Hold Me Tight ( boyslove)

Usaha pertahanan diri



Usaha pertahanan diri

0"Bantuan sosial kemanusiaan, tapi orang lain tak akan mendapatkan keuntungan tambahan setelah ku tolong. Karena hanya pria yang ku dekap dengan sangat erat tanpa melakukan apa pun di ranjang adalah pemilik cinta ku."     
0

"Akhhh!"     

Nathan tak bisa membalas ucapan Max yang penuh dengan bualan. Tubuhnya sudah jatuh terhempas, pendaratan yang tepat saat letak jantung milik pria menyebalkan itu menempel pada pendengarannya.     

Max memeluk dengan sangat erat, tak sedikit pun merasa terusik dengan Nathan yang terus datang untuk memberinya pukulan.     

"Yang kau ucap, harus pula kau tepati. Sampai luka ku benar-benar sembuh, aku tak ingin kita bercinta."     

"Tiga hari, mungkin sudah benar-benar sembuh. Setelah itu, aku akan habis-habis," balas Max dengan sangat enteng.     

Nathan yang jelas saja memprotes dengan mimik wajahnya yang terlihat. Mengangkat pandang pada posisi baringan Max, menatap tajam.     

"Tidak sesingkat itu. Buktikan kalau kau sangat mencintai ku dengan menghilangkan kata kerjanya. Aku ingin kita tak melakukannya selama dua minggu," balas Nathan yang nampak jelas tengah berniat membalas dendam. Terlebih dengan jemarinya yang terangkat dan menyasar setiap bagian wajah milik sang dominan dengan seringai licik yang turut di tampilkan. Nathan terlihat jelas ingin menjadi pengendali.     

"Tidak akan selama itu, sayang ..."     

"Aku ingin kondisi ku benar-benar pulih. Aku tak memaksa mu untuk mengikuti aturan ku, jika muatan mu sudah begitu penuh dan kau membutuhkan seseorang sebagai pelampiasan, pergi saja cari yang lainnya. Dan jangan harap aku bisa kembali untuk kau rayu."     

"Hahaha... Aku yang berusaha sangat keras untuk mendapatkan gelar kekasih mu. Dan kau malah membukakan jalan lebih dalam? Sebagai seorang istri yang berhadap dengan suaminya yang mempunyai daya tarik begitu besar hingga harus di kontrol?"     

.... Dalam satu pembicaraan panjang kita kali ini, kau menuntut dua hal langsung dari ku? Perhatian dan juga upaya mu untuk bisa mengendalikan ku?"     

Nathan sontak saja terdiam, pipinya menggembung dengan alis yang bertaut. Hawa panas seketika saja menyerang, menyebarkan kemerahan di wajah miliknya.     

"Aouchhh!"     

Nathan pun melepaskan diri, membenahi kemejanya yang tersingkap. Niatannya untuk membelakangi posisi pria yang menertawainya habis-habisan, malah membuatnya jauh lebih malu saat ketidaksadarannya pada luka yang di dapat.     

Max yang kali ini menarik posisi dekap pada Nathan lagi, tak mendapatkan sedikit pun protes, terlebih dengan ucapan yang di lontarkan sang dominan. "Aku tepat mengambil posisi, benar kan istri ku?"     

"Aku tak akan menjadi istri mu, Max!" kesal Nathan saat Max yang sudah mengetahui betul bagaimana cara membalik posisi sebagai pengendali percakapan.     

"Kau berhak untuk mengelak seperti apa yang ku lakukan pada anggapan mu tadi. Tapi kita akan tetap kembali damai seperti ini, sayang..."     

Nathan hanya terdiam, merasakan tubuhnya yang semakin terasa hangat di lingkup ruangan yang dingin. Max jelas saja menjadi penyebab, menyelasarkan jemarinya di sekujur tubuh belakang milik Nathan. Kecupan bertubi yang di dapatkan saat pria yang masih mengenakan setelan yang berantakan itu mendongakkan pandang.     

"Kau tak merasa penasaran dengan luka yang ku dapat atau hari buruk yang telah ku alami hari ini?" ucap Nathan untuk yang sedikit heran saat Max hanya diam dan malah perlahan menutup kelopak matanya.     

