Hold Me Tight ( boyslove)

Sebuah acara



Sebuah acara

0Waktu berjalan begitu cepat, akhir pekan datang dengan membawa kabar yang mempertemukan.     
0

Nathan mengajak Cherlin seharian jalan-jalan, sempat pula bermain sepuasnya dengan Zeno. Langit biru berlahan mulai petang, tertinggal matahari yang masih peduli untuk menyorotkan sinar terangnya pada bulan.     

Melewati perjalanan dengan sesekali bercanda tawa ringan, hingga akhirnya Cherlin yang mempertanyakan saat Nathan memboyongnya ke sebuah salon kecantikan. Sangkaan perawatan untuk memanjakan diri, nyatanya terlalu berlebihan saat sebuah gaun berwarna serasi dengan milik Nathan yang telah berganti, biru tua.     

"Hari istimewa," sahut Nathan singkat saat setelahnya bungkam dengan kata teka-teki, "Rahasia".     

Namun setelah mendapatkan jawaban semacam itu pun, Cherlin masih tetap tak menghilangkan kernyitan pada dahinya sembari pandangan menuntut pada Nathan yang fokus dengan kemudinya.     

"Aku tidak sedang berulang tahun," balas Cherlin, jika saja Nathan yang ternyata salah menangkap informasi tentang tanggal ini.     

"Jika kau berulang tahun, percayalah, aku bahkan tak segan-segan untuk memecahkan telur dan menghamburkan tepung pada mu. Membuatnya seperti adonan dengan mengguyur satu kaleng air?"     

"Jahat sekali. Apa karena itu sebagai balasan karena aku telah menipu mu datang ke acara ulang tahun mu waktu itu, dan bersekongkol dengan mereka untuk memberi jarak supaya tante Rara dan paman Hardi bisa mendekat?"     

"Kau tahu." Cherlin terkekeh, saat mendengar balasan singkat Nathan yang terdengar merajuk dengan kepala menoleh yang seperti mengibas.     

"Loh, kenapa malah berhenti di rumah ku?" heran Cherlin yang baru menyadari jika sedari tadi perjalanan mengarah pada tempat mereka memberhentikan mobil saat ini.     

Sempat kecewa, bahkan Cherlin langsung menundukkan pandangan saat harapnya sempat tinggi untuk di ajak menutup hari dengan kisah romantis. Setidaknya makan bersama dengan lilin mengelilingi mereka? Mendekatkan tubuh keduanya, lengan kokoh Nathan yang merangkul pinggangnya dan mengerakkan tubuh sesuai irama musik klasik perpaduan antara piano dan biola? Ah, kenapa malah Cherlin sangat amat menginginkan moment romantis itu bersama dengan Nathan?     

"Apakah kau melupakan hari pernikahan orang tua mu sendiri?"     

"Huh?" Cherlin tersentak dari lamunan. Tangkapan pendengarannya yang tajam, menarik mimik wajahnya yang terlihat jelas terkejut dengan kabar yang di sampaikan oleh Nathan. "Lalu, bagaimana kakak tahu?" heran Cherlin dengan mata membulatnya yang serentak menyipit menyasar Nathan.     

"Orang tua kita berdua amat dekat, kenapa kau masih bertanya?" balas Nathan yang setelahnya melepas sabuk pengaman. Namun hal janggal kembali membuatnya mengangkat pandang pada Cherlin. "Tunggu dulu, jangan bilang jika kau masih tak membuka obrolan dengan mereka?"     

"Bukan seperti itu, hanya saja aku sedikit menjaga jarak supaya kesialan tak datang pada ku lagi. Jika saja aku tak merasa mual waktu itu, pastinya sampai saat ini kau tak mengetahui fakta kerusakan ku, kan?"     

Nathan menghela napas pandang, kemudian mengambil pergelangan tangan Cherlin untuk di genggam erat. "Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu? Ingat yang ku katakan, bayi yang ada dalam kandungan mu sama sekali tak bersalah," balas Nathan meyakinkan, bahkan tanpa sedikit pun ragu untuk mengusap perut datar milik wanita itu.     

"Ya, tapi aku bukan Lisa yang mempunyai hati besar untuk mencintai pria brengsek yang telah menyakiti, kak." Cherlin merasa rendah, seakan tak mampu untuk bangkit dan membenahi dirinya sedikit lebih baik.     

"Setidaknya jangan mempertimbangkan siapa pun, ingatlah bagaimana kau bisa menyayangi Zeno, bayi mungil yang begitu menggemaskan. Sungguh, kau bisa setangguh Lisa, Lin." Nathan masih berinisiatif untuk tak membuat Cherlin merasa di salahkan. Namun di sisi lain pula, sebagai peringatan yang mewanti-wanti wanita itu supaya tak bertindak macam-macam jika tanpa pantauan.     

