saat itulah Ji Yi menyadari bahwa He Jichen telah melepaskan semua pakaiannya.     

Dia menyadari hal tersebut sedetik sebelum merasakan sesuatu yang keras masuk ke dalam tubuhnya.     

Tubuhnya sontak bergetar dan tak lama kemudian, perhatiannya tersita oleh gerakan He Jichen di atas tubuhnya.     

Mungkin karena mereka telah berpisah selama tiga hari, atau mungkin karena pembicaraan mereka di telepon tadi, He Jichen melakukannya dengan begitu bergairah. Pria itu bahkan agak kasar dan melakukannya untuk waktu yang cukup lama. Ia bercinta dengan Ji Yi hingga wanita itu terengah-engah, sebelum akhirnya berhenti.     

Ruangan itu dipenuhi dengan aroma aksi percintaan mereka. He Jichen terbaring tak bergerak di atas tubuh Ji Yi, mereka berdua berpelukan untuk waktu yang lama. Pria itu tidak mengangkat kepalanya dari leher Ji Yi dan mencumbunya hingga terdengar suara perut Ji Yi yang keroncongan karena melewatkan makan malam. Kemudian ia turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.     

Pintu kamar mandi tidak ditutup, sedetik setelah lampunya menyala, terdengar suara air mengalir dari shower.     

Setelah sekitar lima menit, He Jichen keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai handuk. Ia melangkah ke sisi ranjang, mengangkat tubuh Ji Yi dan membopongnya ke kamar mandi.     

Air di dalam bak mandi sudah setinggi sekitar dua puluh sentimeter. Pria itu melangkah ke dalam bak mandi, membungkukkan badan dan meletakkan tubuh Ji Yi di sana. Ia lalu menegakkan punggung dan ketika hendak memandikan Ji Yi, matanya terarah ke dua buah plester luka yang menempel di kulit pundak mulus istrinya itu.     

Karena sesi percintaan mereka baru saja sangat menggebu-gebu, peluh membasahi tubuh keduanya, sehingga sebagian besar plester luka itu terlepas. He Jichen dapat melihat luka yang berdarah di bawah balutan plester itu.     

Apakah dia terluka?     

Karena pikirannya dipenuhi oleh perkataan Ji Yi ketika mereka berbicara lewat panggilan ponsel tadi, ia langsung mengangkat tubuh Ji Yi menaiki tangga setibanya di rumah. Ia tak tahu bagaimana lagi harus mengungkapkan luapan perasaan yang bergejolak dalam hatinya. Pada akhirnya, ia hanya bisa mengungkapkan kegembiraan dan kebahagiaannya setelah mendengar perkataan Ji Yi dengan cara yang paling intim, yaitu bercinta. Karena hal ini, ia bahkan tidak menyadari adanya luka di tubuh wanita yang dicintainya itu.     

He Jichen mengerutkan kening. Tanpa berpikir dua kali, ia mengulurkan tangan dan membuka plester luka dari pundak Ji Yi.     

Ada empat goresan kuku yang jelas terlihat olehnya. Di antara keempatnya, ada dua yang masih berdarah dan meskipun bekas cakaran itu mulai mengering, He Jichen bisa melihat bahwa lukanya cukup serius.     

Sorot dingin melintasi mata He Jichen yang dipenuhi kehangatan. "Siapa yang melakukan hal ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.