Hold Me Tight ( boyslove)

Di rasa mulai terang



Di rasa mulai terang

0"Ahhh.... Nathan, hentikan!"     
0

"Tidak, kau pasti akan terbujuk dengan pria brengsek ini."     

Bugh     

Bugh     

Buggghh     

Pria itu seakan tuli, tak sekali pun mau mendengarkan seorang wanita yang sedari tadi terus mencoba untuk memberikan peleraian. Serangan bertubi-tubi terus di lancarkan pada seorang musuh yang di anggap berbahaya. Rautnya bahkan sudah sangat memerah, di lingkupi amarah yang membuat sekujur tubuhnya panas. Lengannya sampai terus terkepal, memperlihatkan ototnya yang otomatis timbul sebagai kekuatan untuk menyerang.     

Lisa sudah sangat kepayahan, keringat dingin dan ketakutan saat satu kondisi, ia tak bisa berbuat apa pun. Berdiri di batas terjauh, tubuhnya sampai bergetar dengan pandangannya yang sesekali di buang.     

Ruang tamunya sudah sangat berantakan, perabotan miliknya yang sudah lapuk pun semakin ringsek saat berkali-kali Nathan membanting tubuh pria yang menemui itu.     

Terlebih, tak ada balasan dalam duel itu, tak pernah di bayangkan oleh wanita itu sebelumnya jika Nathan terkesan menjaganya walau sangat berlebihan.     

Nathan bak jagoan yang sudah berhasil mengendalikan satu putaran ronde penuh, hingga sampai pada saat pria yang terdesak kesakitan itu menemukan celah. Membalas pukulan milik Nathan tepat di bagian rahang, lantas beralih menduduki kuasa dengan lengannya yang menghadang pergerakan.     

"Brengsek! Lepaskan aku!"     

"Kau sudah salah paham kawan. Hufh-hufh.... Lisa adalah kawan ku, tak mengerti tentang bagian buruk yang kau anggap saat aku hanya memberikan pelukan rindu.     

Nathan yang mulanya memberontak pun seketika saja membatu. Napas memburunya yang bertabrakan dengan seorang pria di atas tubuhnya, tak pelak sangka dengan netranya yang seketika saja membola.     

Sungguh, Nathan malu setengah mati, terlebih dengan seorang pria yang malah mengulas senyum ramah sekaligus masih sedia mengulurkan tangan untuk membantunya bangkit. Rasa bersalah pun tak bisa di tutupi, saat pria yang berhasil di buatnya babak belur itu meringis kesakitan.     

"Kau sudah salah paham, dia adalah kawan dekat ku," ucap Lisa yang masuk saat suasana sudah berhasil membaik. Tak menunggu waktu lebih lama untuk menunggu, secepat kilat wanita itu kembali datang dengan handuk kecil dan juga air hangat di baskom untuk mencegah lebam makin parah.     

Nathan terus menundukkan pandang, menyandarkan tubuh di tembok pembatas dengan pemandangan di depannya. Lisa seakan menjadi penanggung jawab setelah kerusuhan yang di lakukan atas dasar kebodohannya.     

"Kau nampak sangat perhatian sekali dengan Lisa, kekasihnya?"     

"Ah tidak, hanya sekedar teman saja."     

Pria itu mengajukan pertanyaan saat Lisa pamit kebelakang dengan meninggalkan lirikan tajam padanya. Nathan yang mencoba mengerti kekesalan wanita itu, memang salahnya juga yang gegabah.     

Mendudukkan diri di samping pria yang kali ini sudah di ulang ingat memori familiarnya. Ya, Nathan pernah menjumpai pria itu di rumah sakit aaat hari kematian ibunya Lisa, bagaimana bisa ia silap mata terlalu lama? Dasar bodoh!     

"Tapi, kau nampak perhatian sekali dengan Lisa."     

"Karena kawan baru ku ini sangat posesif, Leo... Minum."     

Ucap Nathan tertahan di ujung lidah, lebih dahulu di sela oleh kehadiran Lisa yang datang dengan tiga cangkir teh panas. Bahkan saat ia hendak meralat sedikit ucapan wanita itu, lagi-lagi Lisa berhasil menghentikan. Tubuhnya mendekat pada Nathan, menyandar dengan manja setelah itu. Masih keukeh mendesak persetujuan dengan lanjut berkata, "Benarkan yang ku katakan? Kau se perhatian dan se sayang itu dengan ku, kan?"     

