Hold Me Tight ( boyslove)

Rindu yang salah?



Rindu yang salah?

0Nathan hanya terdiam, bujukan Cherlin semakin berbahaya dengan tak satu pun jalan keluar untuk bisa menolak. Semakin intim memberikan kode lanjutan dengan sentuhan, sedangkan pria itu mendadak tak bisa berpikir logis karena hanya ketakutannya lah yang mendominasi. Bagaimana jika wanita itu menganggapnya tepat sebagai seorang pria yang tak tertarik dengan seorang wanita? Bagaimana jadinya jika Cherlin kecewa dan memutus hubungan yang sudah di niatkannya sejak awal? Apakah Nathan sanggup untuk mengulang kembali jika kali ini gagal? Apakah dorongan dari semua orang yang mendesaknya normal akan masih bisa di cobanya kembali jika kali ini tak bisa berjalan dengan lancar?     
0

Sekujur tubuh milik Nathan pun kontan mematung. Wajahnya beraut datar dengan rahang yang mengetat. Pandangannya masih terpaku pada titik balas objek yang sama, air liurnya di tenggak kasar saat tak sekali pun bisa memberi penolakan.     

Cherlin menyentuh permukaan wajahnya, mengusap perlahan dengan jemari lentiknya yang mengeja di setiap detail. Layaknya mengulang memori, namun kesadaran yang sudah membedakan, mampu menghipnotis Nathan dengan cara yang paling menyeramkan.     

"Aku menantikan saat ini, menemukan seorang pria yang mampu membuat ku tertarik bahkan saat awal tatap ku yang pertama,"     

... Katakan pada ku kak, kita akan secepatnya menikah, kan?"     

Deg     

Jantung milik Nathan pun tak bisa lagi berpacu dengan normal, menghantarkan satu hantaman keras di akhirannya, membuat pria itu sontak merasa tak berdaya.     

Cherlin sudah menunjukkan senyum manis menggoda miliknya, wajahnya bahkan perlahan semakin mendekat.  Permukaan bibirnya yang menjadi sasaran penyatuan, berniat menggantikan jemarinya yang melancarkan aksi terlebih dahulu.     

Nathan memejamkan mata dengan sangat erat, menanti pasrah saat momen semacam ini tak bisa membuatnya melarikan diri begitu saja.     

Napas yang menerpa wajahnya, permukaan hidup lancip keduanya yang sudah mulai membangunkan titik sensitif sentuhan. Sekujur tubuh milik Nathan sudah sangat bergetar, hal yang tak bisa di terima adalah saat kebodohannya melancar ke perlindungan lain.     

Bagaimana bisa Nathan sepicik itu? Saat seorang wanita sudah menantinya dengan tulus, ia malah membayangkan sesuatu yang tak semestinya.     

Seorang pria berparas oriental tiba-tiba saja mereplika semakin nyata pada bayangnya. Menarik posisi pengganti, menarik tempat intim milik sang saudara.     

Cuppp     

Secara nyata Nathan mencumbu seorang wanita, namun melihat gelagatnya yang mendadak menjadi sangat agresif dengan menjadi pemandu dadakan, tak bisa di pungkiri jika pengantar bayangannya lah yang mempengaruhi.     

Nathan mencium habis permukaan lembut yang amat mirip dengan seseorang. Menjulurkan lidah, balas menyusup pada bagian basah milik wanita itu.     

Keduanya lantas terlena dengan jalan yang berbeda, terjatuh di atas ranjang dengan tubuh hampir tak terlapis kain. Nathan berada di atas, mengungkung Cherlin dengan lengan terkepah di sisi wajah wanita itu. Saling membelit, sang pria yang terkesan lebih rakus tak bisa di terka dalam pikiran terjauh jika Nathan tengah memilih selaman halusinasinya bersama dengan seorang pria.     

Max yang di ibaratkan, tak ada sosok tepat lain bahkan sekali pun sang kekasih mungil yang masih terikat. Nathan seperti benar-benar menggilai, perasaan mendesak ingin bertemu membuatnya sedikit muak dengan cara kegagalannya yang memilih tunduk.     

"Ahhh... Kak Nathan... Remas lebih kuat!"     

Erangan yang menyebut sekaligus perintah, tepat di depan pendengaran yang praktis langsung mengejutkan Nathan. Pria itu membuka mata, pemandangan pertama yang di lihat adalah saat sebuah gairah nyata yang di sebabkan olehnya. Napasnya serentak memburu, seiring dengan pandangannya yang perlahan turun untuk melihat benda lembut yang di remasnya begitu erat.     

