Hold Me Tight ( boyslove)

Bekas



Bekas

0Malam itu, Nathan hanya terdiam sembari melihat kelam lewat batas kecil jendela kacanya. Sengaja di buka, merasakan hembusan angin kencang menerpa wajah sampai bagian batas pinggang miliknya. Kepulan asap putih yang membumbung dan tanpa perlu waktu lama terombang-ambing oleh angin, membawa berkas gelisah yang di hembuskan lewat celah bibir yang seperti tak lagi bisa untuk menarik senyum.     
0

Sampai-sampai Lisa yang baru datang dan berhenti di ambang pintu, merasa sedikit ragu untuk menggangu Nathan yang beberapa hari ini berubah pendiam, seolah menarik diri dari siapa pun.     

Pria itu bahkan belum sempat bercerita detail kejadian tiga hari lalu saat misi menyelamatkan Cherlin berbuah keberhasilan. Nathan hanya datang kembali lewat waktu tengah malam, dalam keadaan berantakan dengan bekas lebam mengerikan di wajahnya. Bau alkohol tercium pekat di sekujurnya, hingga Lisa yang merasa tak tega lekas membantu membersihkan tubuh kawannya itu supaya istirahatnya jauh lebih nyaman.     

Benar-benar tak ada sedikit pun pembicaraan, meski Nathan sudah kembali pada rutinitas kerjanya dan Lisa yang membantu menyiapkan segalanya untuk kawannya itu. Sarapan, setelan jas rapi yang telah di setrika, bahkan bekal yang di sempatkan khusus sebagai menu makan siang. Tetap saja, tak ada kata lain selain terimakasih yang di dapatkan.     

Jujur saja, Lisa masih belum bisa memahami Nathan yang memang tak bisa untuk berprinsip. Pria itu terlalu misterius untuk bisa di tebak langkah selanjutnya. Bahkan di lihat dari kasus awal, Nathan cenderung mengambil keputusan terlalu keukeh dalam satu waktu, tanpa sekali pun pertimbangan. Lisa hanya mengkhawatirkan efek setelahnya, Nathan yang akan rapuh seolah tak mengetahui tujuan hidupnya seperti sekarang ini.     

Drrttt     

Dering ponsel yang di letakkan begitu saja pada ranjang terdengar. Menyentak keterdiaman Lisa dan Nathan yang kompak saling menaruh pandang pada benda kecil yang menjadi sumber suara itu. Ekor mata keduanya menangkap satu sama lain, lantas saling berbalas pandang dengan waktu yang sangat singkat. Jelas saja Nathan yang memutusnya lebih awal, mengabaikan senyum manis yang di ukir penuh usaha oleh wanita itu.     

"Ponsel mu berbunyi, tak berniat untuk mengangkatnya? Kalau-kalau itu penting," ucap Lisa sembari melangkahkan kakinya untuk memasuki ruangan mereka berdua. Mendudukkan diri begitu hati-hati, ringisan pelan pun di rasakan wanita itu saat posisi perutnya yang sedikit membuatnya keram. Mengusapnya permukaan menggembung nya sesaat, dengan yang lain menyangga di belakang tubuh.     

Mengatur napasnya, kemudian menarik senyum saat Nathan nampak menatap khawatir padanya. Tak sedikit pun kata terucap di bibir Nathan yang masih menjapit batang rokok di antara selanya itu, sampai Lisa yang peka dan memberi balasan pada wajah berkerut milik Nathan.     

"Aku tak apa."     

Nathan mematikan batang rokok yang terbakar tinggal setengah itu. Menekannya hancur pada wadah kayu yang di sediakan, mengisi jumlah sebelumnya yang habis sampai terhitung tiga.     

Membalikkan posisi hadapnya. Kedua lengannya yang terbuka seolah bekerja sama untuk mengibas habis sisa asap rokok yang masih tertinggal. Kemudian melipat tangannya di dada, memposisikan dirinya nyaman dengan tubuh bersandar ke bagian jendela.     

Drtttt     

Dering ponsel kembali terdengar mengisi sunyi, Lisa yang penasaran pun mengalihkan pandangnya pada layar ponsel yang secara kebetulan terbuka itu.     

