Hold Me Tight ( boyslove)

Perasaan



Perasaan

0Seketika saja jantung milik Ilham berdebar dengan amat kencang. Lengan lembut yang membelainya dengan hangat yang tiba-tiba saja menyelimut. Pandangan dari netra kelam yang menunjukkan obrs bening makin membuatnya menyelam lebih dalam.     
1

Meski tak bisa menutup habis suasana sendu yang lantas tercipta, lelehan air mata yang seketika saja membasahi wajah pucat milik wanita itu. Bibir lembut yang kali itu terlihat begitu kering, tarikan dari kedua sudutnya bahkan tak bisa sedikit pun mampu menghilangkan perasaan milik Lisa sebenarnya.     

Sungguh, hanya pada malam itu Ilham begitu ingin memberikan memori baik. Namun lagi-lagi niatannya itu harus di uji keseriusannya terlebih dahulu. Terlebih dengan ucapan Lisa yang menyindir telak mampu menikam dadanya dalam satu waktu. Seperti yang di katakan penuh dengan rendah diri, menarik balas pada rasa bersalah yang kian menyelimut akibat persetujuan dari wanita itu tentang makian Ilham yang masih menancap di dalam hati. Jelas merasa buruk seketika, bahkan pemikiran yang tak pernah sekali pun tercetus seketika saja mendominasi ingatannya saat ini.     

Lisa membawanya pada kedekatan yang begitu intim, mesti tidak dengan penyatuan tubuh mereka yang di idamkan sejak awal. Wanita itu membawanya pada kedekatan emosi, tentang mereka berdua bersama dengan janin yang masih ada dalam kandungan.     

Wanita itu nampak begitu tulus, rasanya bukan balasan yang tepat untuk segala tingkah laku brengsek pria itu sampai dengan kepicikannya sesaat lalu.     

Namun sekali lagi, Lisa masih mampu untuk menerimanya. Menarik kekakuan hati dengan hangat lembutnya yang begitu drastis mampu merubah.     

Seketika saja Ilham berpikir, masih pantaskah ia mendapatkan kebaikan yang berlebih setelah semua ini. Penolakan awal dengan sama sekali tak ingin mengakui darah dagingnya, membuat Ilham merasa dirinya adalah sosok manusia terburuk yang bahkan tak pantas untuk menerima kesempatan kedua. Apalagi dengan hati lembut yang masih begitu di yakini hanya untuknya.     

"Leo berkata jika kau akhir-akhir ini begitu mengidamkan kue red velvet, apakah benar?" tanya Ilham dengan suaranya yang begitu kikuk. Segelas susu ibu hamil di sodorkan, Lisa menerima pemberian itu dengan balas ucapan terima kasih.     

Ilham menawarkan diri untuk membuatkan, meski pada bagian ucapan wanita itu yang membuatnya begitu tertampar dengan rasa iri yang begitu mendominasi dirinya. Perintah yang katanya harus di laksanakan, membuat Ilham berpikir tentang kedekatan sebenarnya wanita itu dengan sang pria misterius. Apakah mampu di sandingkan dengannya? Atau memang hanya dirinya saja yang terlalu percaya diri untuk menganggap segalanya masih pada tempat semestinya?     

Bahkan untuk sekedar memberontak dengan kasar seperti waktu pertama kalinya ia datang, untuk sekedar memulihkan dirinya yang begitu lemah saja masih tak di ketahui caranya.     

Hanya bisa menunggu jawaban dengan menarik intens pada wanita itu, meneliti detailnya saat pergerakan anggun bibir terbukanya dengan cairan berwarna putih yang masuk perlahan. Posisi duduk Lisa yang jelas saja terlihat begitu sulit dengan perut besarnya yang mengganjal, membuat Ilham dengan sigapnya memberikan bantuan untuk meletakkan gelas yang isi dalamnya tinggal setengah itu ke atas meja kecil di hadapan keduanya.     

Lisa yang tak menyangka jika Ilham begitu mempesona dengan cara baik memperlakukannya, membuat kedua sudut bibirnya lantas tertarik, membentuk ulas senyuman tipis.     

"Kau masih menyuruhnya untuk mengawasi ku?" balas Lisa dengan pertanyaan pula. Ilham yang merasa arah sasaran maksud wanita itu telah berbeda dengan niatan sebenarnya yang hanya sebagai bentuk kepedulian semata.     