"Semua mantan ku juga memuji habis-habisan payudara bulat milik ku. Kakak tak usah merasa bersalah, aku ada di sini, aku untuk mu sepenuhnya."     

Mati di tempat. Nathan tanpa sadar mempermainkan bagian vital milik wanita itu. Lagi-lagi tindakannya tanpa sadar membuat pria itu melangkah semakin jauh. Efek pengaruh alkohol yang masih terasa hingga saat ini, semakin di rasa menyiksa saat hantaman keras menimpa sekujur tubuhnya.     

Genggaman tangannya yang menjadi intens kedekatan intim, tak sekali pun bisa melepaskan diri terlebih dengan Cherlin yang sudah seperti sangat mendamba kelanjutan. Kedua lengannya terangkat, mengikis jarak dengan mengalungkannya ke leher milik Nathan.     

Satu lengannya yang menumpu dengan kedua lututnya pun otomatis bergetar. Tak hanya sebatas kecupan ulang yang menyasar tubuhnya, bahkan cara binal wanita itu menghentak kejantanannya dengan kasar, mempertemukan bagian bawah mereka untuk saling memperkenalkan diri.     

"Lin... Ku pikir ini bukan waktu yang tepat."     

"Benarkah? Apa kau coba mengingkari diri dengan menyebut pria yang tak pernah ingkar dalam berucap sebelumnya? Aku bisa merasakan milik mu yang semakin membesar, tak ada alasan lain untuk memutus gairah kita yang sudah saling menyatu, kan?"     

Nathan yang semakin basah kuyup dengan keringat sebutir jagung mendominasi sekujurnya. Cherlin sudah benar-benar keukeh mempertahankan keinginannya, mendorong sang pria yang di anggap lamban, kembali pada posisi semalaman saat wanita itu beraksi di atas.     

Meliukkan tubuh dengan memberi hentakan untuk kejantanan mengeras milik sang pria yang di duduki. Menyibak surai pendeknya dengan kerlingan mata nakal, lidahnya yang sedikit menjulur, hanya melengkapi pose supaya semakin terkesan sensual.     

Tak membiarkan sedetik pun waktu terbuang sia-sia, Nathan makin di buat sulit bernapas saat Cherlin menarik kedua lengannya, memberikan panduan, meremas kembali takupan payudara miliknya.     

"Sial! Hanya seperti ini, sungguh membuat libido ku naik secara drastis."     

Cherlin terus saja menggelinjang, matanya terus membujuk terpejam karena kenikmatan yang di rasakan seakan tak sekali pun teringkar.     

Bagian bawah tubuhnya sudah sangat basah, satu kain pelapis yang hanya menutup bagian privasi membuat keduanya yang berhimpit lantas menyatu sama.     

Keduanya sudah seperti sangat gila, Nathan yang tak berusaha memberikan perlindungan pada dirinya sendiri membuat wanita itu semakin liar.     

Cherlin bangkit perlahan setelah merapatkan sekujur tubuh keduanya. Menjadi bagian yang paling inti, menghempas segala benda tak penting yang turut memenuhi ranjang. Sampai tersisa dua tubuh saja, namun wanita itu masih nampak sangat tak puas dengan pemandangan pusatnya yang terganggu.     

"Biasanya para pria menjadi sangat terangsang saat wanitanya bertingkah agresif seperti ku."     

"Lin... Ku bilang- Ahhh... Brengsek!"     

Ucap balasan Nathan untuk menghentikan kegilaan ini malah tak kunjung berasil. Cherlin sudah menutup kedua telinga, membungkukkan tubuh tepat di bawah baringan sang pria. Membaui aroma kejantanan yang tercium pekat. Sampai pada hitungan selanjutnya, wanita itu sudah mencapai lingkar pinggang milik Nathan, berusaha menarik perlahan dengan menggunakan giginya.     

Nathan hanya menjatuhkan kembali kepalanya, memejamkan mata, lantas menarik lengannya yang terkepal untuk menghantam sisi dahinya.     

Pria itu memang benar-benar sudah sangat aktif, namun bukan seperti yang terlihat pada kenyataannya. Nathan mendadak gila, momen yang sangat tepat saat rindunya pada Max berkumpul menjadi bentuk gairah yang tak tertahankan. Apakah mendapatkan bantuan dari adik pria itu, tak masalah? Atau malah Nathan yang semakin tercemar dengan kebrengsekannya karena ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.