Hold Me Tight ( boyslove)

Perayaan?



Perayaan?

0Nathan mematung di tempat, pandangannya meliar, menatap dekorasi rumah yang sudah lama tak pernah terpikir untuk dikunjunginya lagi.     
0

Hiasan bunga yang terlihat berlebih, di letakkan pada beberapa titik hingga terkesan ramai dan mengganggu jalan. Meja besar dengan banyak bangku berjajar hadap kali ini di tonjolkan. Hidangan makanan lezat di letakkan rapi, terus bergerak memutar dengan lilin tersusun tinggi di bagian tengah. Pencahayaan yang di buat terkesan temaram, membuat berkas netranya mengobar serupa api yang di pandang.     

Duar     

Kemudian terdengar suara benda yang di ledakkan, otomatis mengejutkan Nathan yang masih menerka tanggal. Tanpa sadar pria itu menggenggam makin erat lengan milik Cherlin. Merasakan hembusan angin kencang yang menerpa tubuh belakangnya akibat pintu masuk yang masih terjerembap, meski di saat berlawanan hatinya terbakar panas saat secara perlahan nyala lilin yang lain bergerak makin mendekat pada posisinya.     

Prokk Prokk     

Suara tepuk tangan terdengar makin ramai, saat satu persatu sosok keluar dari balik batas kegelapan. Kompak bersenandung, menyairkan bait perayaan yang di lupakan oleh Nathan yang di sambut.     

Di sana, Nathan dapat melihat kawan-kawannya datang dan kompak mengangkat jempol. Keluarga Nandara, serta Lea yang merangkul lengan sang tunangan begitu erat. Papa dan juga ibu sambungnya ada di sana, tak ketinggalan pula remaja tengil yang dengan tak jelasnya menjulurkan lidah seolah meledek.     

Semuanya tak jadi masalah untuk Nathan. Namun saat bait terakhir di ucapkan dengan gemuruh tepuk tangan, sunyi malah mengambil alih akibat pengaruh dari tatapan dingin milik pria yang di beri kejutan.     

"Selamat ulang tahun. Meski untuk pertama kalinya aku bisa memegang kue untuk mu. Untuk usia dua puluh lima tahun, ku harap kau mengizinkan aku untuk menopang tiupan lilin dengan segala doa mu."     

Nathan sama sekali tak bergerak untuk mendekat, membuat yang lain otomatis saling pandang dengan raut cemas.     

Namun saat Max yang ingin mendekat dan memutuskan kecanggungan, sudah lebih dulu di lakukan oleh Jevin yang merangkul bahu milik Nathan.     

Max hanya bisa menarik bibirnya membentuk seringai miris, terlebih saat dengan mudah hatinya bergemuruh hanya karena Jevin yang memberikan pelukan dan kecupan pipi pada Nathan.     

"Aku tahu kalau ini kekanakan untuk mu, makannya kau malu untuk melakukannya, kan?" Nathan mengalihkan pandangan dengan bola memutar malas atas ucapan Jevin, terlebih saat remaja itu menariknya bergerak maju.     

Jevin hanya memberikan senyum lebar, seolah tak bisa memahami tatapan tajam Nathan yang menolak keras. Terlebih terkesan memaksa dengan memberikan tepukan keras di belakang punggungnya, kemudian mendorong Nathan untuk mengikuti posisi membungkuk remaja itu.     

"Kita saudara, ayolah... Aku yang akan bantu meniup lilinnya untuk mu. Semua orang sudah tak sabar untuk menikmati kemeriahan dengan denting gelas berisi minuman memabukkan. Dan aku yakin kau pun sama."     

Nathan tak lagi ada pilihan, saat seluruh pandangan kali ini mendesaknya. Kemudian dengan terpaksa memejamkan mata, sedikit bingung saat harus merangkai harapan untuk hidupnya yang sudah seperti benang kusut. Tak di pahami pada bagian mana yang menjadi titik ujung tarikan pelepasannya.     

Sampai akhirnya kelopak matanya terbuka, secara tepat bersitatap dengan Max yang memandangnya begitu intens dari balik celah dua orang yang ada di hadapannya kali ini.     

Seketika saja jantung Nathan berdebar dengan begitu cepat. Bahkan seolah di dorong keinginan hati yang semula sengaja terkubur dalam, kenapa Nathan seperti mendadak rakus untuk bisa mendetail harapannya bersama pria itu?     

Hufhh     

Meniup lilin saat Jevin memberikannya kode. Nathan seolah di tarik pada interaksi privasinya bersama dengan pria pemilik netra paling indah yang pernah di lihatnya itu.     

