Hold Me Tight ( boyslove)

Ilham yang sudah benar-benar berubah



Ilham yang sudah benar-benar berubah

"Setelah tadi kau berbuat curang dengan menjadi penguntit ku, sekarang ku pikir adalah pembalasan yang sangat tepat untuk mu. Setelah semua hal yang ku lakukan baik untuk membalas kelicikan mu, sampai saat ini bahkan aku yang menjadi sosok malaikatnya, kan? Masih sedia menolong wanita menyedihkan seperti mu, sekalian dengan pria tak berguna yang berhasil kau jebak, eh?!"     

Deg     

Seketika saja Lisa merasa sangat lemas, pijakan kakinya menjadi sangat tak berdaya dengan otomatis gravitasi bumi yang di rasa terlalu mengguncangnya.     

Jantungnya benar-benar tak bisa berdegub dengan ritme normal, terlalu menggebu hingga dadanya terasa sangat sakit.     

Napasnya otomatis menderu, pangkal tenggorokannya seperti tercekat dengan rasa panas yang sekaligus terasa di saluran pernapasannya.     

Kontan merambah ke netranya yang memancing air mata kesakitan, tak terbendung lagi dengan pelupuk matanya yang terus terdesak.     

Wanita itu menggelengkan kepala, merasa terlalu mustahil dengan kedatangan seorang pria yang mampu mempengaruhinya secara berlawanan. Rasa cintanya masih begitu membekas, begitu besar hingga datangnya rindu menjadi semakin tak terbendung. Pria yang masih menampil dengan jiwa pemberontakannya itu bahkan sudah begitu ahli dalam menariknya pada kerapuhan dalam satu waktu, ucapan sinis yang terlontar seolah penuh dengan kebencian, membuat Lisa tak mengerti lagi bagaimana penempatan hatinya untuk memihak.     

Satu langkah yang akhirnya di tempuh untuk mengikis jarak, hanya setelah desakan feromon yang berhasil menyerang keseluruhan. Hanya setelah itu, praktis tubuh memaku milik Lisa tersentak.     

Mengambil langkah serampangan, masih begitu lemas hingga terlihat tertatih. Ketakutan otomatis melingkup, wajahnya yang memerah dan secara bersamaan pula dengan tetesan air mata yang tumpah membasahi.     

Kepalanya masih terus menggeleng, otomatis gerak perlindungan yang di sasar pandangan mata tajam itu di lakukan. Kedua lengannya menyilang pada sang anak yang masih dalam perlindungannya, ketakutan terburuk tentang sesuatu yang bisa saja menimpa dirinya.     

Terlebih pria yang masih mengulas seringai pembencinya, terlihat semakin gencar dengan gerak tak sabarannya untuk mencengkram.     

"Tidak, jangan seperti itu! Ku mohon kepada mu, Ham!"     

Lisa menjerit sekencang-kencangnya, tubuhnya yang telah berbalik dengan niatan untuk segera bersembunyi, malah di kalahkan seketika hanya dengan gerak cepat sepersekian detik yang mendahuluinya.     

Jelas saja wanita itu histeris, tubuhnya berusaha keluar dari dekapan Ilham yang semakin di rasa kencang. Keringat dingin pun membasahi sekujur, merasakan napas menderu yang seakan terdesak waktu untuk segera melenyapkannya.     

Wajahnya sudah benar-benar basah, surai lembutnya yang terurai praktis menempelkan banyak helainya setelah berkali-kali kepala Lisa menyentak. Tubuhnya benar-benar meronta, menjadi bagian teror yang lebih menakutkan hingga tak sedikit pun di rasa sebanding dengan luka yang akan di dapatkannya saat ia melompat-lompat mempertaruhkan janin yang di kandungnya.     

"Ku mohon lepaskan aku... Hikss... Sungguh, aku tak pernah berniat untuk hadir dalam kehidupan mu lagi," rengek ketakutan Lisa dengan usaha lengannya untuk melepaskan belitan berbahaya pria itu pada perutnya yang membesar.     

Pandanganya yang masih terus menghindar, susupan Ilham di ceruk lehernya membuat Lisa benar-benar merasa sangat ketakutan.     

Benar-benar sudah merasa sangat kepayahan, dan hal itu malah selayaknya menjadi sebuah hiburan untuk Ilham yang tak berhenti menampilkan raut garang.     

