Hold Me Tight ( boyslove)

Peninggalan berharga



Peninggalan berharga

0"Sang ibu yang mungkin saja memberikan perlindungan pada anaknya. Bisa di katakan sulit untuk berada di situasi semacam ini. Namun memang mukjizat selalu datang pada mereka yang mengharapkan lebih tanpa putus. Nyonya Lisa mungkin saja ingin memberikan kesempatan pada anaknya untuk bisa mencari kesenangan di dunia ini, dan sebagai penggantinya dalam hidup anda?"     
0

Deg     

Detak jantung Nathan seperti berhenti dengan meninggalkan dentuman keras yang sampai menyerang rusuknya.     

Tubuhnya bahkan akan kembali luruh tak berdaya, jika saja Max tak siaga untuk menangkapnya kembali.     

Pandangannya kemudian seperti tersentak, tatkala Max mengusap wajahnya dengan begitu lembut. Sebuah senyum terulaskan padanya, namun seperti mendukung pemberitaan buruk yang tak ingin lekas di percaya oleh pendengarannya yang menangkap.     

"Tidak, itu tidak mungkin!" lirih Nathan yang kemudian mengeja raut pria jangkun itu. Namun rasanya tak bisa menenangkannya saat Max malah membujuknya untuk kembali jatuh dalam pelukannya.     

Menjaga jarak, kemudian menggelengkan kepala dengan pendengarannya yang coba di tutup habis. Namun rupanya hal itu tak bisa berhasil, kesimpulan yang di dapatkannya hanya satu, Lisa telah pergi dari dunia ini.     

"Katakan pada ku jika itu tidak mungkin! Setiap malam aku selalu memaksanya untuk berjanji tak akan meninggalkan ku. Dia akan terus bersama dengan ku sampai nanti. Dia ingkar, bagaimana Lisa bisa pergi begitu saja tanpa seizin ku?"     

Nathan yang mulanya hanya membatu, seketika saja menjadi makin tak terkendali dengan suara meningginya yang masih tak ingin meyakini.     

Mencengkram kerah kemeja milik Max dengan begitu erat, kemudian menghantamkan kepalan tangannya di sana bertubi-tubi.     

Max kemudian menggenggam erat pergelangan tangan Nathan, tak peduli pria itu yang makin kesetanan dengan terus memberontak. Tangisnya pecah, terdengar menyayat hati. Layaknya menghilangnya semua harapan dan juga gairah untuk bisa mengusahakan  hidupnya walau sedetik lebih lama.     

Bahkan Cherlin yang masih tak mengetahui apa pun kembali pada tangisnya yang mengasihi. Mendekat perlahan, dan ikut menjadi bagian penyemangat Nathan. Mengusap wajah penuh derai yang tenggelam dalam ceruk leher kakaknya itu.     

Namun tak berselang lama setelahnya, Nathan seakan menjelma menjadi sosok lain setelah netranya menemukan satu orang penipu ulung. Tertarik pada rentetan ingatan, kemudian tentang segala kode yang di dapatkan yang melengkapi kepingan puzzel.     

Seketika saja Nathan kembali muntlak, menampilkan wajahnya penuh berang dan desakan ingin menghabisi seseorang yang tak ingin di akuinya dekat. Napasnya menderu, bahkan sekujurnya sudah begitu panas. Masih dengan wajahnya yang basah, menyentak kasar Max yang memberi hadangan. Bahkan Cherlin yang coba menenangkan hampir saja jatuh terjerembap.     

Bughhh     

"Brengsek!" Nathan mengumpat keras. Melayangkan bogem mentah pada Ilham yang juga masih tak menyangka akan kemalangan kali ini.     

Tak bisa terkendali, bahkan Rian yang ada dalam posisi terdekat jatuh terlempar akibat dorongan Nathan yang begitu kasar.     

Mencengkram leher Ilham yang sudah mengalirkan darah dari hidungnya. Menekan bagian nadinya, seolah benar-benar ingin menghabisi pria itu di tempat sama pada penyerahan Lisa terhadap takdir.     

"Nath, jangan berbuat berlebihan! Dia adalah kawan mu!"     

"Diam kau jalang!" Nathan balik berteriak menciutkan nyali Rian saat kalimat makian kasar tertuju padanya.     

Max serta Cherlin menunjukkan keberpihakan, berdiri pada jangkauan Nathan meski dengan panik.     

