Hold Me Tight ( boyslove)

Ada apa dengan Lisa?



Ada apa dengan Lisa?

0"Kau rapi sekali, mau kencan lagi bersama dengan Cherlin?"     
0

Sebuah suara yang begitu terdengar ceria membuat pria itu tersentak dari lamunan. Mengangkat pandang, lantas memantulkan bias dirinya pada cermin. Lisa yang mulanya mencelinguk di ambang pintu lantas mendudukkan dirinya di atas ranjang. Pergerakannya yang begitu hati-hati dengan posisi yang terlihat menyusahkan, hingga membuat Nathan yang gemas melihat lantas menceletuk,     

"Cepatlah melahirkan, kau terlihat sudah kepayahan untuk menampung keponakan ku itu."     

"Hahah... Kau benar, menjadi ibu memang penuh perjuangan semacam ini. Namun kau tak perlu mengkhawatirkan ku lagi lebih lama. Kabar baiknya dari waktu yang cepat sekali bergulir, membuat anak ku hanya tinggal sebentar lagi berada dalam dekapan hangat ku. Kau jelas ingin segera menggendongnya, kan?"     

Nathan membalikkan badan, dahinya yang berkerut dalam dengan netra menyipit saat rangkaian kata yang keluar dari Lisa yang di rasa penuh kesedihan.     

Melangkah kakinya hanya beberapa langkah, mendudukkan dirinya begitu dekat dengan wanita itu.     

"Aku tak sabar untuk melihat bagaimana keponakan ku bisa nyaman dalam pelukan mu nanti," tekan Nathan yang di balas sekedar kekehan ringan oleh wanita itu.     

Menggantikan tugas Lisa, Nathan pun menyamankan wanita itu dengan telapak tangannya yang membelai lembut perut menggembung milik Lisa.     

"Tetaplah bahagia seperti itu. Sungguh, aku akan sangat marah pada mu jika kau melepas sedikit saja senyum dari bibir mu lagi," lanjut Nathan dengan perintahnya yang begitu serius. Lisa yang di beri titah pun lantas mengangkat lengan kanannya dengan telapak terbuka seperti hormat.     

"Siap kapten!"     

Nathan yang merasa sedikit lega dari firasat macam-macamnya pun beransur membaik. Mencubit pipi menggemaskan milik wanita itu, lantas berganti surai lembut Lisa yang di usap sembari Nathan bangkit dari tempatnya.     

"Sebenarnya aku ingin mengajak mu sekalian," lirih Nathan yang penuh penyesalan. Sebagai sosok paling dekatnya, entah mengapa pria itu merasa amat bersalah dengan caranya yang seperti memilah Lisa. Menjadikan wanita itu lebih jelas seorang diri, sosok yang tersembunyi.     

Lisa yang rupanya amat pandai menyembunyikan perasaannya itu hanya mendongakkan pandang sesuai posisinya saat ini. Menurut perintah Nathan dengan bibir yang terus menarik ke dua sudut bibirnya, lantas membuatnya makin menggemaskan dengan cara kedipan mata cepatnya yang menampil binar.     

"Menjadikan ku orang ke tiga dari kencan mu malam ini? Demi apa pun, lebih baik aku sendiri di dalam kamar dan memenuhi memori ponsel ku dengan potret cantik ku," timpal Lisa dengan entengnya. Seakan rencana yang di lontarkannya adalah yang paling baik, sampai mengibaskan helai panjang rambutnya yang terurai dengan kedipan mata genit pada Nathan.     

Pria itu pun terkekeh, kemudian menganggukkan kepala untuk memahami.     

Nathan tahu jika Lisa tengah membohonginya dengan ritme sama seperti awal. Menampakkan dirinya seperti bahagia, walau pria itu masih menemukan sedikit celah yang tak mampu untuk tertutupi. Namun jika itu semacam pilihan, sungguh, Nathan tak bisa memaksakan kehendak wanita itu untuk bahagia.     

Lisa menggandeng lengan Nathan sampai di depan pintu, merapikan posisi dasi kupu-kupu milik pria itu yang sedikit miring. Kepalanya hanya terus mengangguk saat seperti biasanya, pria itu membacakan kembali aturan perintahnya.     

"Jangan hanya mengangguk-angguk saja, aku ingin kau melaksanakan seluruh perintah ku tadi."     

"Iya.... Aku mengerti dan akan melaksanakannya, Nath..."     

