Hold Me Tight ( boyslove)

Tersusun rapi (18+)



Tersusun rapi (18+)

0"Zen... Zeno, sayang..."     
0

Nathan terus memanggil sang anak yang tak kunjung menyahuti. Ruangan bocah itu di lihatnya kosong, membuatnya menjelajah ke seluruh titik rumahnya untuk mencari.     

Tak ada tempat spesifik lain yang biasanya di tempati oleh Zeno selain dengan kamar miliknya sendiri. Zeno bukan termasuk anak yang aktif bergerak, lebih mustahil lagi jika tiba-tiba saja bocah itu melompatkan tubuhnya ke dalam dinginnya kubangan air jernih. Ya, kenyataannya memang tempat tersejuk di samping bagian rumahnya itu sangat sepi, tak ada si apa pun di sana.     

"Kemana dia?" cemas Nathan yang saat ini berdiri di sisi tepi kolam. Separuh nyawanya seperti belum kembali, ia yang baru kali ini telat bangun tidur seketika saja memaksakan otaknya untuk berpikir lebih cepat.     

"Apa Zeno pergi dengan Max, ya?" imbuh Nathan yang kembali mempertanyakan. Pria jangkun yang menyusup ke dalam kamarnya tengah malam itu tak didapatinya lagi saat ia membuka mata. Tapi kenapa mereka tak izin dengannya dulu sebelum pergi? Apakah baik Zeno dan Max tak memperkirakan jika dirinya akan cemas?     

Menguap lebar, punggung tangan Nathan lantas mengucek matanya untuk bantu memperjelas pandangannya yang sedikit buram. Membuka layar ponselnya, lantas menekan tombol panggilan pada kontak tersimpan bertanda hati.     

Dering pertama langsung terangkat, membuat Nathan yang tak sabaran langsung bertanya, "Kau dimana, Max?"     

"Di belakang mu."     

Nathan yang pun mengernyitkan dahi, lantas memutar tubuh saat pendengarannya menangkap langkah kaki seseorang yang makin mendekat ke arahnya.     

Max di sana, bergerak mulai mengikis jarak dengan lengan yang otomatis merangkul pinggang milik Nathan. Kecupan ringan pun diarahkan pria jangkun itu tepat di permukaan bibirnya yang kering.     

"Zeno?" tanya Nathan sembari balas bergelayut manja ke leher sang kekasih.     

"Di tempat yang aman."     

"Maksudnya? Dia bersama mama atau keluarga mu? Bukankah mereka mengabarkan jika ada urusan penting?" heran Nathan.     

"Tidak bersama mereka, Zeno main-main ke tetangga sebelah."     

Nathan mencibir, jelas saja yang di maksudkan Max adalah Zeno yang bertamu ke rumah Tommy. Baru terjawabkan sudah keheranannya dari minggu lalu saat kekasihnya itu nampak terlalu baik hati kepada Tommy. Nyatanya bantuan menguntungkan yang di balaskan berkepanjangan. Seperti mendapatkan sogokan terlebih dahulu, bukankah Max terkesan sangat niat untuk bisa menyisihkan waktu kebersamaan mereka?     

"Kau menganggu waktu kerja Tommy, Max..."     

"Dia tak hanya tinggal sendirian di rumah itu, sayang... Seperti memborong seluruh keluarga besarnya, kakak Tommy yang kebetulan mempunyai anak seumuran dengan Zeno. Biarkan anak kita belajar bersosialisasi, sayang..." bujuk Max yang jelas di mengerti Nathan lanjutannya. Lihatlah tentang bagaimana pria yang terkesan mahal walau dengan setelan pendeknya itu menyusupkan wajahnya ke ceruk leher milik Nathan.     

"Hemm... Aku tahu otak licik mu ini, Max..."     

Nathan bisa merasakan Max tersenyum di sela kecupannya. "Syukurlah kalau kau bisa cepat mengerti."     

Pandangan kedua lantas bertemu, begitu dalam, menyorotkan kekaguman pada masing-masing. Seolah dalam kedekatan yang membuat napas mereka saling beradu masih kurang, baik Nathan atau pun Max pun sama-sama makin merapat. Mengencangkan dekapan, sementara wajah mereka yang bertemu, tanpa buang waktu beradu ciuman yang sarat akan gairah yang menggebu.     