Akhirnya sanggup meredakan getaran lengan wanita itu, saat sebuah pelukan hangat di berikan oleh Nathan penuh dengan ketulusan.     

Keduanya pun akhirnya keluar dari mobil, dengan gagahnya Nathan menjemput Cherlin dengan lengannya yang sedia untuk di gandeng.     

Sebuah mobil datang dan terparkir di belakang milik Nathan membuat kedua mengalihkan perhatian, terlebih dengan sebuah lambaian tangan dengan panggilan yang terdengar, "Cherlin!"     

Lea di sana, mengenakan gaun cantik berwarna merah mudah dan segera memberikan ciuman pipi kanan kiri pada Cherlin. Namun tidak demikian untuk Nathan yang mengulas senyum berusaha ramah, wanita itu malah dengan tak ragunya melirikkan mata tajam untuk membalas.     

Jelas saja Cherlin mengetahui hal itu, hingga kemudian berinisiatif untuk menarik keduanya menjauh dengan merangkul keduanya bersamaan untuk melanjutkan perjalanan ke pintu masuk.     

"Kau sangat cantik, kak Le. Ku pikir brother akan sangat menyesal untuk membiarkan diri mu datang kemari dengan menyetir seorang diri."     

"Hahha... Ku harap begitu, atau perlu seseorang untuk memberikannya peringatan supaya bertindak sedikit romantis?"     

Nathan merasakan wajahnya panas seketika menyadari jika Lea tengah terang-terangan untuk menampakkan dirinya sebagai pembenci. Terlebih dengan kalimat yang di lontarkan wanita itu sebagai balasan yang menyindir. Tapi sungguh, Nathan sama sekali tak mengetahui maksudnya. Bukankah ia sudah menjaga jarak sebaik mungkin dengan Max?     

"Sayang!" panggil Lea kemudian saat ketiganya berhasil memasuki kediaman yang sudah tertata dengan begitu cantik.     

Max yang di panggil demikian, kemudian mengalihkan pandang dari Riki yang di ajak berbincang. "Aku pergi dulu, nikmati malam berpasangan kalian berdua."     

"Kakak juga." Cherlin membalas ramah. Menatap habis sampai dengan Lea berhasil melompat pada dekapan Max.     

Sementara Nathan yang mengulang ingat topik pembicaraan beruntunnya dengan Max yang amat mesum, kemudian dengan refleks mengalihkan pandang dengan wajah yang otomatis memerah saat pria jangkun itu menatapnya dengan begitu intens dari kejauhan.     

Hanya acara privat yang memang tak pernah jauh melibatkan dua keluarga. Ah ya, apakah bisa di sebut tiga jika Rara yang kali ini dengan percaya dirinya menggandeng mesra Hardi? Sungguh, Nathan bahkan tak mempedulikan pasangan terakhir yang begitu menyebalkan. Untung saja Jevin tak di beritahu hingga makin tak membuat suasana untuk Nathan makin terasa rusuh.     

"Mereka nampak sangat bahagia," ucap Nathan saat melihat Nina dan Jonathan sedikit pun tak melepaskan genggaman tangan satu sama lain.     

"Ya, orang tua ku sejak dulu memang seolah tak terpisahkan seperti itu. Bersyukurnya jodoh masih mempertemukan mereka kembali di tahun ini."     

Nathan kemudian menolehkan pada Cherlin, menarik wanita itu perlahan dan menempatkannya pada sofa. Kehamilannya masih sangat rawan, terlebih dengan keinginan keukeh wanita itu yang hendak menyelaraskan tampilannya untuk semakin sempurna dengan sepatu tinggi. Nathan sangat khawatir jika hal remeh seperti itu membuat Cherlin dan kandungannya dalam bahaya.     

Cherlin yang merasakan ketulusan Nathan memperhatikannya, membuatnya mengulas senyum makin lebar dengan melemparkan diri pada dekapan hangat Nathan.     

"Bukan masalah waktu, itu memang karena hati mereka yang masih memilih satu sama lain," balas Nathan lebih menjelaskan tentang cinta yang dipahaminya saat ini. Menarik ketertarikan lebih tinggi Cherlin untuk menyimak.     

"Kalau kak Nathan, bagaimana?"     

"Tentang apa?"     

"Ehmm... Kau tak melupakan pembicaraan kita waktu itu, kan?"     

"Perjodohan, dengan cinta yang baru saja kita bicarakan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.