Hold Me Tight ( boyslove)

Prasangka yang mengganggu (18+)



Prasangka yang mengganggu (18+)

Tubuh keduanya otomatis bergetar, tarikan makin kuat di rasa makin memanjakan penis milik Ilham di dalamnya. Menyelam makin jauh, menumbuk semakin dalam, sampai sesuatu yang basah menyembur pada rahim milik wanita itu.     

"Ahhh-ahhh-ahh..."     

Kompak menggelinjang, wajah keduanya yang berhadapan sangat dekat pun membagi napas yang otomatis menderu.     

Menyibakkan aroma sensual yang bercampur jadi satu memenuhi ruangan.     

Lisa yang kali ini memberikan pukulan bertubi pada wajah Ilham sebagai pengingat bahwa tak akan ada lagi ronde lanjutan.     

Ilham yang rupanya terlalu terlambat untuk menunjukkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai hati, baru melepaskan kejantanan miliknya setelah memastikan cairannya tak akan terbuang sia-sia.     

Menarik diri, dan kemudian membaringkan tubuh di sisi wanita itu. Tak berniat sedikit pun membenarkan celananya yang di turunkan, kejantanan miliknya yang masih berdiri aktif membuat pria itu ingin membebaskan sejenak.     

"Tak ada alasan lagi, sungguh aku benar-benar membenci mu."     

Lama terdiam, hembusan napas keduanya yang bersahutan pun lantas di ganti dengan ucapan dingin wanita itu.     

Praktis saja merasa penasaran, menolehkan pandang pada Lisa yang sangat konyol dengan raut penderitaannya.     

Tak bisa menahan diri untuk menertawai, membuat wanita itu tergelak tak menyangka karena perubahan drastis dari pria itu.     

"Bicara saja seperti itu, karena aku lebih mempercayai apa yang baru saja kau tunjukkan. Kau benar-benar sudah bertekuk lutut pada ku, Lis... Cara mu menghimpit milik ku dengan begitu ketat, cukup menyenangkan untuk hadiah pertemuan kita setelah sekian lama. Kali ini kau tak mungkin hamil anak ku, kan?"     

Lisa menghempas kasar lengan milik Ilham yang mengusap kandungannya. Memberikan tatapan tajam dengan gertakan gigi penuh kebencian pada pria yang menyasar balasnya dengan posisi tubuh miring menghadapnya itu.     

Tak ingin menambah waktu semakin lama untuk membiarkan aroma tubuh pria itu menempel ke sekeliling tempatnya.     

Wanita itu bangkit dengan susah payah, menyembunyikan ringisan menyakitkan yang sudah menyasar sekujurnya itu.     

Bangkit berdiri dengan menarik selimut untuk menutup tubuhnya, mengkode sentakan kepala untuk membuat pria itu segera enyah dari hadapannya.     

Namun setelah hitungan waktu yang menjumlah semakin lama, tak kunjung pula di tanggapi serius oleh Ilham yang malah terlihat menyamankan diri.     

Wanita yang menyandarkan tubuhnya di sisi pembatas pun lantas kaku, lengannya terkepal erat dengan kebencian yang di katakan makin membesar untuk pria itu.     

"Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, merendahkan diri ku sampai pada titik terdasar yang sekali pun tak bisa di bayangkan oleh orang lain,"     

... Namun sedikit saja, bisakah kah kau memenuhi permintaan kecil ku ini? Segeralah pergi, jika masih kau ingat tentang siapa yang sudah memiliki tempat ini,"     

.... Ah ya, dan jangan pernah datang lagi pada ku, karena kau tak akan tahu siapa di antara aku dan diri mu yang akan lebih hancur jika semua kesalahan ini akhirnya terbongkar. Hanya berusaha memperingatkan mu sejak awal, karena lebih dari pada diri mu, ada perasaan yang masih ku jaga supaya tak terluka."     

"Sial!"     

Ilham mengumpat, peringatan Lisa yang terdengar sangat serius tiba-tiba saja membuatnya merasa resah. Terlebih dengan cara wanita itu meninggalkannya begitu saja, membuat kehadiran Ilham seperti tak lagi mempunyai pengaruh seperti beberapa puluh menit lalu.     

Bangkit dari baringannya, membenarkan pakaiannya dengan gerak serampangan. Rautnya berubah dingin dengan rasa tersinggung yang di rasa, namun pria itu lebih tak menyukai tentang bagaimana cara wanita itu yang sudah berhasil memberinya pengaruh.     

Saat langkahnya akan menarik pergi dari titik kehadirannya di ruangan itu, sebuah suara membuatnya teralih fokus.     

