Hold Me Tight ( boyslove)

Bersama (18+)



Bersama (18+)

0"Sungguh, Max... Kau memang kawan ku yang begitu dermawan."     
0

Nathan yang tengah bermain ponsel pun teralih perhatian. Tommy yang girang berucap, dengan Max yang berwajah datar berada di rangkulan akrabnya.     

Nathan yang mendengarkan sisi penggalan terakhir ucapan Tommy, mengernyitkan dahi menatap penasaran. "Apa yang kalian bicarakan?"     

"Tanya suami mu saja sendiri." Nathan mencibir, hampir saja tendangan kakinya terarahkan pada wajah Tommy yang belagak memberi teka-teki. "Es kopi titipan dari mu, boss," imbuh Tommy sembari meletakkan dua gelas kopi ke atas meja.     

Kemudian membalikkan badan, mengangkat tangan pada Max untuk izin undur diri. Sementara Nathan yang seperti terlupakan posisi pentingnya untuk pria menyebalkan yang sengaja berjalan melenggokkan pinggangnya.     

"Apakah dia sedang meledek ku?" Nathan yang mencurigai, langsung saja beranjak dari tempat duduknya dengan lengan terangkat menunjuk Tommy yang sayangnya terlalu cepat melangkah pergi.     

"Sudahlah, abaikan dia."     

"Hei, tapi dia seperti meledek ku," ucap Nathan dengan nada heran sekaligus tersinggung.     

Kepalanya bahkan sampai meneleng, menggaruk belakang kepalanya meski pun menuruti Max yang menariknya untuk kembali menduduki tempatnya.     

Max yang rupanya menjadikan Nathan yang terusik keheranannya sebagai saat yang tepat, merangkul pinggang kekasihnya itu, lantas memindahkan Nathan ke atas pangkuannya. Tak sabar untuk mencicipi aroma menyeruak dari tubuh Nathan yang begitu menggiurkan, Max langsung saja menyusupkan wajahnya ke ceruk leher milik Nathan.     

Menambahkan bekas memerah di kulit mengkilap Nathan, di iringi pula dengan kedua telapak tangannya yang memberikan sentuhan intim.     

Nathan yang jelas saja tak bisa menahan diri untuk tak mengeluarkan desah kenikmatan yang di rasakan, meliukkan tubuh seolah meminta lebih dengan jemari kecilnya menyusup masuk ke dalam surai tersisir rapi milik Max.     

Pasrah di giring untuk berbaring di atas sofa, siap melecuti lapisan pakaian mereka untuk melanjutkan percintaan keduanya yang terputus.     

Nathan yang memejamkan mata, sembari bibirnya yang tak lagi ragu untuk memberikan balasan ciuman dalam. Bahkan kedua kakinya yang mengangkang, membelit Max untuk makin jatuh ke dalam tubuhnya.     

Sampai saat kedua berpenampilan berantakan, kancing kemeja yang siap di kupas satu per satu oleh sang dominan yang rakus, kalau saja Nathan yang tak secara tiba-tiba menarik ulang kejadian beberapa jam lalu. Saat mereka yang baru saja keluar dari dalam mobil dengan keadaan tak karuan. Tommy yang saat itu memergoki, membuat Nathan menameng tubuhnya dengan tapak tangan menyentak di dada bidang milik Max.     

Pria jangkun yang merasakan kesenangannya terganggu, jelas saja mendesah frustasi dengan menatap Nathan penuh dengan protesan. "Apa lagi?"     

"Max, kau bercerita pada Tommy ten-tang perbuatan kita tadi?" tuduh Nathan dengan suaranya yang masih tersengal.     

"Kenapa aku repot-repot mengabarkan pada orang lain tentang kenikmatan tubuh mu?"     

"Lantas apa yang kau bicarakan dengan Tommy sampai membuat pria itu begitu girang sampai menobatkan mu menjadi kawan terbaiknya?" Nathan yang memang masih tak mempercayai, membalas Max dengan mata menyipit tajam serupa.     

"Urusan pria, sayang..."     

"Lalu, kau sebut aku apa jika bukan sejenis mu, eh?!"     

Max pun menepuk dahi, tak ada kalimat lanjutan yang bisa membalas desakan Nathan yang mulai mengintrogasi. "Yang pastinya kau adalah kekasih ku yang sangat pandai berbicara. Bisakah kita melupakan Tommy yang tak penting?" saran Max sembari menitik perlahan sentuhannya mulai dari awal. Menjelajah semakin turun garis wajah milik Nathan yang tak seperti tak berdaya di kungkungannya.     

