Hold Me Tight ( boyslove)

Acara berantakan



Acara berantakan

0Sungguh, acara inti bahkan belum di mulai. Perwakilan dari salah satu keluarga Nandara dan Adikusuma belum sekali pun memberikan sambutan sejak di bukanya pintu balloom hotel mewah itu. Namun agaknya para tamu undangan sudah begitu antusias. Semua datang lebih awal untuk menghadiri acara pertunangan dari Nathan dan Cherlin yang tertera di buku undangan.     
0

Tak menutup mata atas kejadian yang tersiar begitu panas akhir-akhir ini, agaknya mereka memang terlalu penasaran atas keseriusan dari acara yang di selenggarakan terkesan dadakan. Keburukan dari Nathan dan Cherlin yang terbuka di depan umum, membuat mereka layaknya detektif dadakan yang tengah memburu berita besar kali ini. Mencari fakta-fakta baru yang mungkin saja akan terungkap pada perkumpulan orang-orang elite itu. Hanya ada satu tujuan untuk para pebisnis seperti mereka, memanfaatkan peluang terbuka untuk saling menjatuhkan? Atau sekedar menaruh rasa iri dengan dendam berimbas sama.     

Jemari kanan yang menyangga gelas tinggi secara elegan, menyesapnya perlahan yang saat bersamaan mengedarkan pandang dengan ponsel yang membuka kamera jernih mereka untuk mengabadikan sekitar.     

Menyorot pada sosok-sosok yang ada di sekeliling pemilik acara, bahkan agaknya saat Nathan yang tadi bercanda tawa dengan kawan-kawannya dan tak sengaja memukul belakang kepala Tommy sudah menjadi judul berita. Nathan adalah pria yang kasar?     

Belum lagi saat ketiga kawannya yang berangkulan begitu erat, tawa yang tanpa sungkan menyembur amat keras. Menyabet gelas minuman dan layaknya berlomba untuk siapa yang mabuk terlebih dahulu. Hanya semacam itu, berimbas sama dengan sangkut paut tak berdasar dengan menyentil nilai moral kesopanan yang begitu di garis bawahi. Lagi, mereka meletakkan lingkungan pertemanan sang pewaris tahta dari keluarga Adikusuma menjadi salah satu sasaran terburuk, amat berandal dan sama sekali tak berkelas?     

Mendadak orang-orang di sana berpikiran terlalu sensitif, menjadi sebuah prasangka bahkan hanya sekedar perubahan mimik wajah yang begitu singkat.     

Yang membuat pencari berita suka relawan itu lebih tercekat adalah saat Jevin yang menggenggam tangan Nathan dengan begitu erat? Layaknya memperebutkan sosok pria yang di ketahui orientasi seksual menyimpang nya, kali ini bahkan Max yang masih dalam sebutan paling hina karena tertarik dengan calon adik iparnya?     

Berita yang tanpa menunggu waktu sedetik pun langsung terunggah ke media sosial. Terlalu tak terkendali hingga ribuan orang yang bantu menyebarkan lagi.     

Layaknya acara yang tak bisa menjadi semacam solusi atas permasalahan, malah membuat situasi makin kacau terlebih dengan kabar yang baru saja terdengar di telinga Nathan dan Max yang baru saja kembali dari persembunyian.     

"Sial!" Nathan mengumpat dengan rautnya yang begitu geram. Buku jarinya mengepal erat, tumpuan kaki yang mulanya membatu seketika langsung memanas dan hendak memacu kencang untuk meninggalkan tempat acara.     

Sebelum sebuah lengan yang menahan pergerakannya, membuatnya tak ragu lagi untuk menyentak kasar dan mendorong tubuh pria yang ada di hadapannya itu. Rahangnya bahkan sampai mengetat dengan urat menonjol yang tampil di dahi. Geraman terdengar, mata memerah yang memandang penuh kemarahan pada Max yang di anggap sebagai sumber permasalahannya kali ini.     

"Cherlin melarikan diri, jelas itu karena hasutan mu, kan?" sungut Nathan dengan lengan yang tak segan mencengkram kasar kerah kemeja rapi milik Max.     