"Remaja bau kencur? Apakah kau menamai adik mu yang jauh lebih berwibawa dari mu itu dengan sebutan mengoloknya kekanakan?" kekeh wanita itu tak habis pikir. Namun saat kembali menatap pandangannya pada Nathan yang masih diam membeku, membuat Lisa praktis menarik kembali kedua sudut bibirnya yang terlalu menitik lebar.     

Masih merasa penasaran, Lisa pun masih usaha untuk menarik topik pembicaraan pada Nathan. "Kenapa tak mengangkat panggilannya? Apakah remaja itu terlalu menggangu mu?"     

"Tidak terlalu buruk seperti yang kau pikirkan, hanya saja aku tak punya ide lain untuk membuatnya menyerah berlaku sebagai seorang adik kecil manja yang terus berusaha untuk berada di dekat ku."     

"Apakah karena remaja itu yang mempunyai maksud lain yang kau ketahui? Misalnya mengabaikan keterikatan kalian berdua, apakah dia memang bermaksud untuk menjadikan mu kekasih hatinya seperti sejak awal?"     

"Sial kau!"     

Lisa terkekeh mendengar desis umpatan yang di arahkan kepadanya. Lantas terperanjat semangat karena keberhasilannya untuk menarik pembicaraan pada Nathan. Apa dia bilang... Pria itu tak akan bisa terlalu lama mendiaminya! Pertahanan pria itu sebentar lagi pasti runtuh, tak akan ada yang bisa di sembunyikan lebih lama lagi darinya.     

Apalagi saat Lisa sudah beraksi, merangkul nyaman Nathan dan menggiring pria itu untuk berpelukan di atas ranjang.     

"Demi apa pun, aku masih tak bisa menceritakan apa pun pada mu, Lis..."     

Putus Nathan saat melihat kerlingan mata membujuk dari Lisa yang berbaring miring menghadapnya itu. Kemudian berusaha untuk memilih menghindar, jika saja lengannya tak tertawan sebagai tumpuan nyaman wanita itu.     

"Aku bukannya ingin mengorek isi hati mu. Hanya penasaran pada proses kejadian sewaktu kau mengatakan dengan singkat jika tunangan mu itu sudah bebas," bujuk Lisa yang sampai menggoyang-goyangkan tubuh Nathan. Mengangkat wajahnya dan meletakkan tepat pada posisi baringan Nathan yang masih coba untuk menghindari temu pandang.     

Lisa memang wanita berbahaya, netra bulatnya itu seperti bisa menghipnotis. Lihat saja Nathan yang sontak diam walau dengus kesalnya terdengar.     

Untuk lebih memastikan, Lisa bahkan berkata, "Kau akan menceritakan detailnya sampai habis, kan?"     

"Aku tak tahu harus mengatakan apa pada mu, terlalu pening untuk ku kembali mengingat hari itu."     

"Santai saja... Nath, kau bisa mulai dengan memberitahu ku siapa pelakunya." Nathan berdecih seolah frustasi. Namun Lisa yang keukeh itu masih terus mempertahankan posisi hadapnya saat pria itu akan berpaling.     

Senyum Lisa masih mengembang, namun seketika saja berubah menganga tak menyangka saat pendengarannya menangkap satu nama. "Rian, kau tahu mantan kekasih ku yang pernah datang menemui ku waktu itu, kan?"     

Lemas, seketika saja Lisa yang secara tak sengaja terlibat langsung merasa tak bersemangat lagi untuk mendengarkan lebih. Melemparkan dirinya kembali di atas bantalan lengan Nathan. Dengan wajahnya yang berubah datar, wanita itu bahkan mencengkram bahu Nathan terlalu keras.     

"Menurut mu, apakah memang tindakan ku itu sudah keterlaluan, Lis? Memutuskan harapan pria yang dulu pernah mengisi hati ku. Dan selebihnya malah bertambah ku kacau kan dengan pilihan ku yang memilih bersama dengan adik Max."     

"Lalu, bagaimana Ilham?"     

Nathan mengernyitkan dahinya dalam. Saat ungkapan gelisah di hatinya di ungkapkan, Lisa seperti halnya terlalu tak fokus dan menarik dari topik intinya. Justru wanita itu yang kali ini berubah menggebu-gebu dengan raut tegangnya?     

"Apa? Maksud mu?"     

"Kau pernah mengatakan jika kawan mu terlibat perselingkuhan dengan mantan kekasih mu, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.