"Ah ya, dan jangan lupa tetap aktifkan ponsel milik mu. Ku harap kau tak lagi bertindak bodoh dengan membanting ponsel mu sendiri ketika adegan drama yang kau tonton membuat mu kesal."     

Lisa hanya meringis dengan lengan terangkat untuk menggaruk permukaan kepalanya yang tak gatal. Rupanya Nathan begitu mempercayai alasan mengada-ngada nya. Ya, sedikit membuat wanita itu lega pastinya.     

Lisa melambaikan tangan pada Nathan, saat pria itu akhirnya pamit pergi dengan setelan pakaian yang begitu rapi. Pria itu hanya membalasnya sesekali, lantas memberi kode hempasan lengan untuk menyuruh Lisa segera masuk ke dalam dan mengunci pintu dengan benar.     

Wanita itu kemudian menurut, menarik dirinya kembali pada kesendirian, lagi dan lagi. Bahkan raut wajah cerah seketika meredup, bibirnya tertariknya kembali mencebik dengan netranya yang menjadi semakin sendu.     

Menghembuskan napas panjang, tubuhnya lantas di sandarkan nyaman pada sofa. Pukul delapan kurang seperempat menit, masih belum begitu larut untuk membuatnya lekas menjemput mimpi yang di rasanya jauh lebih ramai.     

Ting Tongg     

Saat langkahnya hendak ke arah dapur, sebuah denting pintu membuatnya membalik arah. Tak lagi ada keraguan untuk berhadapan dengan seseorang yang ada di balik pintu sana. Lebih dari cukup, kesepiannya di rasa menjadi alasan yang masih bisa di tolerir.     

"Kau membukakan ku pintu?"     

"Mungkin ini keinginan anak mu yang tengah merindu?" balas Lisa dengan bahunya yang terangkat ringan. Seorang pria yang sudah jelas menjadi seorang tamu yang tak tahu diri, dengan jam malam yang sekali pun tak di pikir mengganggu.     

Pria yang masih identik dengan wajah lugunya itu makin tercekat dengan jawaban santai yang terlontar dari mulut wanita itu. Menjadi kejutan yang tak di sangka dari pada hanya sekedar pintu terbuka untuknya. Hanya dengan waktu yang begitu singkat, Lisa menampilkan perubahan yang begitu besar dengan cara lengan rampingnya yang menggenggam milik Ilham. Memberi semacam sambutan untuk pria itu menyusup makin dalam.     

"Kau sendirian?"     

"Tak cukup gila untuk ku mengundang mu masuk saat ada pria itu."     

Bagaimana Ilham mendeskripsikan perasaannya yang seperti tertitah itu? Lisa yang masih tak berekspresi saat menyebutkan sosok lain di antara mereka, secara mengejutkan malah menarik kedekatan padanya di satu waktu.     

Duduk di atas sofa, dengan Lisa yang merebahkan kepalanya di atas pangkuan Ilham. Lengan pria itu di tarik, genggaman hangat Lisa menuntun milik Ilham untuk mengusap perutnya yang membuncit.     

Menjadi tamparan keras saat sekujur tubuhnya berubah bergetar. Demi apa pun, Ilham merasakan kehadiran dari janin yang mengisi perut wanita itu.     

Pandangannya tiba-tiba saja memburam, bertemu tatap dengan netra milik Lisa yang malah sudah basah.     

Sebuah senyum yang begitu lebar menyambutnya, walau masih terasa begitu sulit dengan tuntutan wanita itu untuk mencebik. Seperti ikut mengalir pada suasana haru yang di buat oleh wanita itu. Terlebih dengan cara Lisa yang masih sempat untuk menyanjung dengan kecupan bibir lembutnya pada punggung tangan milik Ilham.     

Sungguh, pria itu sudah amat tak bisa untuk bisa memahami hati tulus wanita itu meski berulang kali telah di hancurkannya. Masih dengan perasaan cinta yang jelas begitu besar, masih sanggupkah dirinya untuk menyebut niatan kejinya hanya untuk sekedar meminta kenikmatan satu malam?     

Sampai Lisa yang telah memahami lebih dalam pun sampai memberikan peringatan dengan bicaranya yang seakan penuh lelucon.     

"Hari ini, bisakah aku meminta sedikit pertanggungjawaban mu? Sungguh, anak ku tak perlu di kunjungi secara langsung, mungkin dia tak ingin mamanya kembali terluka dengan sekujur tubuh yang akan rapuh, dia tahu aku cengeng yang pastinya. Cukup dengan usapan hangat dari jemari mu, ku pikir dia sudah begitu senang. Mungkin juga aku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.