"Hufh..." Nathan nampak sangat kepayahan, napasnya bahkan tersengal saat Max yang lagi-lagi menyentuh titik rangsang miliknya dengan sangat tepat. "Max... Ahhh... Masih begitu pagi," tambah Nathan yang memprotes. Coba melepaskan lengan Max yang mencengkram bokongnya.     

"Akan masuk waktu siang, sayang."     

Nathan yang menangkap guyonan Max pun memukul dada pria jangkun itu. "Aku tak sedang bercanda. Mana ada orang yang bercinta saat terik matahari begitu panas seperti ini?"     

"Tak ada yang melarang. Lagi pula kenapa kau sibuk membandingkan orang lain, sementara cinta ini hanya milik kita berdua."     

Nathan jelas saja terhipnotis dengan cara Max menuturkan kata. Bahkan hanya tertawan netra berwarna hijau keabuan yang begitu mempesona, tanpa menyadari satu per satu pakaiannya yang di lemparkan jauh begitu saja. "Max..." rengek Nathan seolah baru pertama kali di tatap demikian mesumnya. Kedua lengannya terbentuk menyilang, coba menutup bagian privasinya walau nyatanya sedikit pun tak berpengaruh.     

Yang ada malah meningkatkan libido milik Max. Wajah bersemu milik Nathan yang semakin jelas. Sementara butir keringat yang tiba-tiba saja muncul dari tubuh bergetar itu nampak sangat mengagumkan saat tersorot cahaya matahari. Seolah es krim yang terburu mencair saat terkena panas, harus buru-buru di jilat rakus, menghabiskannya tanpa sisa.     

"Tubuh telanjang mu dengan panas terik matahari, ku rasa itu adalah perpaduan yang sangat mengagumkan, sayang."     

"Kau sangat mesum."     

Pernahkan Nathan mengatakan jika Max yang tak berbuat apa pun masih bisa mempengaruhi hanya lewat pandangan mata? Keseluruhan pria berparas oriental itu begitu mengagumkan, Max sangat tampan di usia matangnya yang sudah tiga puluh empat tahun, seperti tak sedikit pun mengurangi daya tariknya sebagai pria yang menjadi incaran semua kalangan.     

Jelas semua orang akan terbius dengan setiap pergerakannya, yang lebih mengesankan lagi adalah saat sikap dinginnya yang jelas mengabaikan, terkesan mahal.     

Dan dengan segala paket komplit yang mendefinisikan Max, rasanya Nathan adalah pria yang paling beruntung dapat melihat sisi pria itu yang berubah seratus delapan puluh derajat hanya karena cinta. Tak lagi berusaha menjaga sikapnya, nyatanya Nathan berhasil meluluhkan Max yang sekeras batu sampai seperti saat ini.     

Max tak seolah tak bisa berhenti untuk menjejak tubuh Nathan dengan sentuhannya. Seperti tak pernah bosan mendapatkan sensasi sengatan yang mengalir mengikuti darahnya. Bahkan tak sedikit pun Max mengizinkan Nathan memberi jarak. Sangat menempel, bahkan lebih erotis dan mengundang desah kenikmatan saat sentuhan tepat saling terbalaskan.     

Kursi panjang yang biasanya di gunakan untuk berjemur pun menjadi tempat keduanya memadu kasih. Max yang membujuk Nathan untuk memimpin, sementara pria yang mulai percaya diri itu mulai bergerak memasukan kejantanan jumbo milik sang kekasih.     

Masih terasa sangat perih, bahkan setelah masuk ke dalam lubangnya, Nathan yang sejenak mendiamkan posisinya itu merasakan kejantanan milik Max yang semakin berkedut seperti lebih membesar.     

Rintihan kesakitan tergambar di mimik wajahnya, namun lagi-lagi ingatan tentang kenikmatan yang mampu menyulut kembang api di dadanya, membuat Nathan perlahan menarik tubuhnya lantas menghempas jatuh mengembalikan penis milik Max untuk bersemayam kembali ke dalam lubang hangatnya.     

