Hold Me Tight ( boyslove)

Max yang semakin naik pitam



Max yang semakin naik pitam

0Situasi pun makin tak terkendali, para tetua hanya bisa saling pandang dengan kebingungan. Max bukanlah tipe pria yang bisa dengan mudah di kendalikan, predikat penguasa sejak dulu memang sudah melekat dalam diri pria jangkun itu. Bahkan Jonathan selaku kepala keluarga pun tak bisa melakukan apa pun dengan jabatan kehormatannya.     
0

Rencana yang di gagas bersama atas usulan awal dari Rara, sekembalinya ia dari liburan panjang dan obsesi gilanya untuk melihat sang anak kembali pada semestinya di harapkan menjadi semacam sambutan. Nina yang turut memberikan suara terbesar, namun tidak demikian dengan sang suami atau bahkan orang tua Nathan sekali pun.     

Bagas pun menatap penuh intimidasi pada mantan istrinya yang menempati bangku tepat di hadapannya. Merasa bukan hal yang patut di permasalahkan, Rara yang masih menyimpan perasaan seketika memutus pandang saat Anggun yang berhasil mengalahkannya. Bersikap menyebalkan dengan lagak perhatiannya, mengusap lengan pria paruh baya itu dengan maksud menenangkan. Lagaknya yang memaksa tindakannya sudah benar, membuat Bagas secara otomatis menghela napas panjang. Sungguh, ia tak ingin menyakiti perasaan sang anak dengan jalan paksaan seperti ini.     

Max yang terus mencecar pandangan tajam pada Nathan, bukan hal yang bisa di harapkan untuk sedikit bisa mengendalikan emosi. Malah makin tersulut, tuan muda dari keluarga Adikusuma itu nampaknya memang sengaja memancing. Lengannya yang bebas menarik milik Cherlin, mengisi sela jemari keduanya dengan pandangan intens?     

Apa maksud semua ini? Kenapa hanya dengan kepergiannya untuk sementara waktu membuat semuanya menjadi tak terkendali? Nathan yang di kira sudah benar-benar tunduk dengan mengandalkan tumpuan hidup serta persetubuhan mereka yang sangat hebat, kenapa semuanya malah berubah seratus delapan puluh derajat? Nathan gay, kenapa pula harus membuatnya lebih marah dengan usaha romantisnya dengan seorang wanita? Terlebih dengan Cherlin, adiknya sendiri?     

Di rasa semakin memuakkan untuk kehadiran wanita yang seperti sudah tak di anggap, fokus padanya seketika teralih terlebih dengan drama cinta segitiga yang di tampilkan salah satunya dengan peran yang di mainkan oleh sang tunangan.     

Mengambil alih situasi yang sudah sangat menegang, mengetukkan sepatu tingginya dengan gelas berisi wine. Menghampiri sisi prianya, lantas berkata bijak dan penuh keanggunan.     

"Max, ku pikir ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Kita bahkan belum sempat berbincang bersama atau pun menikmati hidangan yang tersedia. Sepasang kekasih baru itu harus di sambut terlebih dengan denting gelas yang berisi cairan kebahagian ini, kan?"     

Ctarrr     

Max menepis gelas yang di angkat tinggi oleh Lea, membantingnya hingga pecah menjadi kepingan kecil. Semua orang jelas tercekat dengan tindakan yang di lakukan oleh Max itu. Memancing yang lain untuk kembali memperingati. Tak bisa duduk diam, kedua keluarga pun lantas bangkit dari usaha kebersamaannya.     

"Aku tak peduli dengan ini semua, ku rasa tak perlu lagi ku jelaskan atas tindakan ku yang tak terkontrol ini!" Max memberi peringatan, menyasar pandang pada semua orang. Lea yang mendapatkan akhir, paling tajam hingga sorotnya bisa saja mencabik sekujur tubuh wanita itu.     

"Apa kau tak punya sopan santun? Kehadiran orang tua di hadapan mu yang berkumpul ini, apakah tak kau anggap? Menarik pergi anak ku begitu saja?"     

Gerakan langkah Max lantas terhenti, cekalannya yang makin menguat pada pergelangan milik Nathan, lantas memastikan keadaan ricuh yang berniat di tinggalkannya.     