Penolakan jelas atas tuduhan Ilham, agaknya menjadi permasalahan yang di anggap makin klimaks. Gurat otot dahi milik pria itu otomatis keluar, rahangnya yang lebih di ketatkan membuat gertakan gigi Ilham terdengar jelas pada pendengaran wanita itu.     

Bersamaan dengan belitan tangannya yang makin mengencang, emosi yang tak lagi bisa terbendung, mengumpulkan serta protesan keras dengan balasan yang lebih terkesan dingin.     

"Bohong. Kau masih diam-diam mendatangi ku! Jangan di pikir aku tak tahu tentang kehadiran mu beberapa hari terakhir ini. Bibir yang terulas, kau pikir aku tak merasakan kebahagian mu karena pemanfaatan diri ku, eh?!"     

"Apakah hanya dengan perkara seperti itu mampu membuat mu terusik? Kau yang begitu membenci ku, lalu bagaimana cara mu menjelaskan pada ku tentang semua ini? Mengatur tempat untuk ku bisa tinggal, mempermudah segalanya dengan keinginan anak mu yang kau penuhi. Bagaimana kau bisa menjelaskan itu semua? Di sini menurut mu siapa yang lebih tak tahu diri dengan lancangnya ikut campur kehidupan orang lain? Jawab aku!"     

Sontak saja Ilham melepaskan cengkramannya, menarik wanita itu untuk otomatis memberi jarak aman.     

Kedua pun lantas berhadapan, menyeruakkan aura permusuhan. Lisa yang kemudian menghapus kasar wajahnya yang menampil lemah, mengangkat dagunya tinggi, merasa bisa memposisikan dirinya setara dengan pria brengsek di hadapannya itu.     

"Katakan pada ku, apa kau tanpa sadar sudah terlalu terusik dengan cara ku memberi mu pengaruh? Ingin memberikan ku perhatian. Ah tidak, setidaknya apa kau melakukan itu untuk janin yang tengah ku kandung? Kau menyadari jika dia adalah darah daging mu sebenarnya?" tambah Lisa dengan suaranya yang makin memelan. Pandangannya yang secara bertahap menghindar, meletakkan objek pandang pada janinnya yang di usap lembut.     

Namun jelas bukan hal yang bisa di balaskan baik, ucapan Lisa yang terdengar semakin lancang membuat pria itu naik pitam.     

Tanpa sedikit pun memikirkan belas kasihan, menarik paksa lengan ringkih wanita itu dengan cengkramannya yang begitu kuat.     

Ruang pribadi yang secara kebetulan terbuka, menghempaskan wanita hamil itu begitu saja ke atas ranjang.     

Lisa yang terlentang dengan hentakan kasar yang membuat tubuhnya sedikit memantul. Ringisan kesakitan saat gerakan kasar yang tiba-tiba itu seperti membuat otot-ototnya tertarik.     

Belum habis dengan cara kasar yang memperlakukannya seperti seseorang yang tak ada harga diri, Ilham yang mengungkungnya ternyata masih terus berminat untuk membuat wanita itu makin lebur.     

"Bagaimana aku bisa seperti itu? Kau yang sedikit pun tak patut di perjuangkan, hanya belas saja yang mungkin saja menjadi alasan ku selama ini,"     

Ilham menjeda ucapannya, menyusuri raut wajah Lisa yang membalasnya dengan dominan yang kembali ketakutan.     

Membuat pria itu kembali memegang kendali, saat napas menderu milik Lisa menerpanya dengan cara paling tak berdaya.     

Mengangkat satu lengannya yang menjadi tumpuan, mengulas senyum lebar dengan gerakan jemarinya yang menyusur perlahan untuk menyibak helai rambut milik Lisa yang menempel di wajah lembabnya.     

Makin merasa terhibur, saat usaha menghindar wanita itu dengan cara kepalanya yang tersentak berulang.     

Masih belum habis dengan niatan kedatangannya kali ini, jemari kasarnya bahkan sudah teralih dengan perlahan menuruni bagian tubuh sintal milik wanita itu.     

"Apa yang kau lakukan? Ku mohon lepaskan aku... Hikss...."     

"Kenapa malah menangis? Bukankah prasangka mu tadi menyebut ku dengan penuh percaya diri? Ayah dari janin yang kau kandung, kan? Dari pada seorang pria yang tak jelas berada di lingkup intim dengan mu, bukankah akan lebih baik jika aku datang untuk mengambil kembali hak yang sempat ku sia-siakan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.