Hold Me Tight ( boyslove)

Mulai tarik ulur



Mulai tarik ulur

0"Benarkah?" cicit Nathan yang merasa jika alasannya adalah yang terbodoh.     
0

"Kau berbohong."     

"Tidak Max, rupanya setelah ku buka tutup botolnya, aromanya membuat ku bertambah mual. Aku tak suka," tanpa sadar Nathan seperti merengek pada Max yang menggenggam telapak tangannya yang ternyata hangat.     

"Jangan cengeng."     

"Jangan memaksa juga. Bagaimana kalau aku nanti malah muntah, kau mau bertanggung jawab?"     

"Jangan berpikiran jika kau seperti wanita yang menuntut pertanggung jawaban ku karena menghamili mu. Sungguh, itu hanya perkara kecil, aku akan merawat mu."     

Nathan seperti terhipnotis, tak bisa menahan diri atau mengelak Max yang mendorongnya untuk berbaring. Terlebih dengan hempasan lengannya  saat pria itu dengan perlahan membuka deret kancing pada kain kemeja milik Nathan. Menampakkan bagian tubuh atas yang terlihat begitu menggiurkan untuk Max yang memangku kaki milik Nathan di atas pahanya.     

Lagi-lagi seperti tertarik pada momen intim keduanya, saat tubuh yang saling tak terhalang mengejar titik ransang sampai pada pelepasan muatan keduanya.     

Terlebih dengan tetesan hangat yang perlahan mengenai bagian perut milik Nathan, di jemput serta dengan usapan lembut dari buku tangan milik Max yang besar dan kasar. Bergerak amat perlahan, berputar-putar. Entah sengaja atau tidak, kali ini bahkan Nathan merasakan usapan yang begitu gencar mengenai puting miliknya yang menegang? Sungguh, kenapa Nathan malah membayangkan lebih misalnya dengan gigitan erat di puncaknya atau sekedar cubitan kasar? Menekan bersamaan pada titik pusatnya? Dengan tubuh besar Max yang mengungkungnya begitu posesif?     

Gawat. Segera Nathan membuka lebar matanya yang secara otomatis terpejam. Melakukan pembodohan untuk mempermalukan dirinya sendiri dengan bibir bawah miliknya yang ternyata di gigit. Menahan erangan nikmat?     

Bahkan ajaibnya mampu memulihkan kesakitan di sekujurnya, mengganti rata pada rasa panas yang merangsang bulu-bulu halus miliknya. Juga dengan bagian bawah yang bergerak-gerak meminta di lepaskan.     

Sungguh sangat gila! Bahkan Max yang menatapnya terlalu intens membuat Nathan harus mengepalkan bulu jarinya erat di samping tubuh.     

Terlebih dengan Max yang kemudian menarik satu sudut bibirnya seolah menertawai siksaan yang diberikannya. "Rupanya jika di paksa, kau bisa menerimanya, ya?"     

Nathan yang jelas belum pulih benar dari libido nya yang terus membujuk, membuat rautnya berekspresi penuh tanya pada rona wajahnya. "Maksud mu?"     

Lihatlah, mungkin saja Max memang berniat ingin menggodanya. Menarik kedekatan sampai deru napas keduanya yang saling bertabrakan. Sungguh, debar jantung milik Nathan rasanya sudah akan menembus rusuk karena terasa kencangnya.     

Menarik netra keduanya, Max melarikan manik yang mempesona yang rasanya seperti sanggup untuk menyelam pada pancaran tatap milik Nathan yang terpaku.     

"Apa yang kau pikirkan, eh? Aku membicarakan aroma minyak kayu putih yang kau putuskan benci."     

"Eungh!" Nathan sontak langsung membungkam mulutnya sendiri, Max yang merealitakan keinginannya, terlalu mengejutkan dan membuat suasana makin terasa dingin alih-alih dalam tubuhnya. Sungguh, Max menekan putingnya, bahkan sedikit di rasa perih karena tebakan terkena kuku. Namun dengan raut Max yang masih saja datar?     

Memutuskan untuk bangkit dari baringannya sebelum segalanya berlanjut makin membahayakan. Memasang kancing kemejanya walau dengan jemarinya yang bergetar hebat.     

"Jadi, bagaimana wanita itu?" ingat Nathan setelah reda dari reaksi tubuhnya yang sama sekali tak di harapkan. Kemudian di paksa untuk menarik pandang kembali pada Max setelah keadaannya sudah lebih rapi.     

