Hold Me Tight ( boyslove)

Ahli menggoda



Ahli menggoda

0"Hanya dalam batasan ringan, kau tak menyukai tindakan ku saja, kan? Masih membuka cela untuk ku bisa memperjuangkan sedikit lagi. Seperti yang kau pertanyakan, aku pun ingin mempelajari tentang maksud diri ku yang sebenarnya."     
0

"Dasar gila!"     

Nathan hanya menganga lebar saat ucapan panjang lebarnya tak sedikit pun memberi peringatan untuk membuat remaja pria itu mundur. Hanya olokan yang sang sanggup menanggapi, Jevin terlalu pintar untuk beradu mulut, seperti seseorang.     

Ah, sial! Bahkan di saat hadapnya dengan pengganggu saat ini, Nathan bahkan masih sempat-sempatnya untuk memikirkan perasaan jengkelnya pada Max. Ya, harusnya perbudakan tentang gairah yang selalu memanggil segera di musnahkan. Lagipula pria berparas oriental itu sama sekali tak menempatkan lebih pantas tentang posisinya.     

"Jok belakang motor ku masih kosong, tak berniat untuk menempati?"     

"Tidak usah, terimakasih. Kata seseorang aku terlalu malas gerak hingga membuat ku terpacu untuk melakukannya sekarang."     

"Pengaruhnya apa di tubuh mu, perut mu semakin membuncit, begitu?"     

"Tubuh ku selalu saja ideal, sangat sulit untuk merubah bentuk tubuh ku hanya karena alasan malas gerak."     

"Kau terlalu membanggakan diri paman, tak ada juga yang akan mempercayai mu sebelum kau menunjukkan buktinya secara langsung."     

"Jev!"     

"Selain penasaran dengan bentuk tubuh mu tanpa terbalut kain apa pun, kali ini aku juga merasa sangat penasaran dengan seseorang yang dapat mempengaruhi pergerakan mu tanpa mendapatkan sedikit pun protes. Aku terbilang cukup mengetahui orang-orang di dekat mu, meski hanya dua sosok yang terlihat, aku sangat menyakini jika di antara keduanya memang yang terdekat dalam hal emosional dengan mu saat ini,"     

.... Wanita bernama Lisa atau kekasih pria itu, eh?"     

Agaknya Nathan tak bisa sampai tujuan dengan cepat. Jevin yang terus mempertanyakan banyak hal, semakin lama pula keterlibatan keduanya terhubung.     

Menjangkau langkah terakhirnya untuk merapatkan henti, gurat wajah yang tertarik dengan begitu lebar menjadi objek sasaran dari sorot mata tajam milik Nathan.     

"Cara mu mendeskripsikan diri ku, seolah kau yang paling tahu saja."     

"Kau yang tanpa sadar membuka jalan terbuka untuk ku bisa memasuki kehidupan mu, Nath."     

Kali ini Nathan hanya bisa membungkam, tak sekali pun ada cara pengelakan yang tepat. Ya, tanggapannya secara tak langsung sudah memberikan jalur lurus untuk mempermudah laju cepat remaja pria itu.     

Jevin yang jelas saja merasa menang, sampai menjungkat-jungkit alis dan menepuk beberapa kali stang motornya.     

"Kau tak tau dengan pasti tentang bagaimana perjuangan ku untuk sekedar berhadapan dengan mu. Setidaknya, tempati jok kosong di belakang ku untuk ketiga kalinya."     

"Kali ini kau mengaku jika tak ada campur tangan takdir, apakah begitu?"     

"Bukan tipe orang yang bisa sabar menunggu, artikan saja jawaban penyerahan ku," balas Jevin yang dengan entengnya mengangkat ringan kedua bahunya.     

Di sisi lain, Nathan tak mengetahui dengan apa yang bisa membawanya untuk menarik diri pada penolakan awal. Tak bisa lantas di terka juga tentang keterbukaan dalam dirinya yang mengizinkan sosok tak penting untuk terlibat dalam kehidupannya yang sudah sangat rumit.     

Sebuah lengan yang terulur, tanpa pikir panjang langsung di sambut, bantuan kecil untuk menariknya pada tempat yang sudah di putuskan.     

Jevin yang merasa menang malah mengambil peluang lebih, menarik kedua lengan milik Nathan untuk melingkar di pinggangnya. Masih dalam bentuk wanti-wanti yang sama.     

