Hold Me Tight ( boyslove)

Terlalu jauh



Terlalu jauh

0Sudahkan Nathan berkata jika kedua bersaudara itu memiliki tabiat yang sama? Gairah yang menggebu, terlebih dengan sikap dominan yang mampu membuat bertekuk lutut atas siapa pun sasaran dari mereka.     
0

Hanya dekat dalam jangka waktu singkat, namun agaknya wanita yang baru beranjak dewasa itu ingin melajukan kedekatan yang menjeratnya untuk semakin intim.     

Tak cukup hanya sekedar balas godaan dengan lontaran kalimat. Sentuhan yang di rasakan sampai menghantar geleyar bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya bahkan masih di rasa tak cukup.     

Cherlin menarik bujukan yang di buka peluang lebar oleh Nathan, berlari semakin jauh pada bagian yang paling riskan dan berbahaya, mengurung tubuh keduanya di sebuah ruang privasi.     

Demi apa pun, Nathan memang tak sedikit pun berniat untuk membalas ketertarikan sampai pada batas liar. Ia gay, dan menjadi sebuah kesia-siaan saat Cherlin yang tanpa pikir panjang lagi untuk menanggalkan seluruh kain yang membalut tubuhnya.     

Seketika saja tersadar dari pengaruh alkohol yang membuatnya sedikit lepas kendali. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang, dan menjadi sebuah sengatan yang mampu mematikan seluruh syaraf geraknya, saat kesadarannya terlalu terlambat datang.     

Nathan sudah bangkit dari tempat duduknya dengan langkah sempoyongan. Menyambut uluran tangan wanita yang menampakkan senyum sensual itu, terkekeh geli saat bayangan pria itu malah di selaminya sebagai pengganti nyata. Merapatkan diri dengan dekap erat. Membaur keringat yang bertumbuk menjadi satu.     

Sudah di katakan jika wanita itu adalah dominannya, memberikan kecupan bertubi dengan sasaran sensitif yang terus di sasar. Meliuk-liukkan daging lincahnya ke satu bagian, menjadi semacam kepuasan saat mampu mencetakkan bekas merah kepemilikan.     

Cherlin pun tersenyum bangga, menarik ketidaksadaran Nathan menjadi satu-satunya jalan untuk memberinya keuntungan.     

Menarik kembali tubuh Nathan, seakan di kejar waktu dengan tanpa pikir panjang lagi menghempaskan jatuh pria itu ke ranjang empuk yang tersedia.     

Membantu posisi nyaman untuk pria itu, menjadikan dirinya seperti apa adanya, liar dan tanpa sedikit pun aturan yang membatasi lagi. Wanita itu menindih tubuh Nathan, membuat keadaan sama dengan satu persatu membuka kaitan kancing milik pria itu.     

Cherlin pun tersenyum culas, permukaan bibirnya yang di gigit begitu keras seakan tak mampu lagi menahan diri untuk menjelajah tubuh menggairahkan milik Nathan.     

Tak lagi ada penghalang yang mencegah, izin penuh yang di dapatkan membuat kebebasan wanita itu seperti terengkuh kembali. Lagi pula Nathan akan segera menjadi miliknya, mendahului intim tak masalah, kan?     

"Ahhh... Ini enak sekali... Ku mohon lanjutkanlah, aku sungguh merindukan sentuhan yang membuat pikiran ku bisa sedikit lebih tenang. Ku mohon pada mu."     

Cherlin tersentak, usapan yang di rasakan menyasar puncak kepalanya membuat pergerakan wanita itu terhenti. Di kira Nathan yang akan menghempaskan tubuhnya secara tak hormat karena dengan beraninya bersikap jalang.     

Namun setelah mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Nathan yang masih memejamkan erat kedua matanya, membuat Cherlin tak lagi merasa ragu untuk bersenang-senang, terlebih dengan seulas senyum yang di tampilkan oleh pria itu.     

Duduk tepat di atas kejantanan milik Nathan yang menyembul, wanita itu kembali menundukkan kepala dengan kecupan yang menyasar seluruh detail tubuh milik pria itu. Mengitari bagian dada bidang, puting milik Nathan yang menggemaskan membuat wanita itu semakin terbujuk rayu untuk mempermainkan.     