Nathan tak berniat menjawab, lebih mementingkan intensnya pada pria yang memperhatikan interaksi dekat mereka itu.     

"Maafkan aku karena telah membuat mu babak belur seperti ini."     

"Tak masalah, karena kau tak sengaja, kan? Aku Leo," balasnya dengan lengan kanan yang menjulur pada Nathan.     

Sesegera mungkin membalas jabat tangan, seulas senyum ramah pun turut di tampilkan. "Nathan."     

"Oh ya Lis, aku ingin mengintrogasi mu, kemana saja kau akhir-akhir ini?"     

Topik pembicaraan serius pun di mulai setelah perkenalan antar dua pria itu di lakukan. Nathan sementara hanya diam, sedangkan Lisa yang di tarik bahasan langsung menyeletukkan alasan sebenarnya. Tentang bagaimana seorang pria yang tengah mengincarnya dan berniat buruk. Pelariannya dengan Nathan dan segala detailnya, bahkan sampai dengan rencana untuk menjual rumah. Membuat Nathan menganggap jika pria bernama Leo ini adalah salah satu kawan Lisa yang cukup di percaya.     

"Jadi, koper besar itu adalah persiapannya?" tanya Leo setelah mengangguk-angguk paham. Barang besar yang tergeletak di ambang pintu pun lekas membuat Nathan yang memiliki tanggap.     

"Jadi, kau mengambil seluruh pakaian di rumah mu?" sela Lisa saat Nathan memasukkan koper besarnya.     

"Tidak, hanya sebagian kecil saja."     

"Ya, percaya. Dasar orang kaya!" balas wanita itu saat Nathan berucap sangat enteng dengan menyebutkan sepele kepunyaannya. Bola matanya pun tak bisa di cegah untuk memutar malas.     

"Kau yang merasa tempat ini tak aman, lantas kau akan pergi kemana?" tanya Leo setelah menjadi saksi tentang kedekatan Lisa yang terjalin begitu dengan Nathan. Kawan wanitanya yang seakan tak bisa sedikit pun melepas jarak, di balaskan serupa oleh pria yang mengusap lembut perut membesar milik Lisa.     

"Aku dan Nathan, entahlah... Sepanjang hari pencarian, tak menemukan satu tempat pun yang cocok," balas Lisa dengan bibirnya yang memberenggut. Karena sungguh, ia sangat ingin beristirahat dengan nyaman tanpa perlu terganggu layaknya perlindungan di tempat Max kemarin.     

"Ehmm... Mungkin aku bisa bantu untuk mencarikan tempat. Tapi untuk memastikannya, aku harus bertanya dengan kawan ku dulu. Mungkin besok?"     

"Hah! Kau serius kan, Leo? Mau-mau... Usahakan untuk membujuknya dengan harga yang tak terlalu mahal dan anti bertanya tentang kelengkapan dokumen, ya..."     

Pekikan semangat Lisa membuat Nathan dan Leo kompak terkekeh. Deretan permohonan wanita itu membuat kedua pria itu bertambah gemas.     

Leo pergi setelah memberi janji balasan kebaikan setelah hal buruk yang bahkan menimpanya. Sedikit di rasakan tenang oleh Lisa dan Nathan. Bermalam satu hari saja di tempat ini tak menjadi masalah, lagipula tak ada kesempatan datang secara tiba-tiba dari pria brengsek yang sialnya adalah ayah biologis dari bayi yang di kandung oleh wanita itu.     

"Aku mendapat uang banyak, dan ku rasa cukup untuk menyewa rumah sementara sekaligus biaya sampai beberapa bulan ke depannya."     

"Ku rasa tak sebanyak yang bisa ku bayangkan, melebihi harga jual rumah ini, mungkin?" balas Lisa dengan senyum melebar saat kuasa yang di miliki oleh Nathan mulai nampak. Ia sudah bisa menerka tentang balas persetujuan dari ucapannya itu.     

Saat ini keduanya sudah berada di dalam satu ruang. Memaku pandang pada langit-langit kamar yang telah usang dengan cat warna putih dasar aslinya. Lengan sang pria menjadi tumpuan untuk Lisa, saling memberi kenyamanan dengan kehadiran masing-masing yang saling mengisi ruang sepi. Hanya seperti itu, sampai mata terpejam dan menjemput mimpi untuk hari esok yang di harapkan lebih baik. Tanpa sedikit pun cinta yang di anggap sudah mati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.