Lantas memberikan tanggapan dengan gelengan kepala, meski bagian terlanjurnya malah membuat Lisa terkekeh. "Kau tenang saja, aku masih bisa meminta bantuan rekan ku untuk membelikannya di tempat mu. Tak akan ku harapkan sodoran kue manis itu dari mu saat ini."     

Raut wajah Ilham seketika saja kaku, mulutnya bahkan hanya bisa membuka tutup tanpa sedikit pun kata yang terlontar untuk menepis anggapan Lisa yang terlalu jauh.     

Tanpa sedikit pun perencanaan jika malam ini nyatanya Lisa mengizinkannya masuk ke dalam hunian kecil miliknya. Untuk sekedar membuatkan kue dari tangannya sendiri, bahkan sekujurnya yang masih berbau pekat cairan memabukkan masih belum sempat terganti.     

Dirinya benar-benar amat tak pantas dengan pengharapan tiba-tiba saja yang ingin mengaku posesif. Desakan keingintahuannya pada sosok pria yang menjadi lawan, malah menghempasnya jatuh ke dasar saat wanita itu nampak begitu bertumpu hidup dengan sosok yang masih menjadi tanda tanya besar di dalam benaknya.     

"Katakan pada ku saat ini juga, siapa pria yang tinggal dengan Lisa saat ini!" sentak Ilham saat ia akhirnya harus di paksa berhenti oleh waktu yang melekat kenyamanan yang bahkan masih belum begitu puas di rasakan.     

Masih dengan alasan Lisa yang tak ingin prianya merasa cemburu dengan kehadiran sosok lain di lingkungan privasi mereka. Benar-benar membuatnya kembali pada sifat dasarnya yang tak sedikit pun bisa berbuat apa pun, posisinya memang begitu sulit untuknya bisa menjadi sosok egois. Tak bisa mengharapkan yang lebih karena telah terlanjur menyia-nyiakan buruk sejak awal.     

Memacu sedannya dengan kecepatan gila-gilaan, bekas wewangian yang melekat di tubuhnya masih tak sedikit pun bisa membuat sisi serakahnya merasa cukup. Ilham tak bisa di berikan semacam penenangan hanya dengan pelukan erat wanita itu. Pria itu sungguh-sungguh menginginkan wanita itu di sekujur tubuhnya, hanya untuknya saja.     

Rasanya waktu telah begitu tepat mempertemukan pandangnya pada sosok yang menjadi harapan satu-satunya untuk bisa mengetahui semuanya. Di kegelapan malam dengan suasana yang begitu sepi, sorot lampunya menerangi pria yang dengan santainya merangkul mesra seorang wanita menuju tempat penuh kebahagian dunia.     

Rahangnya kontan saja mengetat, menginjak rem mobilnya hingga membuat decitan bannya beradu dengan aspal.     

Matanya mengawas tajam, gerakannya begitu gusar dengan keinginannya mendapatkan informasi secepat mungkin. Mobilnya di tinggal begitu saja dengan mesin yang masih menyala. Bahkan bagian pintu yang terjerembap tak cukup sempat untuknya membanting kasar kembali.     

Dengan cengkraman kuat pada kerah kemeja pria itu, Ilham dengan frustasinya bahkan sampai tak memikirkan akal sehat untuk memperlakukan wanita dengan kasar.     

Leo yang melihat wanitanya yang hanya berniat memberikan bantuan, menjadi semacam sulutan kemarahan pula untuknya saat kekasihnya itu jatuh terjerembap dengan luka berdarah di bagian siku.     

Membalas tantangan tak jelas dengan mimik wajah serupa dengan sang boss, membuatnya tanpa sungkan memberikan bogem mentah sebagai balasan setimpal.     

Bughh     

"Kau pikir hanya karena status sosial mu yang tinggi, bisa mengatur segalanya?! Menekankan ku dengan iming-iming upah tambahan yang tak seberapa di bandingkan dengan hubungan lama ku dengan Lisa?" Leo menghentikan ucapannya, menyunggar surainya dengan rematan kuat. Melihat Ilham merintih kesakitan membuat pria itu berdecih, kemudian menjadikannya sosok seimbang yang tak lagi ingin di atur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.