Beberapa kali mengulangi hal yang sama, sampai Nathan yang bisa membiasakan kesakitannya beransur menggerakkan tubuhnya lebih cepat. Selayaknya menunggangi kuda, tubuhnya naik turun dengan ritme yang semakin cepat. Mengenai titik yang sangat tepat.     

Tinggal sedikit lagi, Nathan dan Max yang saling merasakan kedutan di pada muatan mereka, semakin bersemangat untuk berkerja sama.     

Nathan memposisikan tubuhnya membentuk busur ke belakang, masih dengan gerakan naik turun yang sama, kedua lengannya menumpu di belakang badan. Kenikmatan di rasakannya bertubi-tubi, di dalam tubuhnya, sementara Max yang tak ragu sedikit pun untuk mengocok kejantanan miliknya.     

Nathan menahan mati-matian pekikan menggelinjang saat merasakan nikmat bertubi-tubi yang bersamaan di rasakannya.     

"Aku akan sampai, Max... Ahhh-ahh... Sedikit lagi."     

Namun Max yang menarik kedua lengan milik Nathan dan menumpukan milik sang kekasih di dadanya. "Panggil aku sayang dulu, ku jamin kau akan mendapatkan lebih dari ku, Nath..."     

Nathan menggelengkan kepala merasa frustasi, saat muatannya sudah sampai di ujung tanduk, Max malah mengerjainya dengan menyumbat lubang kecil di kejantanan miliknya. "Jangan macam-macam dengan ku, Max. Akhh... Atau kau tak akan mendapatkan lubang ku, lagi."     

Nathan berani mengancam, namun rupanya Max lebih ahli dalam mematahkan. "Coba saja, apakah kau dapat menahannya, sayang..."     

"Max... Sialan!" Nathan mengumpat, rupanya Max benar-benar membalasnya dengan lebih jual mahal. Lengan berotot itu sudah tak lagi memuaskan dirinya, malah memberikan penekanan dengan dekapannya sampai-sampai mustahil membuat Nathan menggerakkan tubuh.     

Titik tumpul milik Max masih beradu di dalam bagian terdalamnya. Lebih seperti memberikan siksaan tanpa benar-benar mengguncangnya. Pria jangkun yang memberikan tantangan itu jelas saja menampilkan seringai kepuasannya saat Nathan berada di situasi yang sulit.     

"Kau memiliki pilihan untuk mengakhirinya, sayang..."     

"Sayang... Ahhh! Ku mohon masuki milik ku lagi. Buat aku gila, buat aku mencapai kepuasan itu, sayang...!"     

"Akhh-Akhh!"     

Rupanya memang Nathan harus menyerah untuk menameng dirinya yang berharga tinggi, nyatanya Max tahu cara menawar dengan benar, membuat Nathan menyerahkan dirinya lebih suka rela.     

Menjadi jaminan yang terbalaskan impas, Max benar-benar menanganinya dengan sangat baik. Membalikkan posisi dengan kungkungan dominannya, menyodok Nathan dengan ritme gila-gilaan yang akhirnya menjadi pelepasan pertama untuk mereka.     

"Ahhh... Sayang, ini sangat nikmat, aku seperti melayang, sayang..." Nathan meracau, kepalanya seperti berkunang-kunang, sampai-sampai tubuhnya bergetar hebat, menghabiskan tuntas muatannya yang mencuat sampai mengenai bagian wajahnya.     

Sementara Max yang menyeka wajah milik Nathan, masih mengerakkan tubuhnya perlahan, memastikan miliknya tertampung sepenuhnya ke dalam lubang milik sang kekasih. Raut wajah pria yang tunduk di paksa Nathan menanggalkan seluruh pakaiannya, terlihat begitu sumringah, bahkan seperti tak terkesan bersalah saat mengkode sang kekasih terang-terangan.     

"Di dalam kolam renang, kita belum merasakan sensasinya, sayang..."     

"Dasar gila! Kita bukan mau mengabadikan video porno, Max!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.