"Tentu saja kau yang memutuskan. Aku menemukan dua orang yang bersedia. Yang pertama, dia adalah seorang janda berusia hampir tiga puluh lima tahun, secara kebetulan dia memiliki bayi. Yang satu lagi adalah seorang wanita lajang yang memiliki semacam kelebihan hormon hingga merangsang air susunya tersedia."     

"Jika menurut mu, kau memilih yang mana?"     

"Akan lebih baik wanita lajang itu saja. Ku pikir dengan menyewa wanita yang sudah lebih dulu memiliki bayi akan merepotkan, kau tak mau harus mengorbankan salah satu kepentingan dari dua bayi nantinya, kan?"     

"Oh, benarkah?"     

"Ya," jawaban singkat Max, entah mengapa membuat Nathan merasa kesal. Sedikit pun, apakah pria itu tak khawatir jika nantinya wanita muda akan menjadi ibu susu untuk Zeno berdekatan dengannya? Ah, maksudnya, apakah Max tak merasa cemas untuk Cherlin jika dirinya dekat dengan wanita lain?     

******     

Kemudian esoknya benar-benar di datangkan langsung wanita yang akan bekerja untuknya. Sesuai yang di deskripsikan oleh Max sebelumnya, wanita itu nampak terlihat masih muda, sepantaran Cherlin. Ya, rupanya Max memang benar-benar mempertimbangkan yang terbaik untuk Zeno, kan?     

Tak masalah, sekali pun wanita bernama Anggis itu akan tinggal di tempatnya untuk mempermudah mengasuh Zeno sekalian. Toh, Nathan tak berniat untuk memperkeruh kehidupannya dengan datangnya orang baru yang memiliki peran. Selagi untuk bantu menjaga Zeno dan meringankan pekerjaan semua orang.     

Sedikit tak cemas meninggalkan Nathan sejenak untuk sekedar melepas penat.     

"Ide bagus, sesekali kita harus melepaskan penat dalam keseharian untuk bersenang-senang, kan?"     

"Ya, ku pikir tak terlalu buruk untuk bisa berkumpul lagi seperti ini."     

Tingg     

Denting gelas tinggi mereka setelah pun berbunyi, mengawali tegakan sekaligus minuman beralkohol di dalamnya yang mengisi.     

Usulan Tommy dan kemudian di sambut gembira oleh yang lain. Bahkan tak hanya personil inti saja, Max dan bahkan Jevin yang memaksa ikut pun demikian menikmati.     

Seperti biasa ada di tempat dengan pencahayaan remang-remang dengan lampu disko melengkapi. Musik yang di mainkan pemandu dengan suara menghentak kencang, mengiringi liukan tubuh yang menikmati suasana malam tanpa beban.     

Layaknya tempat yang mengumpulkan seluruh pemberani yang tak kenal penolakan, seorang wanita yang menjajakan tubuhnya pun perlahan mulai tertarik dan merangsang para incarannya.     

Jelas Tommy dan Galang yang dengan senang hati menyambut dengan dengan balas ciuman dalam. Aki yang rupanya masih menjaga kemurnian dirinya pun hanya berlaku sebagai penonton rutinan untuk aksi bejat kawan-kawannya.     

Namun tidak demikian dengan Nathan yang mendapat penjagaan, mendorong kasar wanita yang memaksa tempat di pangkuan. Dengan raut memberenggut sampai mata tajam memperingati, siapa lagi jika bukan Jevin?     

Melainkan bukan fokus utama mereka masing-masing lagi jika sesuatu yang tak terduga terjadi. Max di sana, merapatkan tubuhnya pada wanita seksi yang mengangkang di pangkuan pria dominan ganas itu.     

Sampai-sampai banyak wanita yang menatap kagum pada wanita beruntung yang berhasil menggaet pria yang terkenal dengan rautnya yang begitu dingin itu.     

"Wow... Kau sangat berani, Max. Jika aku tak salah ingat, bukankah kau sudah memiliki tunangan?"     

"Ya, bagaimana jika ia melihat mu bermesraan dengan yang lain?" timpal Aki melanjutkan kalimat Galang yang menakuti. Sedangkan Tommy yang biasanya paling heboh malah bungkam dengan fokus tatap yang otomatis tertuju pada Nathan yang ada dalam rangkulan Jevin.     

"Nyatanya ia tak ada di sisi. Dan peduli setan pula jika ia sampai mengetahui ku yang seperti ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.