Menolehkan pandang, tak sekali pun mempedulikan rontakan pria yang telah di gilainya itu. Menjadi bagian yang paling menggelikan saat Rara berkata kepemilikan dengan penuh percaya dirinya, membuat pria berparas oriental itu berdecih.     

"Biarkan aku membawa Nathan pergi, bukankah kalian semua harus berdiskusi tentang semua ini? Demi apa pun, aku belum sempat memulai semuanya, dan kalian malah mengganti konflik begitu saja? Harusnya bagian yang keluarga yang kalian anggap bukan menjadi salah satu sumber rasa sakit, kan?"     

"Lepaskan aku, ku bilang lepaskan!"     

"Brother! Jangan berbuat macam-macam pada Nathan! Brother!"     

Max benar-benar sudah begitu tuli, tak sekali pun berniat untuk menuruti permintaan sang adik atau bahkan sosok pria yang di cintainya itu.     

Kaki pandangnya kian mempercepat, meninggalkan titik awal dengan langkah terseok Nathan yang mengikuti.     

Menjadi pemandangan intens untuk orang-orang yang ada di sana, Nathan yang seakan berada di posisi terintimidasi, masih tetap dengan usaha lepas dengan lengan bebasnya yang memukuli pria berparas oriental itu bertubi-tubi.     

"Ku mohon, jangan menambah permasalahan untuk ku, bocah!" ringis Nathan saat pandangannya tak sengaja bertemu dengan seseorang yang dengan menyesal di kenalnya.     

Melangkah keluar dengan hembusan angin kencang yang menyambut, bersamaan pula dengan kegagalan mantra yang di ucap lirih oleh Nathan.     

Seorang remaja pria yang bersandar di salah satu pilar, nampak mendapatkan teguran dari seorang paruh baya yang mengenakan setelah petugas. Kepulan asap yang mengitari, jepitan batang rokok yang di permasalahkan.     

Raut ketidak pedulianya begitu jelas, hingga pandangan terlemparnya di satukan titik pada Nathan yang di carinya sekian lama. Membulatkan biji matanya dengan kedua sudut bibirnya yang otomatis tertarik.     

"Nathan. Hei, Nath! Akhirnya aku menemukan mu lagi, dengan takdir yang benar-benar ikut campur untuk kali ini," panggil remaja pria itu dengan nada kegirangan. Meninggalkan begitu saja orang yang menegurnya, semakin bertingkah badung dengan putung rokoknya yang di lempar di pelataran restoran mewah begitu saja.     

"Aduh! Isshh"     

Langkah cepat mengikutinya seketika saja berhenti, Nathan yang jelas ingin menghindar malah terbentur punggung keras milik pria dewasa yang memperlakukannya begitu kasar itu.     

Remaja yang tak lain adalah Jevin, memutar ingatan sang dominan yang tanpa pikir panjang menyembunyikan buruannya dengan posesif di belakang tubuh.     

Menghadap Jevin dengan limpahan kemarahan, sorot mata tajam milik Max tanpa pikir panjang langsung merealitakan kebencian yang mengusik.     

Bughhh     

Menghempaskan lengan Nathan yang kali ini mencekal balas dengan suka rela. Niatan yang di khawatirkan oleh pria itu pun akhirnya terjadi. Max menghantam sisi rahang milik remaja itu, dengan kepalan tangan berototnya hingga mampu membuat Jevin jatuh tersungkur.     

"Jangan membuat ku lebih membenci mu, ku bilang hentikan!" perintah Nathan dengan lengannya yang berusaha menarik bangkit Max yang masih saja menimpa tubuh Jevin. Pukulan bertubi pun terus di arahkan.     

Tak bisa menahan diri atas rentetan peristiwa yang membuat malamnya kacau, wajahnya yang begitu memerah lantas di lengkapi dengan     

lelehan air mata yang lekas di usap.     

Beberapa petugas yang datang untuk melerai baru bisa mengamankan keadaan. Jevin yang sudah terlihat sangat lemas dengan lebam dan darah yang mengucur, rupanya masih memiliki sisa tenaga untuk memanggil nama Nathan di bibirnya.     

Menambah sisi kecemburuan untuk sang dominan, terlebih dengan intens Nathan yang membalas remaja yang berdiri di papah itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.