Hold Me Tight ( boyslove)

Hadiah yang tak diharapkan



Hadiah yang tak diharapkan

0Dengan langkah panjang dan terburu- buru, Nathan berusaha mempersingkat waktu, ia tak ingin kedua orang tuanya menunggu terlalu lama. Tangan kanan yang menarik koper itupun terasa begitu basah, ia terlalu bahagia dan gugup di waktu bersamaan.     
0

" Jangan terburu- buru, sayang! Aku jetlag,"     

Untuk sesaat Nathan lupa, ia memperpendek langkahnya dan mengelus tangan yang merangkulnya begitu erat. Terlihat wajah kekasihnya itu begitu pucat, Nathan jadi lebih cemas sekarang. Demi Tuhan... Ia bimbang, apakah keputusan untuk mempertemukan kekasih dan kedua orang tuanya adalah hal yang tepat?!     

" Kau jadi lebih pendiam akhir- akhir ini, ada apa?" Pertanyaan itu kini begitu sangat sulit untuk dijawab. Kalau tidak karena masalah kepulangan dan bandara yang begitu ramai seperti ini, bisa saja ia langsung  menyeret tubuh mungil yang menatapnya dalam itu.     

" Kau jangan menggoda ku, ini Indonesia bukan New york yang bebas," peringatnya sambil menyingkirkan tangan yang menyelus lembut bibir miliknya. Itu memang tak jadi masalah jika kekasihnya adalah seorang wanita cantik, tapi ini tidak! Kekasihnya itu memang cantik tapi juga pria sama sepertinya. Iya... Semua terjadi begitu saja, Nathan yang tak pernah sekalipun berpacaran seketika belok saat pria cantik dan mungil itu begitu gencar untuk menggodanya. Ia tak tau, karena kakasihnya itu yang membelokkan orientasi seksualnya atau ia yang sudah berpotensi untuk belok.     

" Kalau kita sekarang di new york pasti kau akan menggempurku habis- habisan meski itu di toilet umum iya kan? Hah... Belum apa- apa aku sudah horny.... Mengingat terakhir kali kau melakukannya, itu bahkan sudah begitu lama, atau kita cari hotel terdekat saja, bagaimana?" Ocehan itu tak begitu merasuk dalam telinganya, ia abaikan. Jangankan memikirkan itu bahkan sekarang ia begitu tegang, bukan tegang yang lain.     

" Daritadi kau begitu asik mengoceh dan aku seperti ingin mati saja, bagaimana jika orangtuaku malah menghajar ku habis- habisan jika tau aku jadi seperti ini,     

Baby... Kau sayang dengan ku kan?" Anggukan ragu itu sedikit membuat Nathan menarik nafas lega.     

" Aku seperti punya firasat yang tak enak,"     

" Mengakulah jadi temanku, aku janji untuk kali ini saja," mohon Nathan sambil melirik ke sekitar dan merekalah tujuan pandangan mencemooh itu. Bagaimana ada dua orang pria begitu menempel erat dan mereka pasti sudah mencap dirinya gay.     

" What.... Kau pacarku, kalau kali ini aku tak mengaku terus bagaimana kelanjutannya? Apa mereka akan terus menganggapku temanmu?"     

" Ya... Dan jika aku mengaku sekarang, aku akan langsung jadi anak gelandangan," ucap Nathan memelas dan mempercepat langkah kakinya menjauh, ia begitu jengkel.     

" Nathaniel Adikusuma.... Welcome home," sebuah suara berat berhasil membuat Nathan sesaat memaku. Senyumnya langsung melebar dan langkahnya secara otomatis bergerak dan menerjang sosok paruh baya yang begitu ia hormati.     

" Sudah lama paman tak mendengar kabarmu, dan aku cukup terharu kau bahkan masih mengenalku,"     

" Kau jangan bercanda, bagaimana aku bisa melupakan sosok yang sudah ku anggap ayah ku sendiri ini, ngomong-ngomong mama dan papaku mana?" Tanya Nathan setelah tak menjumpai sosok orang yang paling dirindukannya itu.     

" Apa aku masih kurang disini?! Heheh... Mereka baru saja pergi untuk urusan bisnis," jawaban itu harusnya membuatnya lega, tapi kenapa Nathan justru merasa semakin terabaikan oleh keluarganya sendiri.     

" Kenapa kau diam... Ayolah dari dulu mereka memang begitu, kau bahkan mengabaikan temanmu," hibur Pak Hardi, seorang supir yang sudah mengabdi di keluarga Adikusuma selama bertahun- tahun itu.     

" Oh dia, Rian Fahreza dia sahabatku,"     

                  

Setelah Nathan memperkenalkan Rian sebagai sahabatnya, sejak saat itu juga ia seperti hilang ditelan bumi. Meskipun bukan hal biasa, karena sejujurnya hal itu cukup sering terjadi saat mereka menempuh pendidikan di New york. Mereka akan saling menjauh dan bahkan memblokir no ponsel satu sama lain, tapi semua akan langsung baik- baik saja jika tubuh mereka saling bernafsu satu sama lain. Mereka akan gila- gilaan sampai ambang batas, seharian penuh.     

Satu minggu tanpa komunikasi, tapi kenapa Nathan sama sekali tak merasa rindu, ia yakin kalau dirinya masih begitu bernafsu andai kekasihnya itu datang dan membelai benda perkasanya itu.     

