Hold Me Tight ( boyslove)

Sosok pengganti



Sosok pengganti

0Bahkan seperti tak mengusahakan, Nathan tak coba mengambil posisi berbaring yang nyaman alih-alih mengabaikan rasa pegal di satu sisi terarah pada boks bayi yang mengistirahatkan Zeno di sana. Hela napas gusar kembali terdengar puluhan kali sampai dengan denting lewat dari tengah malam.     
0

Menarik sunyi yang di harapkan mampu membuatnya pikiran penuhnya bebas. Sampai akhirnya sisi ranjangnya berdecit dengan selimut sedikit terbuka menyusupkan seseorang lancang di sana.     

"Aku sedang sangat pusing, bisakah kau tak menganggu ku untuk malam ini?" mohon Nathan yang memperingati lebih dulu. Namun nyatanya tidak demikian di mengerti oleh seseorang di belakangnya yang malah mendekap tubuhnya dengan begitu erat. "Jev...." akhirnya pun Nathan merengek. Kepalanya di alihkan dengan raut sendu penuh pengasihan.     

"Hei, aku bahkan menutup rapat mulut ku dan berjalan mengendap-endap untuk sampai di sini. Bagian mananya aku menganggu mu?" bisik Jevin yang membuat Nathan seolah pasrah menjatuhkan kembali kepalanya. Dengan geraman kesal, malah di balaskan Jevin dengan kekehan girang.     

Di pahami mendapat perizinan, dengan keinginan berlebihannya malah menepis jarak dengan tubuh bagian depannya yang berbaring miring di tabrakkan pada milik Nathan.     

Hingga lagi-lagi membuat Nathan menolehkan pandangnya untuk menilik kondisi di belakang tubuhnya dengan sorot tajam yang di tunjukkan. "Tapi kau menempatkan milik mu persis pada bagian belah bokong ku," tekan Nathan yang kemudian berusaha memberontak untuk melepaskan diri.     

Begitu santai di tanggapi oleh Jevin yang rupanya masih ingin memuaskan diri. "Ah, benar. Jadi, bagaimana menurut mu, apakah milik ku ukurannya sangat hebat?"     

Brugg     

Jevin menghentak tubuhnya, menabrak tepat dan seolah bisa menembus pertahanan kain yang menyembunyikan dua belah bulatan menggemaskan milik Nathan.     

"Kau tengah terangsang?" terka Nathan yang lebih pada sebuah tuduhan. Mendorong kasar Jevin untuk berbaring lurus, kemudian secara refleks menyibak selimut tebal bagian remaja menyebalkan itu.     

Dengan cepat menggeram emosi, memelototi Jevin yang dengan tak sopan datang padanya dalam keadaan libido tinggi. Terlebih dengan pengakuan ringan Jevin sembari mengulas senyum layaknya bangga?     

"Setiap bersama mu. Dan kau coba untuk mengalihkan pembicaraan awal, bagaimana menurut mu? Apakah bisa menyaingi milik mantan pria mu?"     

Plaakkk     

Refleks menampar bibir Jevin yang melontarkan ucapan kotor, bahkan Nathan yang terlalu kesal hampir saja menusuk bola mata Jevin yang malah berbinar.     

Namun bagian baiknya yang berdampak menyelamatkan, Nathan sudah merasa lebih rileks dari sebelumnya. Menghempaskan tubuhnya berdampingan, kepalanya kemudian menoleh dengan raut berkerut saat Jevin meringkuk menghadapnya penuh dengan harap?     

"Yakin sekali jika milik ku sudah- di masuki?" lirih Nathan dengan satu alisnya yang terangkat.     

"Seandainya memang tidak, tapi tak masalah untuk ku, yang terpenting aku bisa merasakan ketatnya lubang berkedut mu, kan?"     

Bodohnya sudut bibir Nathan malah tertarik semakin lebar, meski secara tak langsung Jevin yang menghiburnya dengan cara mesum membuat kedua lengannya tak bisa mencegah untuk memukuli.     

"Sialan! Keselamatan milik ku di pertaruhkan jika kau terus memancing ku pada pembicaraan."     

"Hahha... Tenang saja, aku tak cukup gila untuk memaksakan keinginan ku. Kau kesayangan tuan rumah ini, mana berani aku mempertaruhkan diri untuk menjadi gembel di jalanan jika sedikit saja membuat mu merengek?"     

"Kau pikir aku se kanak-kanakan itu?"     

