Hold Me Tight ( boyslove)

Tertangkap basah (18+)



Tertangkap basah (18+)

0"Dari nada bicara mu, kenapa aku menangkap jika kau menuduh ku posesif pada mu, ya?" selidik Nathan yang sedikit tak terima.     
0

"Lantas?" sahut Max dengan bibir yang mencebik, dagu terangkatnya seperti berniat menggoyah pertahanan Nathan.     

Posisi mendominasi pembicaraan seketika saja berubah. Nathan yang kali ini bahkan menundukkan kepalanya dalam, sembari mencicit, "Aku hanya tak ingin kau yang terlalu keterlaluan menggunakan ku."     

"Jadi, secara tak langsung, kau telah memberikan ku kesempatan untuk menyentuh mu?"     

Max yang mendadak lebih bergas, sementara Nathan yang ingin menguburkan dirinya di bak pasir karena itu. Lebih baiknya menarik alasan seperti sebelumnya, rupanya masih saja menggiring Nathan pada tujuan Max yang sama. Bukan tentang pihak ketiga yang menjadi pematik gairah, nyatanya Nathan yang lebih bodoh dengan menggiring tubuhnya sendiri menjadi korban.     

Max yang kemudian tanpa aba-aba mencium bibir Nathan dengan sangat dalam. Menjulurkan lidah, melesakkan miliknya ke dalam rongga mulut milik Nathan untuk beradu.     

Begitu rakus untuk menenggak saliva mereka yang berkumpul menjadi satu. "Uhuk-uhuk!" Sampai-sampai Nathan tersedak, hampir saja ia kesulitan untuk bernapas. Namun meski pun begitu, Max seperti tak ada belas. Tubuhnya lantas di dorong jatuh dan membuatnya di posisi terlentang di atas sofa dengan napas memburu.     

"Hufh.... Apakah kau berniat membuang waktu kerja efektif ku?" cegah Nathan sembari telapak tangannya yang menyangga dada bidang Max.     

"Lalu kau pikir, kapan kita bisa melakukannya?"     

"Di rumah?"     

"Sampai kau nanti yang akan beralasan ada Zeno?" ucapan Max membuat Nathan tak bisa berkutik. "Sungguh, kau bisa di tebak dari cara jual mahal mu, Nath."     

"Eunghh!" Kali ini Nathan yang hanya bisa melenguh. Waktunya habis untuk mempertahankan diri dari Max yang menjadi predator.     

Pria jangkun itu sudah melecuti satu per satu pakaiannya, lantas memberi sambutan di setiap titik terbuka dengan kerakusan Max melahapnya.     

Meninggalkan bekas kemerahan dari setiap jengkal, membuat Nathan terus menggelinjang terlebih di setiap tahap bagian tubuhnya yang mendapatkan giliran.     

Nathan menggigit bibir bawahnya dengan saat kaki telanjangnya yang di jelajah. Nampak begitu menggilai saat Max yang bahkan tak ragu menitik awal kecupannya dari punggung kaki. Semakin naik ke atas, membuat Nathan melemparkan kepalanya dengan desah frustasi saat beranjak makin dekat dengan titik pusat gairah.     

"Hanya tinggal satu penghalang lagi." Seringai Max sembari manik matanya yang mengarah pada bagian celana dalam ketat milik Nathan.     

Sementara Max yang menyusur jemarinya semakin turun dari batas dada, membuat Nathan menggigit bibirnya semakin kuat saat bagian lingkar pinggang penghalang terakhirnya menjadi incaran untuk segera di tanggalkan.     

"Kau tak membawa pelumas," cegah Nathan yang terpikirkan di detik-detik akhir. Lengan yang sebelumnya hanya terkulai lemas di samping tubuh, saat ini melingkup menutupi kejantanannya yang menegang.     

Max pun mendengus, saat mengetahui jelas jika Nathan hanya tengah beralasan. "Bagaimana kau bisa melupakan percintaan kita untuk pertama kalinya?"     

Air liur?     

Nathan yang semakin berdebar saat Max yang makin mengangkangkan kakinya. Pria jangkun itu hampir saja menundukkan tubuhnya, kalau tidak Nathan yang lagi-lagi membatas jarak. "Ehmm.... Kau curang! Bagaimana kau bisa melakukannya dengan setelan pakaian mu yang masih sangat rapi?"     

"Oh ayolah... Apakah gaya bercinta masih ingin kau pertanyakan selanjutnya?"     

Max yang sudah benar-benar tak sabaran, tak lagi berniat mempedulikan Nathan yang meronta ingin terlepas.     

Max yang menjadi terkesan sangat cabul, membentur-benturkan kejantanan mereka yang masing-masing masih terhalang kain.     

Lantas menarik Nathan yang tersengal dengan bibirnya yang membengkak, sesuai keinginannya untuk bangkit. Namun jelas bukan untuk di lepaskan, melainkan mengatasi kejantanannya yang memberontak.     

