Hold Me Tight ( boyslove)

Mengaku teman



Mengaku teman

0" Hem... Kau mau rokok?" Tawar Nathan setelah berhasil meniupkan asap ke udara. Ia merasa bosan, lebih dari lima belas menit dan mereka hanya duduk bersisihan tanpa sepatah katapun. Ajakan Max untuk memisahkan diri dari perbincangan canggung para orang tua nyatanya sama sekali tak membantu. Ia masih saja merasa bosan.     
0

               

" Kau perokok?" Pertanyaan itu sepertinya hanya sekedar basa- basi, tapi Nathan tetap menyahuti sesopan mungkin.     

                

" Ya... Tapi di saat- saat tertentu saja,"     

                 

" Memangnya sekarang saat yang seperti apa hingga membuat kau merokok?"     

                 

" Emm.... Kau tak suka ada yang merokok di sampingmu, ya kalau begitu akan ku matikan,"     

" Lanjutkan saja... Tapi aku bingung apa nikmatnya batang kecil yang kau hisap itu?" Ucapan itu seketika membuat Nathan terbatuk, asap rokok itu seperti menyumbat dadanya, bahkan matanya sampai memerah. Batang kecil? Kenapa Nathan memikirkan ' batang' yang lain? Pikiran Nathan tak sepenuhnya salah, tatapan tajam Max lah yang membuat ia seakan digiring ke arah lain. Mata itu seakan menelanjanginya, meneliti setiap jengkal tubuhnya dan berakhir dengan seringai meremehkan. Nathan pun segera membuang muka dan meneguk ludah kasar. Nathan yakin pria menyebalkan itu tahu sedang menertawakan kebodohannya.     

" Sebenarnya aku tidak terlalu sering... Merokok, hanya kebiasaan dari SMA saja," balas Nathan setelah berhasil meredakan pikiran kotornya. Sesekali ia akan menghisap rokok dengan aroma mentol dan menghembuskannya perlahan. Tapi mengingat hal kotor seperti itu memang selalu mengingatkannya dengan Rian, lenguhan dan rintihan kesakitan saat ia menghajar lubang kecil itu dengan kasar. Bokong bulat yang akan memerah kala ia meremasnya gemas, ahhh... Nanti malam sudah ia putuskan untuk merealisasikan imajinasinya itu.     

" Melihat kolam renang, rasanya ingin sedikit merelaksasi badan, hari minggu pagi rasanya akan sangat pas jika aku berkunjung lagi, kita tanding siapa yang lebih jantan,"     

Perbincangan canggung di gazebo dengan menatap tenangnya kolam renang di malam hari itu nyatanya membuat Nathan sampai tak bisa terlelap barang sedetikpun. Pikirannya pun mulai menjalar ke hal- hal yang sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya. Mempunyai pacar memang baru pertama kali dan ia langsung dengan seorang pria, tapi ia juga tak bodoh dengan mengartikan tatapan Max yang tajam itu. Persis seperti Rian yang dulu mengejar- ngejarnya. Semua hanya perkiraannya, tapi satu hal yang pasti, kenapa ia merasa tubuhnya panas....     

Satu- satunya cara membuat hari minggu itu tak terlalu canggung adalah dengan mengundang para kawannya. Ya... Lagipula mereka sudah lama tak berkumpul semenjak peristiwa di club waktu itu. Ia sangat bersyukur saat semua kawannya menyanggupi undangannya.     

" Wow... Nggak nyangka sih kita yang beda status ini diundang ke rumahnya Pak Boss!" Canda Tommy sambil pura- pura terharu.     

" Kau menyindirku apa gimana, sih?!" Jawab Nathan sambil menoyor kepala Tommy. Ini memang kali pertama keempat kawannya itu berkunjung ke rumahnya bahkan semenjak mereka SMA dulu. Orangtua nya sangat membatasi pergaulannya, mereka selalu menganggap teman- temannya adalah anak berandal. Tapi tak bisa dipungkiri mereka itu adalah kawan yang menyenangkan dan setia kawan.     

" Tapi denger- denger keluarga Adikusuma memang kaya raya sih, kau anak tunggal lagi... Ngomong- ngomong ya kalau hartanya nggak habis - habis, sebagai teman yang baik aku siap bantu untuk menghabiskannya, heheh..." Timpal Aki sambil merebahkan tubuhnya di ranjang king size.     

