Hold Me Tight ( boyslove)

Pertemuan dari kedua keluarga



Pertemuan dari kedua keluarga

0Melesat cepat di jalanan ramai. Suasana gelap malam yang di hias sorot lampu pun menjadi pemandangan yang terkadang di rasa meramaikan. Bersama dengan ribuan pengendara lain yang melintas, menggaung deru suara kendaraan dengan sesekali membunyikan klakson sebagai peringat.     
0

Di sebuah kendaraan berwarna merah, rasanya tak bisa di samakan dengan deskripsi keseluruhan yang terkesan penuh bising. Sedikit pun tak ada pembicaraan yang keluar dari kedua mulut membungkam itu, menutup akses penuh, lantas di perparah dengan tak ada sedikit pun usaha untuk mengisi sunyi yang kian di rasa membosankan.     

Bukan karena memang tak ada topik pembahasan ringan sekali pun, hanya saja seseorang yang duduk di kursi kemudi nampaknya jauh lebih nyaman dengan fokus sepenuhnya pada jalanan depan. Sedangkan sosok lain yang menemani hanya bisa menuruti. Sedikit pun tak di ambil hati, nyatanya sang wanita jauh lebih mengerti tentang bagaimana mengambil solusi. Bergelayut manja dan menyandarkan kepalanya pada bahu sang pria, menyelasarkan jemari lentiknya dengan meraba bagian dada bidang milik pujaan. Mengusap amat perlahan, sahutan debar jantung yang di rasa begitu cepat, memberikan balas senyum manis kala yang di sasar, menundukkan pandang dengan intens sentuhan.     

Siapa lagi jika bukan Nathan dan Cherlin? Janji pertemuan yang bisa di katakan mendadak, membuat keduanya mampu menjumlah pertemuan, selama satu minggu penuh terhitung mundur. Makin menampakkan kedekatan tanpa ragu meski tanpa status terucap jelas, rasanya tak sedikit menjadi permasalah bagi keduanya.     

Hanya saja risau memang menyusup ke dalam suasana hati milik Nathan, firasatnya yang tiba-tiba tak enak, makin di perparah dengan tak sekali pun balas panggilan dari sang kawan.     

Meninggalkan malam sepi yang selalu menjadi momen riskan untuk Lisa, bukan tak mungkin bisa membawa wanita itu kembali pada kesedihan yang mendominasi hidupnya. Nathan yang hanya bisa menerka inti dari rapuhnya wanita itu, membuatnya turut merasa khawatir jika terjadi sesuatu yang tak di inginkan.     

Sekali pun mencoba berpikir positif, nampaknya pikiran kalut Nathan sudah lebih dahulu menepis alasan. Lisa bukan tipe wanita yang bisa mengabaikannya begitu saja. Menyelam pada alam mimpi, rasanya bukan perkara yang bisa membuatnya sedikit lega. Lisa adalah tipe orang yang tak bisa tidur nyenyak, mendengar lirih bunyi yang ada di sekitarnya pun mampu membuatnya tersentak. Terlebih dengan ingatan terakhir Nathan saat sengaja meninggikan volume ponsel wanita itu. Sungguh, ia benar-benar merasa sangat cemas.     

"Diam saja sejak tadi, apa kakak sedang tak enak badan?"     

"Ah, aku baik-baik saja, kau tak perlu cemas."     

"Baiklah... Kalau begitu kita harus segera menyusul yang lainnya."     

Nathan hanya menundukkan kepala saja untuk membalas, meski masih tak bisa menutup rasa penasaran di balik undangan tiba-tiba ini.     

Berjalan bergandengan setelah keluar dari dalam mobil, membiarkan petugas valet memarkirkan mobil. Cherlin yang sudah tinggi semampai, masih di bantu dengan sepatu tinggi hingga postur tubuh Nathan yang tak seberapa dengan mudahnya di kalahkan. Sebuah restoran mewah yang telah mereservasi nama keduanya untuk ikut dalam jamuan makan malam, membuat Nathan dan Cherlin tanpa membuang waktu lagi mengikuti seorang petugas yang membimbing jalan keduanya.     

Ruang privat yang menjadi tujuan, mempersilahkan keduanya untuk bergabung dengan meja panjang yang tersedia.     