Di iringi desahan kenikmatan, malam yang semakin larut itu mengisi kesunyian dengan bunyi decap lidah.     

Tak di sadari ujung sampainya, Nathan yang terlalu hilang dalam bayangan menjadi semacam kejutan saat pertama kali matanya terbuka di pagi itu.     

Hanya mampu mematung, merasakan denyutan menyakitkan yang di rasakan kepalanya. Pandangannya menatap langit-langit kamar yang begitu cerah, tak sedikit pun berani menolehkan pandang pada seseorang yang membuat lengannya sakit karena menumpu di sana sepanjang malam.     

"Kau sudah bangun, Nath?"     

Sebuah pertanyaan yang terdengar sengau di telinganya. Merasakan pergerakan ringan di sampingnya, tak lama setelahnya wanita itu pun berganti sandaran di dada sang pria. Wajah ayu Cherlin menampil dengan sangat cerah, bukan menjadi semacam hak Nathan untuk menghilangkannya jika pria itu mengikuti tuntutan hati menggerunya saat ini.     

Ini hidup yang di pilih Nathan, kan? Bukan termasuk pada inti yang makin membuatnya gila. Tak bisa begitu saja meralat niatannya yang sudah menjebak terlalu jauh. Hal seperti ini sudah sangat normal untuk hubungan sepasang dewasa, kan?     

Memberikan balasan senyum yang sama, lengan Nathan pun perlahan mengusap wajah milik Cherlin dengan sentuhan lembut.     

"Ku rasa kita harus segera bangun, kan?"     

"Apakah kakak serius mengatakan hal itu? Seorang wanita ada di atas ranjang mu saat ini, apakah tak sedikit pun membuat bagian bawah mu terangsang?"     

Nathan menolak dengan halus tawaran wanita itu, miliknya yang sudah di remas membuatnya cepat-cepat melepaskan diri.     

"Aku harus kerja dan hari sudah semakin siang, tak ingin membuat papa ku menaruh kekecewaan pada ku karena menyepelekan waktu," bujuk Nathan yang perlahan bangkit dari baringannya.     

Namun sadar saat rasa dingin yang praktis membuat bulu-bulu halus di tubuhnya kompak berdiri, membatalkan seketika pergerakan Nathan, kembali pada selimut adalah pilihan yang paling benar.     

Telat memberikan peringatan, saat pandangannya berniat memberikan kode supaya Cherlin menutup matanya sementara waktu, malah yang ada pemandangan sensual yang menghadangnya terlebih dahulu membuat pria itu tak bisa berkutik.     

Nathan hampir telanjang bulat dengan hanya satu kain pelapis yang menutup organ intim miliknya. Ia sedikit melupakan seseorang yang menjadi perkara dari situasi canggung ini.     

Cherlin lebih gila lagi, senyumnya malah terukir lebar saat payudaranya yang indah tanpa penjagaan berhasil membuat Nathan merona.     

"Ku kira om Bagas tak akan marah jika kau mengatakan alasan sesungguhnya. Bersama dengan calon tunangan mu di atas ranjang hotel, misalnya?"     

Mati, ingin rasanya Nathan mengakhiri hidup saat keadaan yang tak bisa di terkanya sejak awal kali ini malah menyambutnya. Seorang gay sepertinya di atas ranjang dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik dari pria yang berkali-kali memuaskannya.     

Cherlin yang memang di ketahui bibit liarnya sejak awal, masih tak bisa di terka Nathan terlalu jauh tentang sangkaan ini. Wanita itu terlalu berani, dan bukan hal tepat juga saat gay sepertinya yang langsung di hadapkan pada situasi intim. Demi apa pun, selain karena takut ketahuan jika dirinya berbeda, Nathan pun di bukan bimbang dengan langkah akan di lakukannya sedetik ini saat mendapat penawaran.     

Cherlin pun nampak semakin gencar, menempelkan payudaranya yang lembut ke lengan milik Nathan.     

"Atau sekalian saja kakak katakan jika berniat memberikan cucu lebih awal. Sungguh, aku merasa benar-benar sudah cocok dengan kakak. Bukan tipe orang yang memberi penjelasan hubungan sejak awal, aku pun menyetujui kebebasan yang kakak bawakan untuk ku, bukankah kita serasi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.