Sedangkan Ilham, Tommy, dan Galang sudah berpencar untuk menjelajahi kamar Nathan. Ia merasa geli saat kawan- kawannya terlihat begitu kampungan, namun kenyataannya mereka juga orang yang cukup berada. Nathan menganggap itu hanyalah sebuah kekonyolan mereka.     

" Kolam renang asik nih!" Seru tommy sambil menaik turunkan alis kanannya. Seolah saling memahami, mereka pun kompak melecuti pakaian hingga menyisakan celana bokser. Berlari menuruni tangga secepatnya seolah sedang berlomba. Menatap beningnya air kolam membuat mereka serentak meloncat dan sejenak membuat mereka menggigil karena hari masih pagi. Tommy yang anaknya memang jail, menyipratkan- nyipratkan air sampai semua jadi heboh ikut membalas.     

" Gila! Rasanya gini aja seneng banget ya... Nyesel dulu selalu nurutin orangtua buat jadi anak nerd yang nggak punya temen," seru Nathan membuat yang lain sejenak terdiam.     

" Kok aku jijik ya, kalau ngerasain keharuan ini. Kau sih Nath.... Kalau aku nangis gimana?" Celetukan tommy memang selalu bisa mengembalikan suasana. Nathan kembali tersenyum dan mengikuti kawan lain yang sudah berenang sesuka hatinya. Abaikan sikap mesum yang sudah mendarah daging itu. Nyatanya dari kawan lain, ia dari dulu memang paling dekat dengan Tommy.     

Setelah cukup lama berendam, Nathan pun berinisiatif untuk menyiapkan sarapan bagi kawan- kawannya. Ia naik dan menyunggar rambut basahnya kebelakang. Ia melangkah sambil sedikit membenahi bokser pendeknya yang terangkat dan menjiplak pas bagian privasinya tanpa tau tatapan mata tajam yang sekalipun tak berniat untuk mengalihkan perhatiannya.     

" Aku bahkan baru datang tapi kau terlihat sudah basah dengan hanya selapis bokser pendek, tak menungguku?"     

Suara berat itu membuat Nathan mengangkat pandangannya. Tubuh tinggi kekar dengan balutan kaos hitam pendek dan celana selutut itu membuat Nathan nampak begitu kontras dengan tampilannya.     

" Tuan Max mencari anda Tuan, saya permisi untuk menyiapkan minum," sela bik sum dengan nada sopannya.     

" Oh... Sekalian siapkan sarapan untuk kawan- kawanku bik, terimakasih,"     

Wanita paruh baya itu pun menuduk hormat dan menyisakan kedua pria itu dengan keadaan canggung.     

" Tuan Max silahkan duduk dulu, saya akan ganti pakaian sebentar," tanpa menunggu sahutan, Nathan langsung berlari ke lantai atas tempat kamarnya berada. Membilas tubuhnya sekilas dan langsung mengambil pakaian sekenanya.     

" Kenapa ganti pakaian? Nggak lanjut lagi renangnya?" Tanya Galang saat berpapasan dengan Nathan di ujung bawah tangga. Kawannya itu tampak mengenakan bath robes dan langsung melangkah ke arah kolam renang.     

" Kalau masalah makanan paling cepet ya, kalian," sindir Nathan sembari mengulas senyum tipis.     

" Hehe... Karena Max nih makanya kita tinggal kau," balas Aki sambil melahap sandwich di tangannya.     

" Kalian udah kenalan?"     

" Ya lah... Parah kau ninggalin kawan masa kecilnya sendiri di ruang tamu," celetuk tommy sambil menepuk bahu kekar Max beberapa kali.     

Hari mulai sore, satu per satu kawannya pun mulai pergi hingga menyisakan dirinya dan Max yang untuk kesekian kalinya dalam keadaan canggung. Pria itu nampak tak ada tanda- tanda untuk mengundurkan diri malah semakin terlihat menyamankan diri dengan bersandar di tumpukan bantal. Matanya masih saja terfokus pada ponsel. Ya... Mereka hanya berdua di kamar pribadinya.     

Nathan amat kesal sekarang, rencana untuk menghabiskan waktu dengan kekasihnya lagi- lagi gagal. Belum lagi keadaan yang begitu senyap membuatnya sungkan untuk memberikan pergerakan yang berlebihan. Dan bisa ditebak, mata sendu Nathan akhirnya menutup perlahan tanpa tau seintens apa mata tajam itu mengawasinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.