Mengucapkan terimakasih dengan bantuan yang di dapat, Nathan dan Cherlin yang tampil amat serasi dengan dominasi hitam serta detail putih pun berjalan mendekat pada titik keramaian yang sudah menunggu.     

"Selamat malam... Maaf datang terlambat, ku harap kalian memahami wanita muda seperti ku yang ingin tampil sempurna."     

Cherlin berucap dengan sangat ceria, gandengan lengannya makin di eratkan. Semua pandangan yang otomatis mengacu intens pada kedatangan mereka pun tak pelak berdecak kagum dengan kemesraan Nathan dan Cherlin yang terlihat. Rupanya bintang yang di tunggu-tunggu adalah sepasang muda-mudi yang di anggap sudah resmi bersama. Membuat kehadiran yang di dominasi paruh baya itu mengulas bahagia tak terkira.     

Nathan yang nampaknya sudah memperkirakan kemungkinan terburuk, mencoba menampil dengan kepercayaan diri tinggi. Membalas raut balasan serupa yang di terima olehnya. Menundukkan kepala, sebagai penghormatan di ikuti demikian oleh Cherlin yang tak sekali pun melepas pandang.     

"Selamat malam semuanya, maaf jika bersikap tak sopan dengan kedatangan kami yang tak tepat waktu."     

"Tak masalah, sayang... Kami memahami pasangan baru seperti kalian, tak tahu tentang tentang alasan yang di lontarkan oleh putri ku itu adalah kebenaran mutlak atau tidak. Hanya saja sedikit membuat ku merasa penasaran, bisa kau jelaskan tentang noda merah membentuk lekuk bibir di bagian bawah telinga mu itu, nak?"     

Balas Jonathan yang membuat suasana kian akrab, semua orang benar-benar sudah terbawa suasana baik yang menyeruak dalam kedekatan Nathan dan Cherlin itu. Sang wanita yang sontak saja merasa malu karena keteledoran yang menunjukkan dirinya terkesan bernafsu tinggi. Coba menghilangkan tanda bukti yang sudah di pandang jelas oleh yang lain, Cherlin yang berwajah merah pun bertambah grogi, terlebih ketika pandangannya bertatapan amat dekat dengan Nathan. Jemarinya bergerak serampangan yang tersentuh pun lantas tak bisa lagi berkutik, pria itu menggelengkan kepala dengan balasan senyum mempesona yang di ukir. Terhipnotis untuk kesekian kalinya, membuat wanita itu menyelam dalam pada keseriusan tatap milik Nathan.     

Namun agaknya tak semua orang menyambut baik, tatapan malas dengan melempar pandang pada objek lain, bukan menjadi yang terburuk.     

Sepasang netra yang menatap berang atas pertunjukan yang di tampilkan. Raut tegasnya berubah makin dingin dengan rahang yang semakin di ketatkan. Bukan perkara yang bisa di sangka dalam pikiran terdangkal sekali pun, kedekatan dari Nathan dan Cherlin yang kali ini menunjukkan diri sebagai pasangan. Terlebih dengan balas intensnya yang tak terbalas, membuat pria dewasa yang berparas oriental itu muntlak terhadap sikap seseorang.     

Brakk     

"Apa yang kau lakukan di sini, eh?"     

Otomatis seluruh pandangan beralih pada gerakan tiba-tiba milik sang tuan muda dari keluarga Nandara. Bukan hal yang di rasa sopan, terlebih dengan cara bangkitnya yang menampilkan ekspresi jelas pemberontakan di lingkup tetua. Nada suaranya yang dingin, membuat satu-satunya yang di sasar mengalihkan pandang dengan memutar bola mata malas.     

Dua keluarga inti yang di undang pun tak bisa menutup kejadian semacam ini yang terjadi. Kabar kedekatan antara kedua pria dari masing-masing keluarga Nandara dan Adikusuma itu tak pelak menutup mata dari sebagian besar orang yang mengetahui.     

Mungkin hanya Cherlin yang tak mengetahui apa pun, raut tak sangkanya atas sikap kekanak-kanakan sang kakak membuatnya tak habis pikir. Terlebih dengan cara Max merenggut kasar Nathan dari kedekatannya. Mencengkram erat pergelangan tangan pria itu dengan sentakan kasar pula.     

"Brother, apa yang kau lakukan!"     

"Diam kau, aku hanya ingin berbicara dengannya!" Max membentak sang adik begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.