Yang makin membuat Nathan naik darah dan otomatis melayangkan tamparan keras di rahang tegas milik Max, saat balasan yang di dapatkannya terlalu enteng. "Bukankah itu bagus? Berarti aku tak perlu bertarung sendiri dengan adik ku, kan? Dia tak menyukai mu, kau tenang saja... Jangan terlalu cemas, saat ini, pasti dia ada di persembunyian yang aman."     

"Lalu menurut mu? Bagaimana dengan seluruh kehancuran yang ada di depan mata kita? Acara pertunangan ini? Apa kau pikir sebuah lelucon saat dua orang pria yang menjadi pengganti? Eh?!"     

Nathan meneteskan air mata, saat kekesalannya tak mampu untuk terbendung. Tak menunggu waktu lama untuk membiarkan kelemahannya semakin jelas, memberikan sentakan pada cengkramannya, lantas mengusap kasar wajahnya yang sudah amat berantakan.     

Sembari berjalan keluar dari dalam bilik yang membawanya kembali pada lantai dasar, Nathan terus di sibukkan dengan kontak yang terus di tekan tombol memanggilnya.     

Tuttuttt     

"Bangsat! Apa kau pikir dia baik-baik saja bahkan di saat panggilan ku sekali pun tak di angkat?" Nathan tak mempedulikan pandangan di sekitar yang menatap ngeri kala boss besar mereka nampak kembali mendapat ancaman.     

Max yang kali ini tercekat, pandangannya seketika menyipit dengan kedua alisnya yang menyatu. Gerakannya begitu cepat menyabet ponsel yang di letakkan pada saku jas luarannya. Namun tak lebih parah saat sebuah suara langsung terdengar panik di seberang sana.     

"Tuan-tuan... Sebuah mobil besar tiba-tiba saja menyalip jalan kami. Beberapa orang menculik nona muda. Maaf sekali, saya tak bisa melawan mereka yang terlalu banyak."     

Acara benar-benar rusak, sang wanita yang tak hadir, langsung tersiar cepat karena alasan melarikan diri yang di anggap kebanyakan dari mereka. Tommy yang mendapatkan kabar terlebih dahulu agaknya terlalu terkejut hingga tak bisa terkendali. Beberapa orang yang di dekat mereka memang mendengarnya, namun di rasa lebih menggemparkan saat fakta di belokkan pada berita yang demikian tersiar.     

Nona muda dari keluarga Nandara yang tak sudi di tunangkan dengan seorang pria gay yang terlibat asmara dengan beberapa pria?     

Namun agaknya hal itu sudah bukan menjadi pemikiran utama lagi untuk Nathan atau bahkan Max. Wanita yang begitu mereka sayangi masih tak di temukan jejaknya sampai malam menjemput.     

Berkumpul di pom bensin dengan sang pengawal yang menjadi saksi mata. Lekas di datangi cepat oleh beberapa mobil yang mengisi banyak orang yang menaruh kekhawatiran.     

"Katakan pada ku, bagaimana bisa kau membiarkan anak ku di bawa pergi begitu saja! Heh! Katakan! Hikss...." Nina berlari kemudian menyasar tuduhan pada Riki dengan pukulan di dadanya bertubi. Isak tangis yang begitu menyayat hati, membuat semua orang yang berkumpul di sana ikut merasa sedih.     

Jonathan yang baru kali ini melihat pujaannya menderita, sontak saja langsung memberikan pelukan erat untuk menenangkan sang istri yang histeris. Begitu juga dengan Rara yang mengusap punggung sahabatnya itu.     

"Sudahlah, sayang... Dia yang bahkan sudah begitu babak belur. Sudah pasti dia berusaha mempertahankan anak kita sebelumnya."     

"Aku yakin, tak akan terjadi apa-apa dengan anak mu." timpalan suara dari Anggun- istri Bagas malah membuat suasana makin terasa tegang.     

Terlebih dengan tatapan Rara yang sontak mengarah begitu tajam dengan balas lontaran kata yang begitu dingin. "Kau pikir dengan ucapan mu yang penuh karangan itu mampu mendinginkan? Saat ini kita semua sedang membutuhkan bukti nyata, kejelasan, bukan hanya sekedar omong kosong yang hanya membuat muak saja!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.