"Jadi kau tak akan mengadu jika saja suatu hari nanti aku beralasan tak sadar diri dan akhirnya memperkosa mu habis-habisan?"     

"Kau tak akan tinggal lebih lama di bangku persidangan papa." Nathan bangkit dari baringannya, kemudian mengkode matanya tepat pada pusat kejantanan Jevin, sementara di satu waktu telapak tangannya terkepal erat. Raut wajahnya mengimbangi, gertakan keras pada giginya, sampai membuat rahangnya bergerak-gerak bergemelutuk dengan lirikan mata tajam. "Karena lebih dulu aku akan meremukkan milik mu sampai kau hanya bisa membuka mulut untuk merengek kesakitan."     

Sontak saja Jevin menumpuk telapak tangannya untuk melindungi kejantanannya, mimik wajahnya meringis ngeri.     

"Hiii... Sadis sekali."     

"Makanya, jangan pernah berani mencoba."     

Nathan kembali menghempaskan tubuhnya di ranjang, topik yang telah habis membuatnya terdiam dengan tanpa sadar kembali menghela napas gusar.     

"Ada apa, ku lihat belakangan ini kau menjadi lebih sering mengerutkan dahi dengan hela napas gusar. Apakah ada yang mengganggu mu?"     

Nathan yang tertarik dengan kesimpulan Jevin, mengalihkan posisi tubuhnya miring untuk berhadapan dengan remaja itu. "Apakah aku sejelas itu?"     

"Bahkan Zeno yang sampai tak rewel saat kita berdua berisik seperti ini, ku rasa dia tak sampai hati ingin menganggu mu di saat kau tengah di sibukkan oleh permasalahan dan aku yang coba untuk menghibur mu?"     

"Jadi, menurut mu, dia telah memahami ku?"     

"Yang pasti. Kau di ibaratkan sebagai penyelamatnya, otomatis secara batin pun terhubung," ucapan Jevin membuat Nathan makin mengerutkan dahinya.     

"Seperti aku dengan Lisa?"     

"Ya, ku kira semacam itu. Pengganti wanita itu untuk menemani mu."     

"Seperti balas budi? Tapi aku melakukan semuanya dengan tulus," tekan Nathan yang menyangka anggapan Jevin tak sejalan dengannya.     

"Lisa pun memberikan mu Zeno dengan tulus. Bahkan Tuhan sudah merencanakan itu untuk orang baik seperti mu."     

Nathan kemudian bangkit dari baringannya, menyandar pada kepala ranjang dengan fokus intens pada tempat Zeno berada.     

"Lihatlah, bahkan hanya di saat kau mengalihkan pandang pada tempat Zeno berada, aku seperti melihat lagi Nathan yang ku kenal. Raut wajah yang menggemaskan, bibir merah mu yang terulas begitu manis, Nathan yang sedetik lalu terlihat kehilangan semangat hidup kali ini sudah lenyap. Karena Zeno, kan?"     

Untuk pertama kalinya, Nathan mencerna dalam-dalam ucapan Jevin yang ada benarnya. Segala garis takdir yang sampai saat ini terjadi, mempertemukannya dengan peran baru atau bahkan masalah baru. Mengharapkan dirinya untuk mengambil langkah bijak dari pemikirannya sendiri. Poin utamanya adalah perubahan untuknya menjadi lebih baik, kan?     

"Untuk mempertahankan semua, aku harus tetap menjadi orang baik, kan? Apakah aku benar, Jev?"     

"Ya, juga yang menggemaskan seperti saat ini."     

******     

Kemudian masih tak ada perubahan inisiatif dari Cherlin dan juga Riki. Walau keduanya masih di libatkan bersama atas dasar keperluan semata. Sang wanita yang menuruti perintah sang orang tua untuk mendapatkan pantauan, sementara Riki yang menjalankan tugas yang di amanahkan.     

Masih rutin untuk menjumpai Nathan di kala makan siang. Meski ia tak bisa menerka secanggung apa Cherlin dengan Riki yang bisa di katakan menempel seharian. Juga tak bisa meninggalkan siksaan yang di dapat kala ia harus memakan masakan Cherlin yang sama sekali tak ada perubahan dalam segi rasa. Sekali pun Nathan pintar-pintar mengkombinasikan lauk pesanannya di dalam satu suapan langsung.     

"Kak Nath, ada acara apa, sampai-sampai kau menyuruh ku untuk berdandan seperti ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.