Bahkan tak lagi ada protes saat tubuhnya terlempar pada dekapan hangat sang mama. Seorang pria yang mendampingi pun demikian.     

Segera berpencar untuk menikmati pesta keluarga lewat tengah malam itu. Nathan tak tahu alasan saat Bagas dan Anggun malah seperti menghindarinya, meski senyum dan lambaian tangan dari sudut berlawanan sembari gerak bibir yang mengucapkan selamat ulang tahun.     

Aki, Tommy, Galang, dan Ilham berbondong-bondong memberikan harapan untuknya pula. Sedikit bercanda dengan menyertakan pasangan yang sudah ada di depan mata untuk segera tak ragu lagi melangkah ke jenjang yang lebih serius.     

Hingga saat mereka pergi hendak mengambil minuman, sedangkan Nathan yang di tinggal seorang diri otomatis meliarkan netranya untuk mencari keberadaan Cherlin yang seketika saja menghilang dari sisinya.     

Namun bukannya mendapatkan sosok Cherlin yang berdandan khusus untuknya. Nathan malah menemukan pemandangan yang membuatnya suasana hatinya kembali buruk. Seketika saja membuatnya berdecih sebal, terlebih saat langkah menghindar nya terlalu terlambat.     

Sang mama mendekat dengan memberikan senyuman padanya, di saat beriringan lengannya yang kali ini tanpa sungkan menggandeng mesra seorang pria paruh baya yang juga di kenal oleh Nathan.     

Hingga kemudian canggung meliputi sudut sempit itu, Nathan yang tak bereaksi dengan melempar pandangan tak sopan membuat sepasang paruh baya itu tersenyum maklum.     

"Hei, apa kabar, nak."     

Hingga akhirnya sapaan menyapu pendengarannya, singkat membuat Nathan terbayang pada kenyamanan dan memori indah pada pemilik suara bariton yang begitu khas itu.     

Namun setelah semuanya semakin jelas, agaknya mampu mengikis habis kepercayaan Nathan. Paman Hardi telah menyusup sejak dulu. Membuat keluarganya yang berantakan makin tak karuan. Sampai akhirnya ia kembali menyakinkan, apakah pria yang menjaganya penuh dengan kepedulian itu hanya sekedar kepura-puraan saja? Garis besarnya, ia telah di tipu oleh sepasang kekasih yang baru bersatu itu, kan?     

Tak ingin membuat suasana yang di rancang untuknya itu berantakan, Nathan dengan malas pun memberikan sahutan.     

"Senang kembali bisa bertemu dengan anda Pak Hardi." Santun Nathan sampai membungkukkan kepala kepada pria paruh baya itu.     

Seakan bukan hal yang di anggap memuaskan, Hardi yang berjalan makin mendekat untuk mengikis jarak pun membuat Nathan tak lagi bisa menutupi raut pemberontakannya.     

"Jangan terlalu memaksa ku. Sungguh aku tak bisa menerima kembali orang yang tiba-tiba berubah status di dalam hidup ku," peringat Nathan dengan menekankan setiap katanya.     

Namun masih tak bisa di terima begitu saja oleh Rara. "Kenapa Hardi tak bisa? Sedangkan kau dengan mudahnya bisa menggantikan posisi diri ku yang adalah ibu kandung mu dengan Anggun?"     

"Mungkin karena sebelumnya aku tak mendapatkan langsung peran itu dari mu? Hingga wanita paruh baya yang begitu ramah dan menyambut baik ku pada pertemuan untuk pertama kalinya. Percayalah, waktu tak akan pernah bisa mempengaruhi ku untuk bisa merasakan ketulusan."     

Sekarang Nathan paham, tanggal kelahirannya yang di sempatkan perayaan kali ini. Selain mungkin saja Bagas dan Anggun yang kompak ingin mendekatkan hubungan kekeluargaannya dengan orangtua asli. Jamuan makan malam yang mengumpulkan semua orang di meja makan, agaknya memang sengaja menarik kejelasan atas pertunangannya bersama dengan Cherlin.     

Wanita yang empat tahun lebih muda darinya itu pun tak hentikan melepaskan genggaman saat mendapati Nathan hanya terdiam sama sekali tak menyahut.     

Lebih dari pada rencana yang kembali memposisikan sebagai sosok yang hanya bisa menunduk, kenapa pula Nathan harus merasa kecewa hanya karena ketidak pedulian Max kali ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.