"Tak lucu jika kau terjungkal ke belakang saat aku memacu motor milik ku dengan kencang."     

"Kenapa pula harus begitu terburu-buru? Lagi pula tujuan tempat ku sudah terlihat bahkan sampai di titik ini."     

"Kau penumpang istimewa ku saat ini, jangan protes jika pengemudi yang baru mendapatkan SIM ini berbuat curang untuk menambah jarak tempuh."     

"Brengsek kau."     

Nathan yang lagi-lagi jatuh di tubuh belakang yang lebar, menempatkann satu pendengarannya secara otomatis di sana. Masih sama dari yang terakhir, detak jantung berdegub kencang mendominasi keramaian sekitar.     

Jevin mengemudi dengan kecepatan yang sama seperti pertama kali, melewati minimarket dekat yang harusnya menjadi tujuan. Membelah jalanan dengan mesin motor yang menderu. Melawan arus angin yang di hadang terlebih dahulu oleh pria jangkun itu.     

Sempat membuat Nathan terkekeh alih-alih dengan lengannya yang memukul belakang kepala milik Jevin. Bagaimana tidak, perjalanan sudah memakan waktu yang cukup lama, sedangkan di sisi lain minimarket yang bertengger di sisi jalan terus saja di abaikan.     

Remaja pria itu malah memutar balik, lebih tak warasnya jika lagi tujuan yang di tetapkan adalah minimarket dekat gedung apartemen, jelas saja perjalanan lama yang sampai mengeringkan kulitnya di bawah terik matahari menjadi sia-sia.     

"Kau ingin mengerjai ku, ya!"     

"Tidak, hanya memanfaatkan waktu sedikit lebih lama untuk merasakan dekapan erat mu."     

Nathan yang segera saja mendorong pria itu untuk menjauh. Hembusan napas yang memasuki lubang telinga membuat seluruh bagian tubuhnya merasa berdesir, bulu-bulu halus miliknya pun sontak berdiri siaga. Terlebih dengan pandangan sekitar yang menatap keduanya dengan raut penasaran. Ah, tidak... Maksud Nathan adalah Jevin yang di tatap lebih intens oleh yang lain. Menjadi kesialan tersendiri untuk pria dewasa itu, kehadirannya selalu saja tertutupi oleh seseorang yang ada di dekatnya. Baik dengan Max sekali pun.     

Sudah ada di dalam ruangan dingin dengan banyak lorong yang menyajikan berbagai kebutuhan dengan varian merek pilihan. Nathan melangkahkan kaki untuk menjelajah dengan Jevin yang membayangi begitu dekat di sana. Bahkan tak hentinya lolos pengawasan dari netra jeli milik remaja itu, pesona milik Nathan tak bisa di sia-siakan walau hanya untuk mengalih sejenak. Bagaimana bisa pantat yang selayaknya bergoyang saat kakinya berganti meniti, menjadi sangat menggoda? Sungguh, beberapa wanita yang memiliki kelebihan serupa sudah berhasil untuk di taklukkan, kenapa juga Jevin harus menyelam bayangan mesum untuk sesamanya? Apakah Nathan memang se menarik itu hingga membuat pria lurus sepertinya sedikit berfantasi mesum?     

"Bau keringat dan terik matahari, berapa lama kau di sini?"     

"Saat matahari tak setinggi sekarang, ku rasa."     

"Baiklah, jangan ulangi untuk selanjutnya, karena aku memutuskan untuk tak menunjukkan diri sampai waktu yang tak bisa di tentukan."     

"Benarkah karena kau merasa terganggu dengan ku? Atau kau yang hanya berusaha untuk membentengi diri supaya tak menyangkut pautkan diri ku di hidup mu lebih jauh?"     

Nathan pun menghentikan langkahnya, menghambat waktu tiba untuk kembali memasuki gedung apartement. Dengan dua kantung belajaan penuh yang menjadi beban, Jevin yang melulu menjadi alasan.     

Hanya menolehkan pandang, melihat remaja pria yang mengangkat alis dengan satu bungkus rokok yang di minta sebagai alasan balas budi.     

Nathan tetap bungkam, mengizinkan Jevin untuk melanjutkan ucapannya.     

.... Jangan mengatakan alasan tak masuk akal dengan kau beralasan kesal terhadap kedatangan ku. Kau tak bisa membohongi perasaan nyaman saat aku ada didekat mu, memeluk ku dengan sangat erat, eh?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.