Ilham kemudian menarik satu sudutnya membentuk seringai, meski napasnya yang tercekat mampu menghilangkan nyawanya dalam hitungan detik. "Jadi kau pria yang tinggal bersama dengan Lisa atas bantuan ku?" lirih Ilham dengan suaranya yang tersendat.     

"Dan aku yang dengan bodohnya menerima cerita tentang makian mu pada Lisa? Mendengarkan ucapan mu yang ku simpulkan tak akan pernah sudi untuk membuka kisah perjalanan kisah dengan kawan ku?" Nathan berdecih. Kemudian makin menekan ibu jarinya yang makin basah pada leher Ilham. Kembali, air matanya masih tak bisa mengering.     

"Apakah kau tahu jika wanita itu begitu menggilai pria brengsek yang meninggalkan benih pada kandungannya? Apakah kau tahu jika Lisa adalah wanita baik-baik yang jelas tak seburuk pemikiran mu?"     

.... Bahkan baru ku sadari jika wanita itu selalu saja mengidamkan kue milik mu. Bahkan sampai pada akhir hidupnya, ia masih memilih untuk menemui mu terlebih dahulu?" Nathan tersenyum miris terlebih saat melihat Ilham yang  sedari tadi seolah tak mengkhawatirkan Lisa sedikit pun. Membuatnya jelas merasa sedih, Lisa begitu tak beruntung menempatkan cintanya pada seorang bajingan berkedok rupa malaikat seperti Ilham.     

Bughh     

Kembali melayangkan kekerasan pada Ilham, mendorong jatuh pria itu dengan Rian yang sigap bersimpuh untuk menopang. Menundukkan setengah posisi tubuhnya, menjelaskan persis bukti kebenciannya pada dua orang menatapnya seolah mengiba.     

Tanpa sedikit pun ingin peduli, kemudian dengan bersungut-sungut memberikan keputusan final.     

"Seumur hidup, aku tak akan sudi mengenal kalian lagi di dalam hidup ku. Aku bahkan benci pada diri ku sendiri yang pernah merasakan bahagia di antara kalian!"     

.... Ku harap kau tetap pada posisi mu, Ham. Karena kau tahu jika aku tak akan pernah menerima penyesalan mu suatu hari nanti. Camkan itu!"     

*****     

"Sungguh, aku masih tak bisa mempercayai ini, jadi Ilham adalah orang yang menjadi sebab secara tak langsung kejadian ini? Maksud ku wanita hamil yang juga dekat dengan Nathan yang kini telah tiada?"     

Tiga orang pria yang berdiri berjajar, menatap Nathan yang masih sedikit pun tak beranjak dari kaca yang ruang perawatan bayi. Kompak merasakan kesedihan yang tersalur, terlebih saat sesekali Nathan mengangkat lengannya dan mengusap wajahnya yang berlinang air mata.     

Aki adalah salah satu saksi yang datang terlambat saat kedua sahabatnya nampak bersitegang. Menyimpulkan serupa yang di pahami oleh Tommy yang terlihat masih tak menyangka jika Ilham mempunyai peringai begitu kejam.     

Kemudian kompak menghela napas panjang, terlebih saat Galang menambahkan ucapan yang makin memperjelas persahabatan lima anggota mereka yang telah retak.     

"Bisa ku pahami kemarahan Nathan, Ilham yang sama sekali tak bertanggung jawab atas perbuatannya, dan malah seakan menorehkan luka dengan penolakan atas darah dagingnya sendiri?"     

"Ya, aku setuju pada mu, Lang. Bahkan setelah hari itu, sedikit pun Ilham tak menampakkan dirinya untuk sekedar menjenguk bayinya yang ada dalam masa pemulihan?" sahut Tommy yang kali ini merasa tak  mengenal lagi sosok kawannya yang paling tertutup. Kesan baik lewat raut dan senyum tipisnya, membuatnya menjadi orang ke sekian yang merasa menyesal karena sempat mempercayai.     

Kali ini hanya Aki yang mengenakan setelah khas putihnya lah yang dapat mengambil bagian terbaiknya walau di tengah kesulitan. Ya, walau pun akan memakan waktu lama setelah luka perih menderita Nathan. Pasti hadirnya sang bayi akan membuat kawannya itu jauh lebih bersemangat untuk mengusahakan hidup miliknya secara penuh.     

"Ku rasa Nathan akan sanggup melewati ini semua, aku berharap akan dapat menyatukan segala hubungan keterikatannya yang tak menyambung baik?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.