"A-apa yang harus ku lakukan?" tanya Nathan saat mendapati posisinya yang kali ini bersimpuh di antara kaki Max.     

"Mendadak polos?"     

"Bangsat! Aku bertanya pada mu!"     

Max yang rasanya makin bergairah saat Nathan membelalakkan matanya marah seperti itu. Dengan cepat menarik gesper, membuka resleting celana bahannya dan mengeluarkan penisnya yang sudah sangat basah di titik ujung.     

Mendorong kepala Nathan untuk segera mengatasinya, membuat Max yang tak sabaran bantu mengeluar masukkan miliknya untuk di hisap Nathan lebih.     

"Uhuk-uhuk!" Rupanya terlalu dalam sampai-sampai mengenai pangkal tenggorokan milik Nathan. Menarik wajahnya menjauh, yang kemudian menjatuhkan tubuhnya dengan telapak tangan menekan bagian leher dalamnya yang sakit. "Kau berniat membunuh ku, ya? Rasanya sakit sekali, tau! Sesaat aku seperti tak bisa bernapas dengan benar, bahkan sekarang saja rasanya perih saat aku sekedar menegak saliva-!"     

Ucapan Nathan terpotong, saat Max yang lagi-lagi menitah posisinya. Kali ini kembali di atas pangkuan Max, bedanya dengan tubuh telanjang. Celana dalamnya di tarik cepat hanya dengan satu gerakan.     

"Akhhh!" jerit Nathan saat merasakan sesuatu yang basah memasuki bagian bawah miliknya. Bergerak-gerak merenggangkan lubang berkerut miliknya, sebelum sesuatu yang lebih besar menggantikan jari tengah milik Max.     

"Aku tahu jika kau hanya mencoba untuk menggagalkan percintaan kita."     

Plakkk     

Nathan menampar wajah Max yang mengesalkan. "Eungghh.... Bangsat! Apa kau pikir aku berbohong mengatakan jika tenggorokan ku, sakit?" Tubuh Nathan sedikit terdorong ke atas, membuat pria itu mencengkram bahu milik Max lebih erat. "Ahhh-ahhh.... Terlebih saat ini, kau coba membuat milik ku terluka karena paksaan memasukan penis jumbo mu itu ke dalam ku?"     

"Jadi kau memuji milik ku?" balas Max yang rupanya tak serius menanggapi keluhan Nathan. Bahkan makin gencar memasukkan miliknya ke dalam lubang sempit milik Nathan.     

"Eungghh... Itulah buruknya kau yang selalu berpikiran positif, tak mempedulikan dampak negatifnya pada ku? Akhhh!"     

"Papa...!"     

Masuk secara keseluruhan, membuat Nathan menjerit kesakitan. Namun di saat bersamaan pula ia mendengar suara yang mengiringinya. Sangat familiar. "Nanti dulu," ucap Nathan dengan suaranya yang begitu lemah.     

Max yang tak sabar untuk menuntun Nathan bergerak di atasnya, malah memposisikan dirinya sebagai dominan. Melemparkan tubuh Nathan dalam posisi terlipat, mengangkangkan kedua kakinya ke atas udara, dengan Max yang jelas mengungkungnya.     

"Akhhh!" jerit Nathan saat Max yang tanpa basa-basi melesatkan miliknya masuk ke dalam dirinya. Tanpa menunggu penyesuaian, sang dominan dengan tak acuh bergerak dengan tempo cepat.     

Nathan yang jelas menggelepar tak berdaya di buatnya. Otot-otot di bagian rawannya yang begitu kaku, menimbulkan akibat yang luar biasa menyakitkan untuknya, tubuhnya seperti di belah menjadi dua bagian. Sesaat melupakan alarm peringatan yang sempat terngiang di kepalanya.     

Harusnya bisa menjadi tanda penyelamat untuknya, kalau saja Max yang menginginkan, tak lebih ceroboh untuk sekedar memastikan setiap celah terkunci rapat. Terlebih saat bagian kurang beruntung yang meloloskan, tiga orang yang berdiri kaku di ambang pintu. Sementara dalam posisi terhalang bagian sofa lain, membuat sosok anak kecil yang mengepalai jalan menelengkan kepala.     

"Apa yang kalian lakukan?"     

Brakk     

Terkejut, jelas! Bahkan jantung Nathan sudah seperti anjlok dari posisinya saat tak sengaja pandangannya bertemu tatap dengan sang anak.     

Sementara Max yang refleks cepat menghempaskan tubuh Nathan yang telanjang bulat ke atas sofa, menumpuk tubuhnya yang masih lengkap berpakaian untuk menutupi.     

"Ya, Tuhan!" pekikan Rara yang pertama kalinya menyadari pakaian yang berserakan di lantai.     

"Segera tutup mata anak ku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.