"Brengsek! Rupanya kau memang sudah melupakan perasaan mu pada ku ya, Lis?"     

Menggeram emosi, bantingan kasarnya pada ponsel yang di genggam pun berhasil membuat benda itu rusak parah. Beradu dengan lantai hingga membuat bagiannya hancur.     

Membalikkan tubuh, membanting pintu kasar dengan tak sedikit pun mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang di tabrak saat tak sengaja berpapasan dengannya.     

Pikirannya benar-benar sudah teralih, menarik penuh dengan jalan terburuk. Bukan sosok yang di harapkan bisa menggantikan patah hatinya karena Rian, namun kenapa hanya dengan panggilan masuk dari ponsel wanita itu berhasil membuatnya seperti kebakaran jenggot?     

"Daddy" dengan lambang hati yang menandai kontak tersimpan, apakah sosok misterius itu adalah pria yang di katakan Leo tinggal bersama dengan Lisa? Jadi wanita itu sungguh-sungguh telah melupakannya?     

Sedangkan di sisi lain, Nathan yang yang berusaha memastikan keadaan kawan wanitanya itu malah di buat makin khawatir. Berkali-kali upaya menghubungi Lisa hanya mendapatkan balasan tak sesuai harapan. Sempat terhubung, namun mengapa selanjutnya malah tak aktif? Lisa tak apa, kan?     

"Maaf karena membuat kakak menunggu terlalu lama, terlalu bingung untuk memilih gaun terindah supaya bisa tampil makin sempurna untuk malam ini."     

Sebuah suara membuat fokus Nathan teralih, bunyi ketukan sepatu yang makin mendekat ke arahnya membuat pria itu otomatis meletakkan objek intens pada sosoknya.     

Seorang wanita yang mengulas senyum sumringah yang menjadi khas untuk menambah kehadiran spesialnya. Gaun yang di katakan menjadi pilihan terbaik membuat Nathan seketika saja menyetujui.     

Kain lembut yang melingkup tubuh seksinya, berwarna hitam yang sangat manis di kulit pucat wanita itu. Bagian dengannya yang memiliki sisi lebih pendek untuk menunjukkan kaki jenjangnya yang terbalut sepatu tinggi dengan tali yang melingkar sampai batas atas mata kaki. Ekor memanjang dengan bagian kain ringan yang akan terayun jika terkena hembusan angin. Potongan di bagian dada yang menunjukkan garis menggoda payudaranya, serta satu bagian lengan yang terekspos secara penuh dengan satu sisi yang lain semacam tertutup dengan gaya selendang.     

Cherlin benar-benar tampil mengagumkan, terlebih dengan rambut pendeknya yang sibak rapi dan bervolume lebih banyak di satu sisi. Anting memanjang yang sampai mengenai bagian bahunya pun makin mempermanis aksesoris berkilau di bagian dadanya.     

Bahkan Nathan yang menjadi sosok yang di sasar penuh pesonanya sudah berhasil di buat diam mematung. Balasan senyum pun tak lama setelahnya terukir, itu pun karena cubitan yang di rasakannya di pipi.     

"Tak ada yang bisa berekspresi bohong jika aku sudah memoles diri dengan maksimal."     

"Benarkah? Bahkan ku rasa pria lain akan terpesona pada mu jika kau tampil apa adanya sekali pun."     

"Maksud mu dengan tubuh polos tanpa sehelai kain pun yang menutupi? Seperti kejadian waktu itu, apakah ucapan mu kali ini bisa di katakan sebagai semacam bujukan untuk mengulang moment?"     

Cupp     

Nathan terkekeh, kepalanya menggeleng saat maksud sebenarnya lagi-lagi di salah artikan terlalu jauh oleh wanita itu. Niat untuk memberikan pujian yang jujur dari dalam hati, namun agaknya Cherlin sudah begitu jumawa dengan cara jemarinya melancar ke sisi wajah pria itu.     

Sebuah kecupan tepat di permukaan bibirnya pun di dapatkan membuat pandangan Nathan kontan terpaku pada Cherlin yang bergelayut manja di lengannya.     

"Sejujurnya ingin bersama kakak saja, mumpung keadaan rumah sedang sepi. Kita bisa bersenang-senang lebih dari pada yang lalu. Tapi apa boleh buat, hari ini adalah pertemuan penting, dan menjadi undangan wajib untuk kita berdua menghadirinya."     

"Ah ya, tentang hari ini, ku rasa kau belum memberitahukan ku tentang pertemuan yang kau katakan?"     

"Ehmm... Entahlah... Aku pun juga tak tahu. Tapi yang pasti kita harus segera berangkat, kita sudah telah terlalu lama dari waktu yang di janjikan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.