"Jadi?" balas Max sangat singkat, membuat Nathan mengernyitkan dahi karena pemilik lengan yang digunakannya sebagai bantalan di leher itu malah masih tetap memejamkan mata.     

"Kau tak tertarik untuk mendengarnya?"     

"Aku masih menunggu, tapi rasanya aku jauh lebih berniat untuk memberikan perhatian lagi untuk mu, semisal menemani mu tidur siang?" balas Max yang menarik lepas kedua sudut bibirnya. Kecupan bertubi pun di terima Nathan pada permukaan bibirnya yang sedikit pucat.     

"Kita belum bebersih, ranjangnya akan kotor. Lagi pula apa kau tak akan kembali ke kantor?"     

"Aku adalah pemilik perusahaan dan ruangan ini, sayang.... Tak ada yang berani mengusik, jika itu bukan istri ku."     

"Eungghh... Max.... Kau lupa dengan apa yang ku katakan tadi? Dua minggu, jangan beraninya merangsang ku!" peringat Nathan saat merasakan sentuhan tapak tangan besar Max yang meremas kuat bokong miliknya.     

"Bilang saja kau sendiri yang tak yakin dengan ungkapan mu, mendesakkan ku untuk tak boleh menyentuh mu seperti ini?" balas Max yang nampaknya sama sekali tak mempedulikan ucapan serius dari Nathan. Masih terus mengulang jahil, bahkan kali ini bilah bokong milik sang pujaan terus di sentuh.     

Walau masih dengan penghalang kain, jelas saja sentuhan panas itu terasa sampai pada pusatnya. Nathan yang masih berusaha untuk mencari akal sehatnya, menahan diri untuk tak menyuarakan lenguhan manja yang malah akan semakin membuat pria berparas oriental itu merasa bangga dengan tindakannya sendiri.     

Meremas dada telanjang milik Max, serentak pandang intens Nathan dengan bibir bawahnya yang di gigit kuat.     

"Jangan bicara omong kosong untuk dua minggu ke depan, nyatanya saat ini kau sudah nampak sangat bergairah?" ucap Max yang jelas tak di terima oleh Nathan.     

Sedikit pun, ia tak boleh dengan gampangnya di kendalikan oleh Max. Nathan harus sedikit mempunyai andil untuk segala apa yang di inginkan dan di bencinya. Ia tak boleh terkungkung oleh siapa pun. Ya, permasalah yang di hadapkan dengan pria jangkun itu, harusnya Nathan yang masih menjadi pemenang.     

"Aku serius untuk mengatakannya. Dua minggu masa uji coba untuk keseriusan mu. Aku sangat baik untuk memberikan jeda waktu yang sangat singkat dan juga kelonggaran. Kau bisa menunggu ku, atau temui siapa pun yang bisa membantu mu. Ah ya, bukankah kau masih punya cadangan? Lea, tunangan mu itu."     

Kebungkaman Max di anggap persetujuan dari kedua belah pihak. Nathan hanya bisa mengupayakan diri sampai batas semaksimal itu. Tak di pungkiri jika berhadapan dengan Max adalah bagian paling berbahayanya.     

Mereka memang masih tidur bersama di masa uji coba, Max yang masih terus coba mencari titik lengah, tak juga di gubris oleh Nathan. Memang bukan hal yang mudah, layaknya sudah di sebut candu untuknya juga.     

Bertahan dan mencoba tak menyalahi prisipnya sendiri, tak ada pilihan lain untuk usaha Nathan keluar dari bayang-bayang permainan Max.     

"Kau tak masuk ke kantor?" tanya Max saat melihat Nathan yang baru datang dengan menguap lebar.     

Pria yang masih di balut dengan setelan baju tidur berwarna hitam itu pun menggelengkan kepala untuk menjawab. Menempati kursi miliknya di meja makan, Nathan dengan muka bantal dan juga rambut berantakan masih menjadi fokus intens untuk Lisa dan juga Max yang sudah sangat rapi.     

"Ya, kau memang cocok menempati posisi sebagai istri ku."     

Byurrr     

"Ihh... Nathan sangat jorok! Aku sangat yakin kalau kau bahkan belum menggosok gigi! Lihat... Betapa banyak kuman di meja yang mahal ini."     