 " Nathan! Apakah kau masih disini?!"     

                

" Kau mengagetiku saja Tom, ada apa?" Tanyanya sambil membuka lembar berkas yang ada di meja kerjanya itu.     

" Kenapa tiba- tiba kau sok sibuk seperti itu? Kalau masih mau bengong, bengong aja kali!!" Ledekan itu membuat Nathan menipiskan bibir.     

" Kau tau kalau aku akan jadi atasanmu, kan?" Ancaman itu nampaknya begitu berpengaruh, hingga membuat teman semasa SMA nya itu diam seribu bahasa. Nathan ingin terbahak- bahak sekarang.     

" Baiklah... Maafkan aku calon CEO," balas Tommy tak ikhlas.     

" Hahahh.... Kau wajah yang tak pantas untuk pura- pura memelas seperti itu, jadi ada perlu apa?!"     

" Rencananya aki, galang,dan ilham akan ke klub malam penyambutan dirimu," terang tommy sambil berapi- api. Ia memang begitu menyukai suasana di klub malam, dengan wanita seksi tentunya.     

" Kenapa telat sekali, aku bahkan sudah satu minggu lebih disini, bilang saja kalau kalian rindu belaian jalang,"     

" Tuh tau,"     

Sebenarnya ide bagus juga sesekali party, lagian rumah terasa begitu sepi, orangtua Nathan masih belum ada kabar kapan akan kembali, Kalau Rian.... Lupakan! Pasti dalam beberapa hari lagi ia akan merengek dengan akhir yang bisa ditebak, seks penuh dengan nafsu.     

Dengan bantuan google maps, akhirnya ia sampai juga di tempat yang dituju, Heaven Club. Meninggalkan mobil mewahnya, ia perlahan memasuki tempat itu, bukan pertama kali, tapi rasanya seperti sudah bertahun - tahun ia tak mengunjungi tempat seperti ini dengan bebas, karena Rian tentunya.     

Menajamkan pandangannya ke tempat yang remang- remang, Nathan akhirnya berhasil juga menemukan kawan- kawannya melambaikan tangan.     

" Udah ketebak pasti nggak kita berlima aja," sindir Nathan sambil menepuk keras kepala Tommy yang masih saja berkonsentrasi untuk menghabisi wanita di pangkuannya itu. Hanya tommy, sedangkan aki, galang, dan ilham bertaruh siapa yang paling kuat minum.     

" Hai bro... Aku galang kalau- kalau kau lupa," ucap pria yang ada di samping Nathan sambil merangkul tubuhnya.     

" Mana mungkinlah aku lupa, gini- gini aku kawan yang setia," balas Nathan, tangannya menerima gelas kecil minuman itu dan meminumnya sekali teguk.     

" Percaya sih... Dari dulu kau memang yang paling setia. Aku jadi ingat waktu SMA, Nathan yang awalnya pendiam jadi bisa bikin rusuh saat kawan- kawannya hampir aja kalah dalam pertempuran antar sekolah. Gila gokil banget pas lihat Pak Hardi sama para bodyguard ikut bantu pukul mundur lawan," celetuk aki membuat yang lain membayangkan flashback masa- masa SMA.     

" Hem... Meski setelahnya kita harus menahan rindu pas Nathan di karantina sama bokapnya. Haha..." lanjut ilham membuat semua terbahak- bahak.     

" Ya... Itu masa remaja yang memang kita harus nurut orang tua kalau masih mau makan, sekarang kan kita udah pada dewasa, jadi hidup harusnya dibawa nikmat aja kan?! Hem... Karena ini malam penyambutan untuk mu, kita udah siapin hadiah spesial," Tommy mengangkat tangan dan terkekeh kecil. Yang lain pun malah semakin rusuh saat sesosok wanita dengan gaun super minim mendekat ke arahnya.     

" Hai... Nathan kan?" Suara itu tiba- tiba membuat Nathan terhenyak. Belum cukup itu saja, wanita dengan pakaian super minim itu bahkan sudah mengangkangkan kakinya dan mendudukkan diri di pangkuannya.     

" Hahah... Itu hadiahnya, dia paling hot disini," semua kawannya bersorak girang, sedangkan Nathan ia tak tau harus melakukan apa, jujur saja ia masih belum siap kalau mereka curiga tentang orientasi seksualnya, ia belum siap dibuang.     

Lidah panas wanita itu bahkan sudah menggodanya. Menjilat bibir luarnya dengan tangan yang mulai meraba kejantanannya.     

" Sebentar sebentar, apakah kita harus melakukannya disini?" Cegah Nathan pada wanita yang makin meremas keras penisnya itu.     

" Oh ayolah.... Ini klub malam siapa yang peduli dengan perbuatanmu. Kalau perlu ku beri contoh,"     

Nathan mendesis lirih, tommy masih sama, orang yang tak tau malu. Bahkan kini tommy dan wanitanya itu berciuman penuh nafsu, tangannya saja begitu brengsek dengan meremas kasar payudara yang hampir terlihat putingnya itu. Gila.... Semua kawannya bahkan bersorak.     

Dan inilah malam dimana ciuman yang tak diinginkannya itu terjadi. Ia pura- pura bernafsu dengan meremas gundukan besar di dada wanita itu. Rasanya begitu hambar, ia sudah dipastikan gay. Dan Rian, ia seperti melihat kekasihnya itu dari jarak yang cukup dekat dan menatapnya nanar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.