"Bukankah ini jauh lebih menyenangkan?" Imbuh Max yang menyikap jas luaran milik Nathan, menampakkan jelas kemeja putih yang menjiplak rapat tubuh pria itu. Kain yang mestinya memang menutupi, namun Max yang jauh lebih jeli memperkirakan pun membuat Nathan makin menggelinjang saat puting miliknya yang di putar-putar.     

"Ahh-ahh... Zeno. Kemana Zeno?" Di balik kepayahannya yang terus menerus di terjang dengan tarikan libido dari bagian atas dan tubuhnya secara bersamaan, Nathan masih memikirkan sang anak.     

Jelas saja membuat Max makin merasa kagum, hanya saja di waktu yang tak tepat seperti ini membuat pria itu makin tak sabaran seperti di buru waktu.     

"Zeno aman bersama dengan mereka, kau tak masalah, kan?" ucap Max dengan deru napasnya yang mengencang, seirama dengan pergerakan tangannya yang begitu cepat menanggalkan pakaian Nathan satu per satu.     

Pun dengan Nathan yang pula turut membantu Max untuk menunjukkan dirinya tanpa penghalang. "Tidak, malah aku berniat baik untuk mengirimkan keluarga mu sebuah bingkisan karena telah bantu menjaga Zeno untuk ku."     

"Oh, sayang... Aku benar-benar senang mendengarkannya. Dan jangan lupakan mama papa mu juga, ya..."     

"Ahhh... Iya... Aku akan adil," timpal Nathan yang mulai tak bisa berkonsentrasi. Ia sudah benar-benar terbebas dari kain yang menutupnya, di hadapan Max yang menatapnya penuh dengan pujian.     

"Setidaknya aku yang ada di dalam hati mu mendapatkan pelayanan lebih spesial, kan?"     

Nathan benar-benar merona, seolah berada di situasi panas menggelora untuk pertama kali. "Apakah kau tak akan lebih dulu menutup pintu?" cicitnya yang kemudian menggigit permukaan bibir bawahnya begitu erat.     

"Tommy yang di jamin menjadi penjaga." Max yang menyentuh dagu milik Nathan, setengah menarik permukaannya dan membuat bibir pria itu setengah terbuka. Jangkunnya naik turun, sudah benar-benar tunduk pada pesona sang kekasih yang begitu dahsyat membiusnya. "Ku simpulkan jika kau menyetujui siang ini sebagai percintaan kita, sayang."     

Nathan benar-benar pasrah, hanya mengikuti cara Max memuaskannya. Tugasnya sangat mudah untuk menyemangati, suara desahannya sudah cukup untuk menaikkan libido milik dominannya.     

Kali ini di persiapkan dengan cukup baik oleh Max yang sedia pelumas. Waktu mereka yang amat terbatas, terlebih Max yang tak ingin Nathan merasakan kesakitan menyiksa saat kejantanannya menyusup masuk. Ya, meski pun harus mengesampingkan keinginan seksualnya yang menatap Nathan meringis tak berdaya karena tingkah brutalnya.     

Masih sama persis dengan yang di ingat Max, milik Nathan sangat ketat, terlebih saat pria itu menarik napas terlalu dalam, turut mengundang kejantanan miliknya untuk menyentuh spot kepuasannya. Terus menghajar keluar masuk, Max yang terlalu ahli sampai membuat Nathan menggelepar tak berdaya saat sang dominan hanya mempermainkannya dengan ritme yang bervariasi.     

Lagi-lagi Max yang curang dengan setelan kantornya yang masih lengkap, menarik Nathan yang masih terhubung dengannya untuk kembali duduk di atas pangkuan.     

"Aku lebih suka jika kau bergerak di atas ku, sayang," bisik Max yang membuat Nathan menjatuhkan kepalanya pada bahu lebar milik sang kekasih. Dalam posisi itu, milik Max rasanya makin menancap dalam ke tubuhnya. Lengannya yang memberikan dekapan, memberikan pelampiasan mencengkram punggung lebar milik sang dominan.     

Telapak tangan besar milik Max yang menakup bokongnya, membatu pergerakan Nathan naik turun di atasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.