Nathan yang tengah meneguk air mineral, di dapatkan waktu yang sangat tepat untuk Max membuat candaan di pagi hari.     

Air semburan yang keluar dari mulut Nathan pun sampai membanjiri roti lapis yang ada di posisi tengah meja.     

Mengabaikan Lisa yang terus mengomel dengan kesibukannya yang otomatis membersihkan. Nathan melayangkan tatapan tajam pada sang tersangka yang tak puasnya untuk terus tergelak dengan anggapannya sendiri.     

"Terimakasih sarapannya, Lis."     

Max bangkit dari posisinya, menyisakan satu gigitan terakhir yang terkontaminasi oleh semburan milik Nathan. Menegak habis air mineral miliknya, lantas membenahi lilitan pangkal dasinya.     

Cuppp     

"Hanya sekedar kecupan, masih sangat jauh untuk di katakan bercinta, kan?"     

Nathan hanya mematung, merasakan bibirnya yang berkedut karena Max menyesap miliknya dengan sangat kasar. Jemarinya yang sontak memijat meneliti pergerakan Max sampai meninggalkan ruang.     

Lisa yang menjadi pengamat adegan romantis, tak pelak langsung berjingkrak merasa girang.     

"Dia sangat sadis, hanya begitu saja bisa membuat bibir mu robek. Sungguh, Nath... Jangan biarkan aku membayangkan jika kalian tengah berada di atas ranjang dan di lingkupi oleh gairah. Ahhh... Pasti sangat panas," pekik Lisa yang sesaat lalu sampai menakup rahang Nathan. Wanita itu kembali berjingkrak, hingga Nathan yang sampai ngilu hanya untuk melihat bagaimana perut menggembung itu berayun naik turun, menarik peringatan paksa untuk bisa di turuti, duduk diam.     

Sudah lepas tiga hari dari kesepakatan yang di janjikan. Max nampaknya masih bisa untuk mengontrol gairahnya sendiri. Ya, meski untuk sekedar kecupan bibir yang menjadi pertukaran, tak cukup di permasalahkan karena lubang milik Nathan sudah terasa sangat bebas.     

Masih belum ingin bertemu dengan sang mama, Nathan tak ingin menambah runyam permasalahan atau semakin memupuk kebencian di dalam dirinya.     

Kekanakan dan lepas seenaknya dari tanggung jawab, di rasa tak terlalu berpengaruh saat papanya sekali pun tak berniat memaksakan kehendak.     

Seharian bersama dengan Lisa, memang cukup membosankan dengan area dapur dan tontonan layar kaca hanya seputar memasak.     

Dan di sinilah Nathan berasil membuat wanita itu keluar dari persembunyian. Menyusuri jalanan dengan tempat random yang di datangi.     

Naik bus untuk menghemat waktu, saku kantung keduanya cukup penuh dengan biaya yang akan mereka habiskan dalam seharian ini. Ide jahil Nathan yang menarik laci di kamar Max dan mengambil serakan uang di sana.     

"Jangan ke pusat perbelanjaan, Nath... Aku sudah seperti sangat malas untuk berjalan terlalu lama."     

Nathan pun mengangguk untuk menyetujui. Turun di deretan pertokoan yang secara kebetulan mereka lewati. Pria itu cukup perhatian dengan cara lengannya yang menyusup di pinggang milik Lisa yang kali ini berdandan sangat cantik dengan terusan motif bunga-bunga.     

"Hei, Nath. Lihatlah, kita nampak sangat serasi sangat di lihat dari pantulan kaca ini, ya?"     

"Hhaha... Seperti pasangan muda yang telah berhasil membuat anak."     

Nathan dan Lisa pun tanpa malu bergaya mesra di depan toko pakaian. Tak pelak membuat keduanya tergelak dengan kelakuan mereka yang sangat kekanakan.     

Beberapa orang yang tak sengaja menjadikan keduanya objek intens pun turut menebar kebahagian. Namun agaknya hal itu tak berlaku bagi seorang pria yang menyelipkan rokok di bilah bibirnya. Ucapan bersahutan dari kawan-kawannya sedikit pun tak di gubris.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.